Tuesday, August 16, 2016

on Leave a Comment

Tanya Ustad : 1. Apakah Jin bisa mencapai Maqom akal satu? 2. Apakah harus belajar ilmu logika sebelum brlajar aqidah?

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/982042038575920

Salam. Maaf mau bertanya.
1. Dlm penjelasan ust, manusia karena ruhnya menyatu dg materi naka manusia mempunyai potensi menuju makam akal1. Apakah jin yang juga dr materi halus(api) juga punya potensi itu
2. apakah harus belajar ilmu logika sebelum brlajar aqidah misal mengenal tuhan dg ilmu ushuli supaya tdk terjadi jesalahan dlm berfikir akidah
trims
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- :

a- Mungkin saja jin bisa sampai ke Akal-satu, tapi saya tidak pasti. Yang sudah dapat dipastikan itu bahwa mereka bisa sampai ke maqam Barzakhi atau Malaikat Barzakh seperti Iblis sebelum jatuhnya dari maqam itu karena tidak mau sujud pada nabi Adam as.

b- Sebagaimana maklum bahwa maqam Barzakh itu adalah tempatnya neraka dan surga. Dan jin sudah ada yang sampai ke maqam tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Qur an dengan gamblang hingga karena tidak sujudnya si Iblis kepada nabi Adam as itulah maka Tuhan mengeluarkannya dari surga.

c- Di atas neraka ada surga dan di atas maqam surga adalah maqam Akal-akhir yang juga disebut dengan 'Arsy atau Lauhu al-Mahfuuzh. Dan di atas maqam ini ada maqam-maqam yang tidak diketahui jumlahnya kecuali oleh Allah sampai ke tingkat atau maqam Akal-pertama atau Akal-satu.

d- Maqam Barzakh itu disebut Malakuut atau Malaikat biasa, dan maqam Akal-akal itu disebut Jabaruut atau Malaikat Tinggi.

e- Maqam surga di Barzakh itu disebut Surga Mukminin, dan maqam Akal itu disebut juga dengan Surga Allah atau Surga Yang Didekatkan atau Surga Muqarrabiin.

f- Maqam Akal-pertama itu kalau tidak diperhatikan akan menjadi Maqam Fanaa' dan maqam ini baru merupakan titik akhir dari Perjalanan Pertama yang diistilahkan dengan Perjalanan dari Makhluk ke Khlaliq. Sementara Perjalanan itu masih ada tiga tingkatakan lagi, yaitu Perjalanan dari Khaliq ke Khaliq, Perjalanan dari Khaliq ke Makhluk/makhluq, Perjalanan dari Makhluk ke Khaliq Bersama Makhluk (atau diistilahkan dengan Perjalanan dari Makhluk ke Makhluk bersama Khaliq).

g- Maqam para nabi/rasul dan imam itu, adalah maqam yang sudah menjalani keempat perjalanan tersebut.

h- Orang yang sampai ke empat perjalana tersebut, tidak mesti jadi nabi atau rasul atau imam. Sebab tergantung kepada penentuan Tuhan sesuai dengan kemaslahatan manusia atau umat yang ada. Karena itu pangkat kenabian, kerasulan dan keimamahan itu merupakan ketentuan Tuhan, tapi maqamnya merupakan ikhtiar manusia.

i- Contoh yang tidak maslahatnya orang yang sampai ke maqam kenabian, kerasulan dan keimamahan akan tetapi tidak diangkat menjadi nabi, rasul dan imam, misalnya orangnya cebol, jelek rupa, cacat parah, punya orang tua penjahat, anak zina, bisu, tuli, buta, pernah berbuat dosa (tidak makshum dari kecil secara ikhtiari), dan semacamnya. Karena orang yang seperti itu, walaupun sudah menjalani maqam-maqam hebat yaitu Empat Perjalanan Suluk itu, akan tetapi kebaikannya hanya untuk dirinya sendiri, tidak bisa untuk orang lain. Sebab begitu diangkat jadi nabi, rasul atau imam, maka umat akan mentertawakannya. Dan karena Allah itu Maha Lembut, sudah pasti tidak ingin melihat manusia cepat terjatuh pada kesesatan, dosa dan neraka. Karena itulah orang-orang hebat tersebut, tidak akan pernah diangkat menjadi nabi, rasul dan imam.

SEMUA POIN di atas itu saya tulis lagi untuk mengingatkan kembali pelajaran atau kajian-kajian sebelumnya dan juga untuk teman-teman yang barangkali baru mengunjungi page atau halaman ku yang sangat sederhana ini.
SukaBalas218 Juli pukul 9:16

Sinar Agama .

2- :

a- Logika itu merupakan fitrah manusia atau fitrah akal. Logika yakni berakal. Jadi, logika itu sudah merupakan bawaan dan fitrah manusia yang merupakan makhluk berakal. Jadi, berakal yakni berlogika.

b- Dengan penjelasan di poin (a) itu dapat dipahami bahwa logika itu tidak perlu dipelajari karena sudah merupakan bawaan. Berfikir sudah merupakan bawaan dari kecil dan dari benih kemanusiaannnya manusia atau keesensiaannya manusia.

c- Lalu mengapa ada ilmu logika? Jawabannya adalah bahwa ilmu logika itu bukan untuk mengajari manusia untuk berfikir, melainkan menuntunnya agar bisa berfikir dengan benar.

d- Karena Ilmu Logika bukan mengajari berfikir dan hanya mengajari berfikir dengan teratur dan benar, maka Ilmu Logika ini, sedikit banyaknya sudah dipelajari oleh tiap manusia dalam kehidupannya sendiri atau dengan bimbingan sekitarannya seperti alam natural, kedua orang tua, lingkungan sosial, sekola dan semacamnya WALAU, tidak diatasnamakan dengan Ilmu Logika.

e- Karena itulah ada istilah (dan istilah ini mencakupi semua ilmu), Ilmu Teori dan Ilmu Terapan. Nah, tentang Ilmu Logika ini, kebanyakannya dipelajari secara Ilmu Terapan, bukan dalam kitab yang penulisannya tersusun rapi untuk mengajari berfikir benar (Teori).

f- Dengan demikian, maka Ilmu Akidah itu bisa dipelajari tanpa harus belajar dulu Ilmu Logika yang Teori, sebab secara umum umat manusia sudah mempelajari Ilmu Logika itu dalam bentuk praktek dan eksperimen serta pengalaman hidup yang bisa diistilahkan dengan Ilmu Terapan.

g- Tentu saja, bagi yang mempelajari Ilmu Logika secara Teori dan tuntas serta benar, maka akan lebih baik buat dirinya dalam memahami apa saja termasuk Ilmu Akidah.

h- Karena itu jalan keluarnya adalah, kita tetap saja mesti mempelajari atau mengajari Ilmu Akidah itu dari atau kepada siapapun. Dan kalau memiliki kesempatan dan waktu serta guru, maka sebaiknya belajar juga Ilmu Logika secara Teori. Begitu pula dengan pengajarannya.
SukaBalas118 Juli pukul 9:30





0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.