Wednesday, August 10, 2016

on Leave a Comment

Apa gunanya kita melantunkan kidung duka ?, Kapan sebaiknya kita melantunkan kidung duka ?, Bagaimana cara membuat kidung duka ?

Link : https://web.facebook.com/sinaragama/posts/975470145899776?_rdr

Salam.
1. Apa gunanya kita melantunkan kidung duka ?
2. Kapan sebaiknya kita melantunkan kidung duka ?
3. Bagaimana cara membuat kidung duka ?
Pertanyaan ini saya ungkap karena ustadz saya senang melantunkan kidung duka. Terasa ada kenikmatan tersendiri dalam berhubungan secara lebih dekat ke Tuhan dan seperti punya energi tersembunyi dibalik kidung duka itu.
Syukron
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Kidung duka kalau untuk orang shalih, syahid dan apalagi Ahlulbait as, asal dengan kalimat-kalimat dan nada yang sesuai syari'at, maka sudah tentu akan memberikan banyak sekali manfaat seperti (semua ini sesuai dengan yang saya pahami dari agama):

a- BISA ikut dalam pahalanya, baik syahid, keshalihan, keulamaan dan semacamnya lantaran kesetujuan dan bahkan kesimpatisan kita walau, tentu saja bisa dalam derajat yang sesuai dengan potensi masing-masing.

b- Berpahala karena simpatik pada kebaikan.

c- Berpahala karena syi'ar dari sisi atau dalam artian sebagai promosi terhadap kebaikan.

d- Berpahala karena syi'ar agama dalam artian dakwah.

e- Berpahala karena melakukan dzikirullah.

f- Berpahala karena melakukan tawassul pada para kekasih Allah swt.

g- Berpahala karena bermunajat pada Allah.

h- Berpahala karena menangis kepada Allah.

i- Berpahala karena menangisi syahid di jalan Allah swt sebagai yang dilakukan para shahabat. Lihat catatan-catatan sebelumnya.

j- Berpahala karena berijtimak/berkumpul dalam kebaikan dengan sesama muslimin.

k- Berpahala karena bersimpatik pada keluarga yang diperingati seperti Nabi saww dan lain-lain ketika memperingati kesyahidan Imam Ali as misalnya.

l- Berpahala kaerna mendoakan yang diperingati dan/atau sesama muslimin.

m- Berpahala karena ada teriring taubat dalam kidung duka, yakni penyiapan diri untuk mati dalam iman dan taqwa.

n- Berpahala karena ada teriring keinginan mati syahid di jalan Allah swt.

o- Dan lain-lain.

2- Kapan saja dalam keadaan apa saja dan dalam jumlah berapa saja walau sendirian. Tentu saja kalau dalam ijtima' dimensi pahalanya lebih banyak.

3- Cara membuat kidung duka yang baik dan dituntut agama adalah:

a- Taqwa yang benar, seperti berilmu lengkap dalam fiqih keseharian dan mengamalkannya dengan baik penuh keikhlashan.

b- Berpijak di atas akidah yang benar dan cukup dalam, baik dalam keTuhanan, keAdilan Tuhan, kenabian, keimamahan dan hari akhirat (begitu pula tentang barzakh).

c- Tidak main api dengan agama dan kebenaran. Artinya, tidak menjadi promotor agama dan kebaikan tapi tanpa kedalaman iman dan ketaqwaan yang tinggi. Setidaknya jangan hanya jadi pengheboh kebaikan dan agama tapi tidak diusahakan dengan pengamalan yang sungguh-sungguh.

d- Tidak main api dengan Qur an, Nabi saww dan Ahlulbait as. Maksudnya jangan sesekali bicara yang tidak diketahui dengan argumentasi tentang mereka, dan kalaulah sudah argumentatifpun janga sesekali hatinya menjadi peremeh terhadap yang diketahuinya dan yang dikidungkannya itu. Maksudnya, pengidung mesti mengimani yang dikidungkan dan mesti berusaha mengamalkan.

e- Tawadhu' secara sungguh-sungguh yakni merasa teramat hina di hadapan Allah swt, di hadapan Nabi saww dan Ahlulbait as hingga selain selalu waspada terhadap yang diyakini agar selalu di atas argumentasi, begitu pula selalu waspada pada yang dikidungkan dan dalam pengamalannya.

f- Sungguh-sungguh dalam mengidungkan kidung-kidungnya. Yakni penuh iman argumentatif, yakin, diresapi, dicintai, dimasuki dengan seluruh jiwa dan raganya (menyelam dalam kidungannya).

g- Sungguh-sungguh dalam kidungnya dalam arti berusaha masuk ke dalam kondisi yang sedang dihadapi yang sedang dikidungi.

h- Yakin bahwa kidungannya didengar Nabi saww dan Ahlulbait as hingga selalu waspada terhadap penyimpangan dan selalu tegak dalam kebenaran argumentatif dalam kalimat-kalimat kidungannya agar kita kalau mengidung, jangan sampai membuat mereka as malah bertambah duka akibat jauhnya makna kalimat kita dari kebenaran.

i- Jangan main api dengan puisi-puisinya. Jadi, mesti kebenaran argumentatif dan juga mesti selalu berusaha diyakini kebenarannya dan juga berusaha diamalkan.

j- Kalau bisa membayangkan (sesuai dengan keyakinan argumentatif) bahwa Nabi saww dan Makshumin as hadir dalam majlis kidungnya, hingga khidmat, tidak ngarang-ngarang dengan kalimat-kalimat kosong atau berisi tapi dusta karena kita tidak meyakini atau meyakini tapi tidak mengamalkan.

k- Berusaha seikhlash mungkin (di samping sekhusyuk mungkin sebagaimana sudah dijelaskan di atas) hingga tidak mengharap apapun dari kidungnya selain npahala Allah. Begitu pula tidak mengharap kecuali ridha Allah swt dan ridha Nabi saww dan Makshumin as. Lebh jelasnya, tidak mengharap apapun harta, simpatik, penghormatan masyarakat dan semacamnya.

l- Tidak main-main dalam hidup. Artinya tidak membuang waktu yang sia-sia. Karena itu isi terus dengan belajar agama walau dalam waktu yang dimilikinya setelah kerja misalnya, lalu mengamalkannya dengan ikhlash, Selalu menatap mati itu dekat dari dirinya. Selalu melihat dirinya di dalam kuburan dan kebangkitan akhirat.

m- Sering mendengar kidung orang dan/atau membaca karya-karya syair. Tapi kalau sudah mau membuat syairnya, maka semua poin di atas itu mesti menjadi landasannya.

n- Dan lain-lain.

o- Kalau minimalnya hal-hal di atas itu dijaga, maka insyaaAllah kita bisa menjadi pengidung yang sesuai keinginan agama. Dan kalau tidak, maka mungkin kita hanya bisa menjadi menerangi lingkungan akan tetapi diri kita sendiri terbakar, semoga Tuhan menjauhkan kita semua dari hal ini, amin.

Orlando Banderas Syukron Ustadz.
Jazakallah khoiron katsiro




0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.