1- Alam semesta
adalah suatu keberadaan yang dicipta untuk (hikmah menurut Filsafat dan bukan
tujuan yang dikatakan ilmu Kalam) dihantarkan kepada yang lebih mulia. Terlebih
alam materi ini. Ia dicipta untuk kembali kepada pangkuan asalnya, wa innaa
ilaihi raaji'uun.
2- Fikih/fiqih
adalah cara untuk mencapai tujuan yang lebih mulia tersebut.
3- Kemuliaan raihan
dari fiqih/fikih, minimalnya adalah surga. Apalagi yang lebih dari sekedar
minimal tersebut. Yaitu surga Allah atau jannatu al-muqarrabuun.
4- Fiqih/fikih,
bukan hanya mengajarkan cara lahiriahnya melainkan juga batiniahnya, yaitu
dasar ikhlash yang memiliki tingkatan tak terbatas dimana bisa diringkas
menjadi seratus tingkatan yang, tingkatan tingginya adalah taat dengan dasar
cinta kepadaNya.
5- Tidak usah
membandingkan semua hasil fikih/fiqihnya, tidka usah membandingkan hasil
tertingginya, dua rakaat shalat saja, sudah tidak bisa dibandingkan dengan alam
materi dengan seluruh isinya ini.
Kalau antum masih
ingat kata-kata ayatullah Jawadi Omuli hf yang mensyarahi/menjelaskan tentang
perkataan arif besar syi'ah yaitu sayyid Haidar Omuli ra yang mengatakan
(nukilan maksud):
"Saya diberi
ilmu oleh Allah yang kalau mau ditulis oleh para malaikatpun tidak akan sanggup
dan tidak akan cukup."
Ayatullah Jawadi
Omuli hf mengatakan:
"Perkataan ini
bukan perkataan yang berlebih-lebih dan apalagi tidak masuk akal. Karena pahala
shalat jamaa'ah yang diterima Allah swt saja, sudah tidak bisa ditulis oleh seluruh
malaikat. Ini baru satu dari ilmu yaitu tentang pahala shalat jamaa'ah, apalagi
kalau ditambah ilmu-ilmu lainnya terlebih tauhid yang tidak bisa dibanding
dengan pahala tentang shalat jamaa'ah itu."
6- Kalau antum masih
ingat saya pernah menulis (kalau tidak salah), bahwa ketika Nabi saww melakukan
isra' dan mi'raj, bertemu dengan malaikat hujan yang memiliki seribu tangan dan
setiap tangan memiliki seribu jari dan setiap jari memiliki seribu ruas dan
setiap ruas memiliki seribu cabang. Nabi saww melihatnya sedang memegang
butiran air. Dalam pembicaraan Nabi saww dengan dia, ada perkataannya yang
berbunyi:
"Wahai
nabiyyallah, aku tahu jumlah butiran hujan yang telah turun sejak awal
penciptaan sampai sekarang dan akan datang. Aku tahu berapa butiran hujan yang
turun di laut dan di darat...."
Lalu Nabi saww
bertanya:
"Adakah jumlah
sesuatu yang kamu tidak tahu jumlahnya?"
Malaikat Hujan
menjawab: "Ada."
Nabi saww bertanya
lagi: "Jumlah apa itu?"
Malaikat Hujan
menjawab:
"Jumlah pahala
shalawat umatmu terhadapmu yang diucapkan bersama-sama."
7- Dengan semua
uraian di atas itu, maka kalau jumlah batasan pahala dan fadhilah dari satu
pekerjaan fikih/fiqih saja sudah tidak bisa diketahui semua malaikat, apalagi
fadhilah, maqam serta pahala dari semua pekerjaan fikih/fiqih. Dan kalau
malaikat dan semua malaikat saja sudah tidak bisa mengetahuinya, apalagi alam
semesta materi ini. Itulah mengapa kadang kita jumpai dalam satu riwayat yang
mengatakan bahwa pahala dari fulan ibadah melebihi bumi dan langit beserta
seluruh isinya. Apalagi ibadah-ibadah dan ketaatan yang lain, apalagi kalau
ditambah dengan akidah yang termasuk bahasan fikih/fiqih seperti pendasaran
pada keimanan sebelum melakukan taat, atau dalam penjelasannya tentang khusyuu'
yang hanya memikirkan Allah swt yang tidak dalam batasn dan semacamnya itu.
Wassalam.
0 comments:
Post a Comment