Wednesday, April 13, 2016

on Leave a Comment

"Kebertujuan makhluk pada Tuhan adalah kerterfokusannya pada DiriNya dan keberterusannya pada keterfokusan dan pendekatan padaNya itu, bukan menyatu denganNya."

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=908079609305497&id=207119789401486


Salam,
Izin bertanya:
Bila dikatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah Tuhan, namun Tuhan itu tak-terbatas sementara manusia itu terbatas, sehingga manusia hanya "menuju kepada-Nya", yakni suatu pencapaian yang tidak akan pernah berakhir, lalu apakah hal tersebut berarti menegasikan bahwa Tuhan adalah al-Akhir, Yang Maha Akhir?
Dan juga bukankah bahwa Tuhan sebagai al-Awwal, Yang Maha Awal, Yang Mengawali Segala Sesuatu, itu berarti segala sesuatu yang terbatas itu memang benar-benar berawal/berasal dari-Nya Yang Tidak Terbatas. Artinya kemunculan yang terbatas dari Yang Tidak Terbatas itu bukan sesuatu yang mustahil, bukankah itu berarti pula bahwa sampainya yang terbatas kepada Yang Tidak Terbatas pun bukan sesuatu yang mustahil?
Dan, bila tujuan itu tidak pernah dapat benar-benar tercapai, apakah itu tidak berarti Tuhan telah zalim kepada makhluq-Nya, karena menjadikan sesuatu yang tidak dapat tercapai sebagai tujuan?
Afwan dan terima kasih sebelumnya.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Untuk menjawab beberapa pertanyaan antum di atas, perlu mengingat kembali semua yang sudah diterangkan sebelum yaitu:

a- Tuhan itu apa? Dan makluk itu apa?

b- Tuhan itu tidak terbatas. Arti tidak terbatas itu apa? Artinya, tidak memiliki batasan. Apa arti tidak memiliki batasan itu? Artinya tidak memiliki rankapan dan juga sekutu. Sebab kalau memiliki rangkapan maka akan menjadi terbatas. Sebab masing-masing batasannya saling membatasi. Dan kumpulan yang terbatas, juga akan terbatas. Begitu pula kalau ada sekutu. Kalau ada, maka masing saling membatasi, yakni Tuhan dan sekutuNya. Kalau demikian, maka keduanya menjadi terbatas.

c- Makhluk itu terbatas. Artinya, dia diawali ketiadaan dirinya dan akan diakhiri oleh ketiadaan dirinya. Terbatas juga memiliki arti memiliki rangkapan, atau setidaknya merupakan konsekuensi keterbatasannya.

d- Makhluk yang terbatas bersumber dari Tuhan Yang Tidak Terbatas. Artinya, Tuhan mewujudkan yang terbatas dari ilmu dan kehendakNya, bukan dari mencuil Dzat DiriNya. Sebab Yang Tidak Terbatas, tidak memiliki bagian hingga dicuil. Jadi, keberdarian makhluk dari Tuhan, bukan bermakna pemisahan Dzat DiriNya menjadi makhluk.

e- Ketika makhluk itu bersumber dari Ilmu dan KeHendakNya, bukan dari pencuilan/pembibitan dari Dzat DiriNya, maka bagaimana bisa dikembalikan kepada Dzat DiriNya?

f- Pengembalian makhluk yang terbatas pada Yang Tidak Terbatas, disamping kemustahilan-kemustahilan di atas, juga akan membuat Dzat DiriNya, menjadi terbatas, terangkap dan semacamnya dari sifat-sifat makhluk yang terbatas. Kalau mau dikatakan peleburan seperti air hujan ke air laut, kita juga telah menjadikanNya terbatas karena dijankau oleh yang terbatas dan juga karena terinteraksi oleh yang terbatas.

Apapun yang dijangkau oleh yang terbatas, dan apapun yang teriaksi oleh yang terbatas, maka hal itu pasti terbatas pula. Sebab kalau Tidak Terbatas, maka tidak mungkin dijangkau yang terbatas karena jaraknya juga tidak terbatas. Begitu pula karena kalau terinteraksi oleh yang terbatas berarti Dia terpengaruh oleh yang terbatas. Keterpengaruhan itu merupakan ciri keterbatasan. Sebab terpengaruh dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Nah, keadaan satu dan keadaan yang lain, adalah bagian yang hanya dimiliki wujud terbatas.

g- Anggap bahwa sampainya wujud terbatas pada yang tidak terbatas itu bisa terjadi hingga karenanya dikatakan bahwa Tuhan yang merupakan tujuan makhluk itu adalah bahwa makhluk itu menyatu dengan DiriNya seperti yang dikatakan shufi (sebagian mereka), maka berarti peniadaan makhluk itu sendiri. Sebab ketika masuk dalam DiriNya, maka makhluk menjadi tidak ada.

Menjadikan makhluk ini tidak ada, selain menyimpang dari janji surga olehNya, juga merupakan suatu hal yang jelas tidak bisa dikatakan adil dan tidak aniaya. Sebab ketika ditiadakan, maka bukan hanya tidak diberi nikmat, melainkan dirinya sendiri yang menjadi obyek pemberian itu menjadi tiada. Ibarat orang sakit yang bukan hanya tidak diberi kesembuhan melainkan dimatikan.

Tapi kalau dirinya tetap ada, dan terus menujuNya tanpa henti, maka:

--- Pertama: Si makhluk tetap ada dan selalu siap menjadi obyek pemberianNya. Minimal, ketetapberadaan makhluk ini adalah rahmat. Sebab yang namanya akibat, akan selalu tergantung pada sebabnya untuk kesinambungan wujudnya seperti pijaran lampu listrik yang selalu diberi wujud oleh arus listriknya.

--- Ke dua, fokus hanya padaNya, merupakan nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan surga. Karena itu, kita tidak bisa merasa lezat dalam shalat manakala tidak khusyu'. Kekhusyukan dan keterfokusan padaNya, merupakan kenikmatan yang tidak bisa dibanding dengan surga sekalipun. Karena itu, nikmat terbesar di surga itu bukan kenikmatan surganya melainkan kekhusyukan padaNya.

h- Dengan semua penjelasan di atas maka kalau ada perkataan:

"Tuhan adalah tujuan kita/makhluk",

maka mesti dihubungkan dengan perkataan:

"Tuhan Tidak Terbatas"

hingga menjadi kalimat sempurna yaitu:

"Kebertujuan makhluk pada Tuhan adalah kerterfokusannya pada DiriNya dan keberterusannya pada keterfokusan dan pendekatan padaNya itu, bukan menyatu denganNya."

i- Dengan semua penjelasan di atas juga dapat dipahami bahwa makhluk bukan dari cuilan/potogan Diri Dzat Tuhan dan karenaNya mustahil kembali padaNya. Tentu saja disamping dalil bahwa yang terbatas tidak mungkin menjangkau yang tidak terbatas. Wassalam.


Andri Herdiyanto Terima kasih atas jawabannya ust. Cepat tanggap nih ust,.. Baru bertanya, 3 jam kemudian sudah dijawab. Subhanallah.. Semoga Allah SWT senantiasa meliputi kebaikan di dunia dan akhirat, dan meridai serta memberkahi setiap langkah ust di dunia maya maupun nyata. Aamiin...
Sekali lagi, jazakallahu khairan katsiran, ust..


Andika Allahumma sholi ala Muhammad wa Aali Muhammad..
SukaBalasBaru saja





0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.