Saturday, April 9, 2016

on Leave a Comment

Bismillaah: Syahidnya Hdh Faathimah Bintu Nabi saww

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=902087906571334&id=207119789401486&substory_index=0

Bismillaah: Syahidnya Hdh Faathimah Bintu Nabi saww
Ikut mengucapkan duka yang sedalam-dalamnya atas kesyahidan Hdh Faathimah as pada tanggal 3 Jumaadi al-Tsaanii tahun 11 Hijriah, kepada kanjeng Nabi saww, kepada Ahlulbait as terkhusus kepada Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husain as dan Imam Mahdi as, kepada seluruh maraaji' terkhusus Al-Sayyid Rahbar hf tercinta, kepada seluruh mukminin dan mukminat terkhusus teman-teman facebook.
Semoga duka kita semua ini, dapat menjadi perapat pada Perahu Keselamatan kanjeng Nabi saww yaitu Ahlulbait as, dan menjadi perijin menaikinya, amin.
Secuil cuplikan pidato agung Hdh Faathimah as sebelum menuntut warisan ayahanda beliau as di depan Abu Bakar dan pendukungnya:
.......
وأشهد أن لا إله إلا الله، كلمة جعل الاخلاص تأويلها، وضمن القلوب موصولها، وأبان في الفكر معقولها، الممتنع من الأبصار رؤيته، ومن الألسن صفته، ومن الأوهام الإحاطة به، ابتدع الأشياء لا من شئ كان قبلها، وأنشأها بلا
احتذاء أمثلة
........
"..... Dan aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, suatu kalimat yang keikhlashan dijadikan takwilannya, dan hati dijadikan tambatan capaiannya, dan menyata dalam pikiran obyek-obyeknya, dimana mata tercegah melihatNya, dan lidah tercegah mensifatiNya, dan khayalan tercegah menjangkauNya. Dia memulai penciptaan segala sesuatu tidak dari sesuatu sebelumnya, dan menjadikannya tersusun tanpa contoh sebelumnya...."
Catatan Hadits
Secara rabaan, maka hadits/sabda hdh Faathimah as di atas bisa dipahami sebagai berikut:
a- Setiap kalimat, secara global memiliki tiga pahaman dan pengertian:
a-1- Pengertian Lahiriah (zhuhuur).
Pengertian Lahiriah ini dalam istilah ilmu Ushulfiqih dan juga bahasa atau sastra, dikenal dengan Zhuhuur yaitu pemahaman kata secara leterleks.
Misalnya seorang ayah berkata kepada anaknya yang masih main game di HP dan belum mengerjakan PR sekolahnya:
"Kalau kamu tidak segera berhenti main game, akan kuhancurkan HP-mu itu"
a-2- Pengertian Sesungguhnya (jiddiy).
Pengertian Sesungguhnya ini dalam istilah ilmu Ushulfiqih dan sastra dikenal dengan maksud sesungguhnya suatau kalimat yang disampaikan. Jadi, bukan lahiriah kalimatnya sebagaimana dalam Pengertian Lahiriah.
Misalnya, maksud sesungguhnya dari kalimat seorang ayah di atas adalah:
"Aku sama sekali tidak suka kamu main game terus dan marah sekali hati ini kalau kamu tidak mengerjakan tugas sekolahmu. Aku tidak akan mungkin menghacurkan HP-mu sebab aku tidak mungkin menghancurkan harta/rejeki yang diberikan Tuhan karena hal itu bagian dari dosa, yaitu dosa mubadzdzir."
a-3- Pengertian Lebih Dalam (ta'wiil).
Pengertian Lebih Dalam ini dalam ilmu Tafsir dan sastra, dikenal dengan Ta'wiil, yaitu suatu pahaman yang sepintas keluar dari cakupan makna lahiriah atau leterleksnya, akan tetapi sesungguhnya tidak keluar. Dengan demikian, maka makna Ta'wil ini tidak dipahami oleh sembarang orang. Karena mesti memiliki alat-alatnya, seperti mengenal siapa yang menyampaikan, menghubungkan dengan berbagai sampaiannya, mengenal siapa yang menjadi audien sampaiannya dan seterusnya.
Misalnya, kalau ayah di atas itu seorang programer dan anaknya seorang yang termasuk jenius dan mengerti, maka salah satu maksud kata-katanya itu di antaranya adalah:
"Akan kuhancurkan semua program tambahan di HP-mu selain yang darurat-daruratnya."
Atau, kalau ayahnya seorang ulama dan anaknya termasuk orang yang berpotensi menjadi ruhaniwan agama, maka salah satu maksud kata-katanya itu adalah:
"Akan kuhacurkan hatimu yang menyintai dunia itu dengan mendidikmu sedemikian rupa hingga kamu sama sekali tidak akan menyintai dunia seperti HP-mu itu."
Kesimpulan dari tiga golongan makna di atas adalah:
--- Menghancurkan HP, bermakna menghancurkan HP-nya secara apa adanya, yaitu benda yang dibuat berkomonikasi jarak jauh baik dengan suara atau tulisan dan juga ada program-program tambaha lainnya seperti game.
--- Menghancurkan HP, bermakna ketidaksukaan ayah dan kemarahan.
--- Menghancurkan HP, bermakna menghancurkan program-programnya (dari ayah programer) atau bahkan menghancurkan kecintaan pada dunia (dari ayah ruhaniwan agama -ulama Rabbanii).
b- Tinjauan makna kalimat syahadat dari tiga dimensi di atas:
b-1- Makna Lahiriahnya:
Makna lahiriahnya adalah: Tiada Tuhan selain Allah.
b-2- Makna Sesungguhnya:
Makna sesungguhnya dalam hal ini sama dengan makna lairiahnya, yaitu: Tiada Tuhan selain Allah. Artinya, saya beriman bahwa tiada Tuhan untuk alam semesta ini selain hanya Allah semata. Yakni Allah yang mencipta dan memelihara alam semesta ini tanpa bantuan dan sekutu dengan siapapun.
b-3- Makna Ta'wilnya:
Salah satu makna ta'wilan dari syahadat di atas adalah Ikhlash. Karena ikhlash adalah aplikasi tauhid itu. Artinya, kalau seseorang beriman pada tauhid, maka:
b-3-1- Dia harus beriman pada seluruh apa-apa yang diajarkanNya tanpa keraguan hingga tidak ragu HANYA menaati agamaNya dan tanpa ragu menepis semua selain ajaranNya.
b-3-2- Dia harus mengamalkan yang diimaninya itu, yaitu agama ajaran Tuhannya dan sama sekali tidak mengamalkan selai ajaran agamaNya tersebut. Begitu pula tidak melanggar ajaranNya hingga masuk dalam maksiat dan dosa, karena hal ini adalah syirik dalam pengajaran agama dan syirik dalam ketaatan padaNya. Sebab tauhid dalam syariat memiliki arti hanya mengimani kebenaran agamaNya dan hanya menaatinya. Tapi kalau bermaksiat, maka berarti telah mengikuti selainNya, yaitu hawa nafsunya sendiri dan/atau syaithan yang mengajaknya.
b-3-3- Dia harus ikhlash dalam pengamalan seluruh syari'atNya itu. Sebab kalau tidak ikhlash, maka dia telah menyekutukanNya. Sebab salah satu makna tauhid adalah tidak menjadikan selainNya dalam sasaran dan niat hati ketika melakukan ketaatan pada agamaNya. Nah, dengan riyaa' atau congkak, maka telah menjadikan selainNya sebagai sasaran dari amal-amalnya. Karena yang tadinya semestinya hanya karena Allah, sekarang karena selainNya, baik orang lain atau dirinya sendiri seperti ketika beramal dikarenakan kesombongan dan kecongkakannya. Misalnya menyumbang uang banyak ke suatu acara dakwah lantaran merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain.
Nah, untuk mengerti ikhlash merupakan bagian dari makna kalimat syahadat di atas, memerlukan pada banyak mukaddimah dan argumentasi. Artinya tidak bisa dipahami hanya dengan melewati beberapa jembatan pemaknaan dari lahiriah kalimatnya.
Hubungan kalimat syahadat dengan keikhlashan adalah jauh walau berada dalam jangkauan dan cakupuannya. Sebab yang satu bermakna "Tiada Tuhan selain Allah" dan yang lainnya bermakna "Beramal hanya karena Allah". Keduanya tidak berhubungan secara lahiriah. Akan tetapi, ketika dapat dihubungkan setelah melewati beberapa stasiun pemaknaan, maka hal itulah yang dikatakan Ta'wil.
Nah, dengan demikian maka jelaslah bahwa ikhlash itu merupakan salah satu dari ta'wilan kalimat syahadat. Jadi, kalau kita mau benar-benar menjadi seorang yang bertauhid, maka harus mengimani kebenaran seluruh agaranNya dalam arti hanya menerima ajaranNya dan menepis selainnya, lalu mengamalkannya secara sempurna tanpa maksiat sedikitpun, serta ikhlash dalam semua pekerjaan dan amal-amal tersebut yaitu hanya dan hanya karenaNya semata.
c- Saya sudah sering menjelaskan bahwa akal itu memiliki dua makna secara saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan, yaitu:
c-1- Akal Teori, yaitu akal yang memahami hakikat obyek ilmu, apakah obyek baik atau obyek-obyek yang tergolong buruk. Seperti mengetahui bahwa shalat itu baik dan minum racun itu buruk.
c-2- Akal Amali, yaitu akal yang menyuruh pemiliknya (manusia) untuk melakukan sesuai dengan apa adanya, yaitu kalau baik dilakukan dan kalau buruk maka ditinggalkan. Seperti malakukan shalat dan meninggalkan minum racun.
Kalau kedua akal di atas dipisahkan yakni tidak melakukan sesuai dengan yang diketahui, maka secara hakikatnya, tidak bisa disebut berakal. Bagaimana mungkin mau mengatakan si Fulan itu berakal hanya karena tahu bahwa racun itu tidak baik untuk diminum sementara dia meminumnya hingga mati?
Mengerti hal ini sama sekali tidak sulit. Tapi karena kita secara umum dikuasai hawa nafsu, yakni akal kita dikontrol olehnya, maka kita tidak mau dikatakan "tidak berakal" ketika melakukan maksiat dan/atau meninggalkan kewajiban. Karena itu kita selalu berapologi dan beralasan dengan "Kita bukan makshum" lah, "Kita manusia biasa" lah, "Manusia tempat berbuat salah" lah, dan seterusnya.
Karena itu suatu saat Ayatullah Jawadi hf dalam kitabnya mengatakan bahwa yang menjadi problem besar manusia itu bukan di tidaktahunya, melainkan di tidakmaunya. Sebab kalau problemnya hanya tidak tahu, maka mudah diajari dengan pembuktian argumentasi. Tapi kalau tahu tapi tidak mau, maka penyelesaiannya lebih repot. Karena yang bermasalah adalah kejiwaan manusianya. Di sinilah tugas akhlak untuk menemukan penyakitnya dan sekaligus penyembuhannya, atau mencarikan alat untuk mentamengi dan membentengi jiwa manusia agar tidak mengikuti kecuali yang diketahui akalnya secara benar dan ilmiah.
d- Akal teori dan amali yang mesti seiring karena saling melengkapi makna akal itu, kalau sudah berjalan sebagaimana mestinya, maka manusianya selain dapat dikatakan sudah berakal, juga bisa dikatakan bahwa ilmunya telah tertancap di hatinya.
Nah, hati di sini, sebagaimana sudah sering dijelaskan juga, memiliki makna akal, bukan rasa dan perasaan. Sebab rasa dan perasaan itu termasuk ruh daya-hewani yang lebih dikenal dengan Hawa Nafsu, yakni nafsu pada materi seperti makan, minum, tidur, berpakaian, tertarik pada lawan jenis, tertarip pada pemandangan dan semacamnya.
Ketika Hdh Faathimah as mengatakan:
"Menjadikan hati sebagai tambatan capaiannya (kalimat syahadat)"
maka maksud rabaannya adalah:
"Menjadikan hati yang bermakna akal sempurna yang kesempurnaannya diakibatkan oleh selalu seiringnya akal teori dengan akal amali/praktek, sebagai tempat penggudangan capaian-capaian kalimat syahadat yang dicapai dengan ilmu tinggi dan amal yang juga tinggi."
Karena itu, kalau kita ingin menjadikan ruh dan jiwa kita sebagai gudang dari makna syahadat itu, maka kita mesti berilmu tinggi tentang syahadat yang terjabar dalam makrifah kepadaNya dengan argumentasi ilmiah yang gamblang/jelas, dan terjabar pula dalam seluruh ajaran agamaNya, sembari mengamalkan dengan kwalitas tinggi dan ketat secara lairiah ajaranNya (seperti dalam berfiqih) serta tinggi dan ketat dalam keikhlashan kepadaNya.
e- Obyek-obyek makna syahadat itu, secara rinci dan dalamnya (bukan makna sederhananya yang biasa dikenal dengan Fitrah Suci atau Fitrah Tauhid), sulit ditempuh selain dengan argumentasi yang gamblang. Karena itu Hdh Faathimah as bersabda:
"...dan menyata dalam pikiran obyek-obyeknya,..."
Artinya, makna syahadat itu hanya akan menyata dan menjadi nyata serta gamblang, kalau manusia menggunakan akal pikirannya yang dalam hal ini adalah argumentasi gamblang, bukan ikut-ikutan yang diatasnamakan akal.
Karena itu maka akal di sini, bisa diartikan Akal Teori atau Akal Ilmu saja sekalipun tetap bisa diartikan Akal Hati atau Akal Sempurna.
Kalau manyatanya hanya dari dimensi menyata dalam pengertian, maka bisa dikatakan bahwa maksud beliau as adalah Akal Ilmu (teori). Tapi kalau maksudnya adalah menyata dari sisi kehidupan, maka tidak bisa tidak kita mesti memaknainya dengan Akal Sempurna, yaitu Ilmu yang menyata dalam perbuatan manusia sebab ketika manusia melakukan yang diketahuinya berarti dia sudah bisa dikatakan mengikuti Akal Amalinya. Karena itu, bisa dikatakan bahwa yang melakukan ilmunya itu, adalah menyata dengan pikiranya (baca: Akal), yakni Akal Terori dan Akal Amali.
f- Ketika kita mengetahui makna syahadat dengan akal, maka jelas akan memahami bahwa Tuhan itu Tidak Terbatas. Nah, ketika Tuhan Tidak Terbatas, baik di dunia atau akhirat (surga), maka jelas bahwa Tuhan itu tidak akan bisa dilihat dengan mata. Bagaimana mungkin mata bisa melihat suatau Wujud Yang Tidak Terbatas?
Sebab ketika mata melihat, maka sudah pasti melihat ke depan. Karena itu yang terlihat itu tidak ada di belakang. Berarti yang terlihat itu terbatasi dengan depan. Kalaupun dikatakan ada juga di belakang, maka yang terlihat itu dibatasi dengan depan dan belakang. Nah, bagaimana mungkin suatu wujud yang membuat dan mencipta depan dan belakang itu sendiri terikat oleh ciptaanNya itu? Dan bagaimana mungkin depan dan belakang yang saling membatasi dan merupakan wujud terbatas itu, dapat menguasai Yang Tidak Terbatas?
Kalau depan dan belakang saja tidak bisa menguasai dan meliputiNya lantaran keTidakTerbatasanNya, maka bagaimana mungkin surga yang relatif jauh lebih sempit dari depan dan belakang itu dapat mencakupi Tuhan hingga Dia dapat dilihat kelak di surga? Apalagi seperti yang diriwayatkan Shahih Bukhari yang mana Tuhan menyapa para ahli surga lalu ahli surga tidak mau menerimaNya, lalu timbullah keributan hingga akhirnya disepakati bahwa kalau memang Tuhan, hendaknya membuktikan dengan menunjukkan betisNya. Dan karuan saja, ketika Tuhan menunjukkan betisNya (astaufirullah), maka semua penghunis surga yang tadinya menolak, bersujud di hadapanNya. Lihat Shahih Bukhari, hadits ke: 7439.
g- Ketika mengetahui makna syahadat hanya dengan akal, maka jelas lidah tidak akan mempu mensifatiNya. Sebab lidah hanya mewakili apa-apa yang terlihat. Sebab hanya yang terlihat yang akan dibubuhi kata oleh manusia. Sementara lisan mengucapkannya. Jadi, kalau ada hal-hal yang belum terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, teraba oleh tangan/tubuh, tercium oleh hidung, terasa oleh mulut, maka jelas tidak akan ada kata-kata yang diletakkan ke atasnya. Dan kalaupun ada, maka sudah tidak akan banhyak sebanyak hakikat yang ada. Misalnya wujud-wujud non materi yang tidak terhitung itu hingga hanya yang sudah diketahui saja yang adakan dibubuhi kata untuk diucapkan.
Nah, kalau demikian halnya, apalagi tentang Tuhan Yang Tidak Terbatas dimana sudah pasti tidak terjangkau panca indra hingga dibubuhi sebuah kata sebelum kemudian diucapkannya, maka jelas makna syahadat (Tuhan) tidak akan bisa disifati dengan lisan, sebab tidak ada kata-kata yang dapat mewakilinya hingga diucapkan/dituliskan, dan apalagi keTidakTerbatasanNya akan menjadi pemustahil bagi keterdijangkauanNya oleh akal hingga dibubuhi suatu kata sebelum diucapkan dengan lisan. Karena itu, mustahil lisan/tulisan dapat mensifatiNya.
h- Ketika kita sudah mengerti bahwa Tuhan Tidak Terbatas, maka apapun selainNya tidak bisa menjangkauNya. Karena selainNya adalah terbatas lantaran ciptaanNya, dan yang terbatas ini tidak mungkin dapat menjangkau Yang Tidak Terbatas.
Karena itu, khayalan manusia, sekalipun jauh lebih luas dan jauh jangkauannya dari panca indra, tetap saja tidak akan pernah menjangkau makna syahadat.
i- Poin terakhir dari yang ingin saya syarahi dengan ijin Allah ini, adalah hal yang luar biasa juga seperti yang di atas. Tentu saja semua penjelasan ini tidak sampai sedebu yang menempel di terompah (sandal/sepatu) Hdh Faathimah as. Yaitu tentang topik peraguan yang diajukan oleh filosof material yang tidak percaya Tuhan. Mereka menyatakan seperti ini:
"Tuhan (yang kamu yakini itu) mencipta alam ini dari apa? Kalau dari tiada, maka tiada itu tidak bisa diapa-apakan, apalagi dijadikan obyek pembuatan. Wong tiada. Apanya yang mau diapakan? Kalau dari yang ada, maka berarti yang ada itu tidak dicipta oleh Tuhan yang kamu yakini. Lalu siapa yang mencipta sesuatu yang ada sebelum penciptaan itu? Dengan demikian, maka kamu tetap terjebak pada kemustahilan, baik kamu memilih bahwa ciptaan ini dari ada atau dari tiada."
Di sini Hhd Faathimah as ingin menjelaskan kepada kita bahwa lawan "penciptaan dari ada" itu bukan "mencipta dari tiada", melainkan "tidak mencipta dari sesuatu".
Kalau antum memahami Ilmu Logika, di sana diterangkan tentang Predikasi atau kalimat berita atau DM (diterangkan menerangkan). Bahwa Predikasi itu bisa positif seperti "Api itu (adalah) panas", dan bisa negatif seperti "Tidaklah api itu dingin".
Predikasi Positif itu, bisa berupa predikatif dengan predikat positif atau ada (mahshuulatu al-mahmuul) seperti "Api itu (adalah) panas" karena panas di sini adalah ada dan positif, tapi bisa juga dengan predikat yang dinegasikan terlebih dahulu seperti "Api itu adalah tidak dingin".
Salah satu dari teori Ilmu Logika adalah, bahwa setiap yang kontradiksi itu tidak bisa diambil dua-duanya dan tidak pula bisa dibuang dua-duanya. Jadi, harus memilih salah satunya. Ada dan tiada, adalah dua hal yang kontradiksi hingga hukumnya adalah tidak boleh menerima dua-duanya dalam satu obyek dan juga tidak boleh membuang dua-duanya. Apa saja yang kita akan jadikan contoh, maka dia kalau bukan ada maka dia adalah tiada.
Filosof materialis (yang tidak percaya adanya non materi seperti Tuhan), terjebak dengan kesalahan berfikir dalam teori di atas. Mereka mengira bahwa lawan dari "Tuhan mencipta dari ada" adalah "Tuhan mencipta dari tiada". Karena itu, kita diberinya dua pilihan yang tidak bisa harus diambil sementara kedua pilihannya menkonsekuensikan kemustahilan sebagaimana sudah dijelaskan dalam jabaran pertanyaan mereka di atas.
Nah, di sini Hdh Faathimah as ingin memberikan penjelasan kepada kita bahwa lawan dari "Tuhan mencipta dari ada" itu adalah "Tuhan tidak mencipta dari ada", bukan "Tuhan mencipta dari tiada".
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa "Tuhan itu mencipta bukan dari ada". Inilah yang disabdakan Hdh Faathimah as itu. Artinya, Tuhan tidak mencipta alam ini dari tiada, bahkan Tuhan mencipta alam ini bukan dari ada sebelumnya.
Kalau Tuhan mencipta alam ini bukan dari ada sebelumnya, maka berarti dari DiriNya sendiri. Misalnya dari IlmuNya yang diperintah untuk ada seperti yang difirmankanNya dalam QS: 36:82:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya urusanNya adalah kalau menghendaki sesuatu (terwujud) maka -Dia- berkata kepadanya: 'Jadilah', maka terjadilah."
Nah, kalau sesuatu itu ada sebelumnya, maka bagaimana mungkin disuruh untuk ada lagi. Dan kalau sesuatu itu tidak ada, bagaimana bisa diajak bicara dan diperintahkanNya untuk terjadi?
Dengan demikian, maka Allah mencipta alam ini bukan dari ada yang sebelumnya dan bukan pula dari tiada karena tiada adalah tiada yang tidak bisa diajak bicara dan diperintah serta tidak bisa dijadikan apapu. Wong namanya tidak ada. Bagaimana mungkin tiada itu dijadi-jadikan atau diapa-apakan?
Karena itulah maka yang diperintah ada itu adalah IlmuNya yang mengetahui kemaslahatan dan kebaikan kepenciptaanNya terhadap suatu ciptaan (alam ini). Pengetahuan itulah yang disuruh ada.
Dan karena Tuhan itu non materi, maka jelas tidak perlu kata-kata untuk dijadikan alat menyampaikan perintahNya. Karena itu maka perintah ini dapat diartikan dengan Iradah atau Kehendak. Jadi, maksud ayat di atas adalah bahwa Allah menghendaki terwujudnya sesuatu yang diketahuiNya sebelumnya, yaitu tentang alam ini.
Inilah yang dimaksudkan Hdh Faathimah as ketika bersabda:
"Dia memulai penciptaan segala sesuatu tidak dari sesuatu sebelumnya, dan menjadikannya tersusun tanpa contoh sebelumnya...."
Allaahu A'lam bi al-Shawaab, semoga tidak terlalu jauh dari terdangkalnya maksud dari yang dimaksudkan beliau as karena sudah tentu maksud beliau as itu, memiliki gradasi sampai pada pemahaman yang teramat tinggi yang tidak bisa dijangkau kecuali oleh Insan Kamil (manusia sempurna).
Salam padamu wahai junjungan kami Zahraa' (as), kami datang di hari syahidmu untuk turut berduka dan merasakan yang kamu alami walau hanya dalam batasan diri yang hina dina ini. Semoga Junjungan sudi menerimanya dan mensyafaati kami semua, baik di dunia atau di akhirat nanti. Amin.Wassalam.
Suka
Komentari
16 komentar
Komentar

Hasmin Wiryadi Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Aku senang sekali dan bahagia sekali engkau mengetahui ini walaupun hanya sedikit dari ilmuNya.
Tidak ada yang mustahil dan tidak ada yang tidak mungkin
Untuk diketahui dengan izinNya
Sabar dan terus bermohon kepadaNya engkau akan mendapat petunjukNya,
untuk yang jauh lebih dalam lagi arti hakekat dan hakikiNya
Jelaslah Allah Maha Kuasa dengan
KekuasaanNya/IlmuNya
maka semua bisa terjadi.
Hanya sedikit tambahan mengenai ilmu teori dan ilmu amali kadang kadang tidak bersinergi secara kasat mata dan pikiran, tetapi sebenarnya tetaplah bersinergi dan saling berhubungan.
Seperti contohnya api adalah panas tapi dia juga bisa dingin dengan KuasaNya dan masih banyak lagi, tetapi butuh keimanan untuk mempercayaiNya.
Semoga penjelasan ini menambah sedikit wawasan dan pengetahuan saudaraKu.

Chaerul Aamiin

Rahmat Ali Ridho Bihaqqi Muhammadin Wa Ali Muhammad - Allah Humma Sholli 'Ala Muhammad Wa Ali Muhammad... Salam yang terbaik teruntuk Engkau Ya Sayyidi Ya Maulay Ya Syaidatinnisa Lil'alamin Syahidah Fatimah Azzahra As Bintu Rasulillah Muhammad Saww.

Salewangang Ilmu Maros Kamia turut mengucapkan duka yang sedalam-dalamnya atas kesyahidan Hdh Faathimah as pada tanggal 3 Jumaadi al-Tsaanii tahun 11 Hijriah,

Andika Duhai Bunda izinkan kami berduka dengan dukamu.. dan bahagia dengan senangmu.. Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..

Sinar Agama Hasmin Wiryadi, ahsantum. Api itu tetap panas karena jati dirinya memang panas. Api kalau dingin, maka bukan api. Tapi apakah api yang panas ini mesti dirasakan panas oleh yang dikenainya? Nah, jawabannya adalah tidak mesti. Karena orang yang ruhnya kuat seperti karena mendapat mukjizat, atau mendapat karamah, atau kekuatan sihir dan semacamnya, maka api itu tidak bisa menyulut atau membuat panas badan mereka.

Mengapa api yang panas tidak bisa membakar badan mereka? Karena mereka memiliki ruh yang non materi. Sebab setiap menda memiliki ruh. Dan ruh yang paling kuat adalah manusia karena memiliki semua daya yang empat, yaitu daya-tambang, daya-nabati, daya-hewani dan daya-akli.

Nah, api yang hanya memiliki daya tambang, tidak bisa menang pada ruh yang memiliki empat daya itu.

Tentu saja, kalau pemilik empat daya itu, betul-betul telah menguatkan daya akal-nya, apakah dengan mencapai maqam kenabian hingga mendapat mukjizat seperti nabi Ibrahim as, atau mencapai maqam wali hingga mendapat karamat, atau mencapai maqam ruh kuat di akal khayalnya (bukan akal hakiki) seperti para penyihir atau penapa (orang-orang yang bertapa), atau mencapai maqam mengusai jin dimana ini juga akal khayali.

Akal-khayali yang dimaksudkan adalah bukan akal-argumentatif, melainkan akal yang dalam hal ini pikiran, yang difokuskan pada sesuatu hingga sesuatu itu terinteraksi, seperti api menjadi tidak terasakan panasnya.

Jadi api yang antum katakan dingiin itu, bukan dingin. Sebab kalau dingin maka bukan api. Misalnya api yang membakar nabi Ibrahim as. Dia api yang sangat panas. Karena itu kayu-kayu dan bahkan burung yang terbang di atasnya, semuanya terbakar. Kalau apinya dingin, maka sama sekali tidak terhitung mukjizat untuk nabi Ibrahim as.

Kalau Tuhan berfirman pada api: "Dinginlah kamu untuk Ibrahim", maka kata-kata itu adalah majazi, bukan hakiki. Seperti kalau kita dalam keadaan marah, berkata "Aku panas terbakar". Atau ketika seorang istri pada suaminya tidak romantis dikatakan "Dia dingin".

Jadi, dingin yang difirmankan Allah pada api itu adalah majazi dan bukan hakiki. Artinya, kuatlah kamu wahai Ibrahim hingga tidak akan terbakar api. Dalam hal ini seperti Tuhan yang berfirman bahwa Dia yang memberi rejeki seperti bayaran kantor atau laba di perdagangan. Padahal yang memberi adalah kantor atau atasan dan/atau para pembeli dagangan kita. Tapi Tuhan mengatakan bahwa Dia yang memberi dan hal ini memang benar. Artinya, Dia yang memberi melalui semua perantara-perantara itu. Begitu pula dengan firmanNya pada api "Jadilah kamu dingin untuk Ibrahim!", maksudnya "Aku berikan kekuatan pada ruh Ibrahim as hingga panasmu tidak akan bisa membakarnya dan bahkan membuatnya menjadi kedinginan."

Sadik Umar Albar Kalau api itu sudah menjadikan diri Ibrahim kedinginan..maka sudah tidak majaz lagi jadinya.

Sadik Umar Albar Api betul2 menjdi dingin bagi Ibrahim karena ALLAH yg menghendakinya terhadap Ibrahim spt itu.
Jadi...apanya yg majaz kalau sudah begitu..?

Sinar Agama Teman-teman yang lainnya: Terimakasih telah ikut serta dalam duka ini dan telah bersimpati dengan komentar dan jempolnya serta sharingnya. Semoga Allah membalas dengan pahala yang besar dan ampunan yang tiada kira, amin.

Sundari Sastrareja Assalamualaiki Ya Sayyidah Fatimah AzZahra alaihasalam ....frown emotikon....aghitsni.....

Rahmat Ali Ridho Amin Ya Illahi Robbi... Terimakasih atas do'anya Ya Ustadz Sinar Agama. Salam Penuh Santun Ya Ustadz... Bihaqqi Muhammadin Wa Ali Muhammad... Syuron Lillah - Syukron Lillah - Syukron Lillah...

Madah Jidusa mtsl=(3=jdyd/7 perilaku lama)*13^2 statika pembaruan=39 merasa baru*13 dinamika lupa masa lalu=khlqjdyd.

Akmal Askari Allahumma Shalli ala Muhammad wa Aali Muhammad

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad...

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.