Wednesday, April 6, 2016

on Leave a Comment

Bagaimana yang taklid ke rahbar dalam mengamalkan kitab sahifah al mahdiyah dan sahifah sajadiyah Apakah kitab tersebut sahih? 2. Penjelasan Imam Ali as menegur org yang membahas Qada dan Qadar didalam kitab Mafatih al Jinan

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=902571169856341&id=207119789401486


Salam ustd.
1.Bagaimana yang taklid ke rahbar dalam mengamalkan kitab sahifah al mahdiyah dan sahifah sajadiyah,apa amalan2 dalam kitab tsbt di anggap sahih oleh rahbar.
2. Dlm mafatih al jinan bab keutamaan bulan sakban ada kisah bahwa imam ali as mengecam orang yang membahas qada dan kadar, dan kata imam ali bahwa masalah kada dan kadar adalah tidak wajib untuk menelusurinya. Mohon sarahnya mengenai hadis tsbt
Tri
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Kalau Shahifah Sajjaadiyyah bisa diyakini bahwa beliau as menerimanya. Karena kitab itu sudah teramat masyhur/terkenal sejak dahulu kala. Beda dengan Shahifah-shahifah lainnya yang baru dikumpulkan sekitar 19 tahun yang lalu dari berbagai kitab. Memang, shahifah-shahifah yang lain itu juga diambil dari kitab-kitab riwayat yang muktabar (bisa dipakai), akan tetapi bisa saja ada perbedaan pendapat di dalamnya walaupun pada sebagian riwayatnya.

Apapun itu, semua shahifah itu jelas bisa dipakai kalau diniatkan karena Allah semata dan secara mutlak tanpa niatan mensunnahkan.

2- Ana cari di Mafaatiih kok tidak ada ya? Bisa dinukilkan di bagian depan-depan penjelasan tentang bulan Sya'baan atau di tengah atau di akhir. Sebab dalam keutamaan yang ada di depan sendiri sebelum menjelaskan amalan-amalan bulan Sya'baan, saya tidak menemukannya.

Btw, semua hadits Makshumin as kalau sudah shahih maka pasti ada penjelasannya. Nanti saya akan berikan penjelasan semampunya kalau sudah mendapatkan hadits yang antum maksudkan itu, insyaaAllah.

Raihana Ambar Arifin Salam ustd. Mengenai hadis yang imama ali as ada di ppenjelasan amalan khusus hari ke dua bulan syakban. Sy mengggunakan referensi mafatil al jinan terjemahan bahasa indonesia.

Sinar Agama Raihana Ambar Arifin,:

1- Ahsantum, lain kali yang lengkap kalau menyebutkan alamat tulisan supaya tidak terlalu membuang waktu yang tidak perlu.

2- Di hadits itu dikatakan bahwa Imam Ali as menemukan beberapa orang sedang berdebat dengan suara tinggi di masjid pada awal bulan Sya'ban. Mereka sedang membicarakan dan mendiskusikan tetang masalah qadhaa' dan qadr.

3- Imam Ali as menasihati mereka untuk tidak masuk dalam hal-hal yang mereka tidak mengerti dan meninggalkan ibadah pada awal bulan Sya'ban.

4- Dalam nasihatnya itu Imam Ali as mengatakan bahwa orang yang lebih tahu tentang Qadhaa' dan Qadr adalah lebih banyak diamnya dan sebaliknya yang tidak tahu, lebih banyak bicaranya.

5- Dari poin (3) di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksudkan Imam Ali as bukan tidak baik bicara Qadhaa' dan Qadr, melainkan tidak baik bicara dengan suara tinggi di masjid dan membahas yang tidak mereka mengerti dimana suara tingginya akan mengganggu orang yang mau beribadah dan juga akan membuat bingung orang yang mendengarnya. Sebab mereka sama sekali tidak mengerti tentang keduanya itu.

6- Dari poin (4) dapat dipahami bahwa Qadhaa' dan Qadr itu bisa dimengerti. Karena itulah maka Imam as mengatakan bahwa yang paling tahu tentangnya adalah yang paling banyak diamnya. Nah, kalau Qadhaa' dan Qadr itu tidak dibicarakan dan tidak diajarkan, maka dari mana orang yang lebih tahu yang banyak diamnya ini, bisa tahu tentang keduanya?

7- Dari semua poin di atas dapat dipahami bahwa belajar tentang Qadhaa' dan Qadr itu mesti dari sumber ilmu seperti Nabi saww dan Ahlulbait as, bukan mengkajinya sendiri tanpa ilmu hingga bingung sendiri dan membingungkan orang sekitarnya terlabih mengganggu orang yang mau beribadah di masjid dan meninggalkan fadhilah bulan Sya'ban.

8- Salah satu ajaran terkenal dari Ahlulbait as adalah "Nahnu al-amr baina al-amrain", yakni "Kami berada di tengah di antara dua pandangan (Determinist/jabariahnya Asy'ariyah dan Bebas Mutlaknya Mu'tazilah).

Nah, kalau qadhaa' dan qadr tidak boleh dibahas, mengapa para Imam as mengajarkan?

Apalagi ketika melihat umat keliru memahaminya hingga mengira bahwa Qadhaa' dan Qadr itu adalah penentuan Tuhan akan nasib manusia. Sudah tentu dalam hal ini bukan hanya boleh dibahas melainkan wajib dibahas. Tentu dengan ilmu dan bagi yang sudah menguasainya dengan baik.

Sinar Agama Raihana Ambar Arifin,:

1- Ahsantum, lain kali yang lengkap kalau menyebutkan alamat tulisan supaya tidak terlalu membuang waktu yang tidak perlu.

2- Di hadits itu dikatakan bahwa Imam Ali as menemukan beberapa orang sedang berdebat dengan suara tinggi di masjid pada awal bulan Sya'ban. Mereka sedang membicarakan dan mendiskusikan tetang masalah qadhaa' dan qadr.

3- Imam Ali as menasihati mereka untuk tidak masuk dalam hal-hal yang mereka tidak mengerti dan meninggalkan ibadah pada awal bulan Sya'ban.

4- Dalam nasihatnya itu Imam Ali as mengatakan bahwa orang yang lebih tahu tentang Qadhaa' dan Qadr adalah lebih banyak diamnya dan sebaliknya yang tidak tahu, lebih banyak bicaranya.

5- Dari poin (3) di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksudkan Imam Ali as bukan tidak baik bicara Qadhaa' dan Qadr, melainkan tidak baik bicara dengan suara tinggi di masjid dan membahas yang tidak mereka mengerti dimana suara tingginya akan mengganggu orang yang mau beribadah dan juga akan membuat bingung orang yang mendengarnya. Sebab mereka sama sekali tidak mengerti tentang keduanya itu.

6- Dari poin (4) dapat dipahami bahwa Qadhaa' dan Qadr itu bisa dimengerti. Karena itulah maka Imam as mengatakan bahwa yang paling tahu tentangnya adalah yang paling banyak diamnya. Nah, kalau Qadhaa' dan Qadr itu tidak dibicarakan dan tidak diajarkan, maka dari mana orang yang lebih tahu yang banyak diamnya ini, bisa tahu tentang keduanya?

7- Dari semua poin di atas dapat dipahami bahwa belajar tentang Qadhaa' dan Qadr itu mesti dari sumber ilmu seperti Nabi saww dan Ahlulbait as, bukan mengkajinya sendiri tanpa ilmu hingga bingung sendiri dan membingungkan orang sekitarnya terlabih mengganggu orang yang mau beribadah di masjid dan meninggalkan fadhilah bulan Sya'ban.

8- Salah satu ajaran terkenal dari Ahlulbait as adalah "Nahnu al-amr baina al-amrain", yakni "Kami berada di tengah di antara dua pandangan (Determinist/jabariahnya Asy'ariyah dan Bebas Mutlaknya Mu'tazilah).

Nah, kalau qadhaa' dan qadr tidak boleh dibahas, mengapa para Imam as mengajarkan?

Apalagi ketika melihat umat keliru memahaminya hingga mengira bahwa Qadhaa' dan Qadr itu adalah penentuan Tuhan akan nasib manusia. Sudah tentu dalam hal ini bukan hanya boleh dibahas melainkan wajib dibahas. Tentu dengan ilmu dan bagi yang sudah menguasainya dengan baik.

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..
SukaBalasBaru saja

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.