Wednesday, April 13, 2016

on Leave a Comment

Bagaimana tafsir QS: Al An'aam ayat 68, "Apabila kamu (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami.. "

Link : https://www.facebook.com/sang.pecinta.90/posts/976856459030927

Salam.
Bagaimana tafsir QS: Al An'aam ayat 68
Apabila kamu (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka setelah ingat kembali janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim
Trims ust Sinar Agama
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Andika Salam..

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Seingatku saya sudah pernah menjelaskan hal ini yaitu:

1- Bahwa ayat itu memiliki hukum universal sekalipun bentuk kalimatnya mengaudensikan (mengkhithabi atau menujukan kalimatnya pada) satu orang seperti yang dituruni wahyu yaitu kanjeng Nabi saww. Jadi, sekalipun perintah Allah itu pada Nabi saww, kalau tidak ada keterangan khususnya, maka yang dimaksudkan Tuhan adalah semua umat manusia.

2- Ketika ayat itu umum, maka perintah yang dikandungnya juga umum. Karena itu yang diperintah menjauhi para pengejek itu bukan hanya Nabi saww melainkan semua orang termasuk Nabi saww.

3- Nah, ketika sampai pada ayat lupa, maka siapa yang lupa dan dilupakan syaithan ini, Nabi saww, umat atau keduanya? Jawabannya: Karena seorang nabi/rasul itu tidak boleh lupa dalam apapun terlebih yang dikuasai syaithan karena kalau lupa dan dikuasai syaithann maka syari'atnya tidak akan diyakini umat lantaran akan selalu ragu mana yang benar dan mana yang lupa, mana yang lupa sudah diingat dan mana yang tidak, mana yang lupa sudah diingat Tuhan dan mana yang belum diingatkanNya, mana yang sudah diingatkanNya dan diingat Nabi saww dan mana yang diingatkanNya tapi dilupakan Nabi saww, dan seterusnya (berbagai pertanyaan berlanjut).

Pertanyaan itu tidak bisa sicegah. Dan tidak bisa direm atau dihentikan dengan hanya mengatakan "Kalau lupa pasti diingatkan Tuhan". Sebab yang dilupakan itu wahyu Tuhan. Nah, kalau Tuhan mengingatkan berarti menurunkan wahyu lagi. Kalau demikian, maka kalau wahyu sebelumnya bisa dilupakan Nabi saww, maka apa yang bisa membuat wahyu berikutnya tidak dilupakan beliau saww?

Dengan demikian maka yang bisa lupa itu bukan Nabi saww tapi umat beliau saww.

Hal ini persis seperti perintah Allah swt misalnya dengan kalimat:

"Wahai manusia, hendaknya kalian berpuasa kecuali sakit dan shalat kecuali sedang haidh."

Nah, di sini yang sakit dan yang haidh bukan semua umat, tapi sebagiannya saja, yaitu yang memang sakit di bulan Ramadhan dan para wanita yang sedang haidh. Karena itu kalau ada perintah:

"Wahai Nabi saww dan umat semuanya, hindari orang yang mengejek Qur an, dan kalau lupa lalu ingat, maka segera hindari."

Di sini perintah menghindari orang pengolok Qur an bersifat umum, termasuk Nabi saww dan umat. Lalu ada pengecuan yaitu kalau dilupakan syaithan maka tidak dosa tapi kalau ingat maka segera pergi dan menghindari. Lupa di sini sama dengan sakit dan haidh di contoh sebelumnya. Yakni tidak semua orang terkena lupa persis seperti sakit dan haidh pada contoh di atas.

Jangankan Nabi saww, untuk seluruh umat saja tidak dipastikan lupa. Karena itu Tuhan mengatakan "Dan jika" lupa. Nah, kalau manusia lain saja dikalau-kalau oleh Tuhan dimana pertanda tidak pasti lupa, apalagi Nabi saww. Wassalam.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.