Saturday, March 26, 2016

on Leave a Comment

Tentang larangan meninggikan suara diatas suara nabi (QS 49:2) ada orang yg mengakui umar dan abu bakar pelakunya tp mrk (umar dan abu bkr) tidak berdosa krn tidak tau klw meninggikan suara itu dosa. Pendapat Ustad?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=894489053997886&id=207119789401486


Salam ustad....
Tanya:
Ttng larangan meninggikan suara diatas suara nabi (qs 49:2) ada orang yg mengakui umar dan abu bakar pelakunya.tp mrk (umar dan abu bkr) tidak berdosa krn tidak tau kw meninggikan suara itu dosa.sehingga turunnya ayat itu sebagai pelajaran kedepannya.jadi umar dan abu bkr ttp tdk berdosa.
Begitu pula dg larinya sahabat dr perang uhud.
Trims sebelumnya ustad
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Meninggikan suara itu tidak perlu ayat. Karana hal itu masuk akhlak umum yang ada sejak jaman nabi Adam as. Tapi dari sisi dosanya, maka baru setelah ayat tersebut. Sedang dari sisi batalnya amal baik maka bisa saja sebelum turunnya ayat itu. Tergantung niat yang meninggikan suara. Sebab ayat itu kan mengatakan bahwa "jangan sampai amal-amal kalian jatuh tanpa kalian sadari."

2- Lari dari perang Uhud jelas tidak bisa diterima. Sebab perang Uhud bukan perang pertama kali. Beda kalau perang Badr misalnya.


Bembong Asytari Nyambung tanyaanx ustad..

1.dg ada nya niat yg tdk baik yg menyebabkan gugurnya amal,apakah lantas dosa jg.....?
2.apakah ada pebedaan meninggikan suara antara nabi dan selain nabi...?
3.nabi sdh tiada...apakah kita skrng bebas dg ayat itu ....?
4.secara akhlak umum....apakah lari dr perang pertama/badar termasuk tercela...?


Bembong Asytari 5.apakah tercela itu masuk kategori dosa jg ustad....?

Trims sbelumnya ustad....


Sinar Agama Bembong, :

1- Kalau gugurnya amal itu dikarenakan hal-hal seperti riya', sombong, merendahkan orang lain, mencela, merendahkan Nabi saww, meremehkan Nabi saww, dan semacamnya, maka sudah tentu dosa. Karena itu perlu taubat.

2- Sudah tentu ada. Dan hal seperti ini tidak perlu mesti dituruni ayat untuk mengetahuinya. Antum bicara tinggi di tengah-tengah orang membaca Qur an, di tengah-tengah ceramah orang, di tengah-tengah persidangan orang, di tengah-tengah rapatnya orang, di tangah-tengah orang tidur, dan semacamnya dapat diketahui akal umum/uruf bahwa hal itu jelek dan tidak baik dan telah mengganggu hak orang lain. Begitu pula bicara keras-keras di dekat orang yang sudah tua, apalagi Nabi saww dan Imam Makshum as, atau di dekat para ulama, semua itu dapat diketahui dengan akal normal dan umum.

Dan gradasi keburukannya, kita juga dapat mengetahuinya sekalipun sama-sama jeleknya. Misalnya di depan orang tua sendiri masih mending. Di depan orang tua orang lain sudah lebih parah. Di depan orang tidur mungkin masih mending, tapi di tengah-tengah orang sakit sudah lebih parah. Begitu pula di tangah-tengah sidang, ceramah, rapat, dan semacamnya itu dapat bergradasi sesuai dengan kondisinya masing-masing.

Nah dari semua itu, mengeraskan suara di dekat Nabi saww adalah yang paling buruknya. Sebab akan mengganggu pengajaran beliau saww, akan terhitung meremehkan beliau saww walau tidak niat meremehkan, akan terhitung sebagai pemicu pemalingan perhatian umat yang diajar beliau saww kepada sumber suara keras dan kajian jadi bubar sementara yang mengajar adalah beliau saww, dan semacamnya dari efek-efek buruk. Yang lebih parah seperti ejekan para kafirin dan perendahan pada Nabi saww. Misalnya mereka akan mengatakan umatnya saja tidak memperhatikannya dan tidak menghormatinya apalagi kita-kita. Dan berbagai keburukan yang bisa timbul dari bersuara keras di dekat Nabi saww itu.

3- Wow, sama sekali tidak seperti itu. Emangnya antum tidak bersalam langsung pada beliau saww setiap shalat hingga mengatakan telah tiada? Apakah ayat tawassul yang ada di QS: 4:64, sudah tidak berlaku, yaitu yang berbunyi:

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا

"Dan kalau mereka berbuat zhalim terhadap diri mereka (dosa) lalu datang kepadamu (Muhammad saww) dan meminta ampunan kepada Allah dan Rasulullah juga memintakan ampunan (untuk mereka) maka mereka akan mendapatkan Allah itu Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang."

Jadi, sekarangpun seperti itu. Kalau kita di makam Nabi saww di Madinah, tidak boleh bersuara tinggi.

4- Lari dari perang itu bukan lagi masuk bab akhlak, tapi bab khianat, artinya sangat tercela karena khianat. Membiarkan muslimin lainnya dan apalagi di tengah-tengahnya ada Nabi saww terserang habis-habis dan yang dipentingkan hanya keselamatan dirinya, maka ini sudah bukan masuk dalam akhlak umum yang sekalipun tidak baik tapi masih bisa dimaklumi, tapi sudah masuk bab khianat yang amat tercela dan mendapatkan hukuman.

5- Tergantung tercelanya. Kalau dalam akhlak dan keutamaan, maka lawannya yang tercela, secara umum, bukan dosa. Tapi kalau dalam hukum dan peraturan, maka lawannya yang tercela, secara umum adalah dosa.

Peratuan perang itu adalah hukum. Karena urusannya dengan nyawa, baik membunuh atau dibunuh. Jadi, bukan urusan akhlak dan keutamaan lagi misalnya dengan mengatakan "Lebih bagus tidak meninggalkan Nabi saww terbunuh sendirian dari pada meninggalkan beliau saww." Tidak seperti itu. Mencuri telur saja sudah dosa, lah ini membiarkan orang lain dan Nabi saww terbunuh. Kalau bukan karena pertolongan Tuhan kala itu, maka Nabi saww betul-batul sudah terbunuh. Nah, pertolongan Tuhan ini tidak bisa dijadikan penutup bagi pelanggar peraturan. Kecuali kalau taubat lahir batin dan Tuhan serta Nabi saww memaafkannya.


Bembong Asytari Sungguh mencerahkan sekali ustad.....betapa mudah dan murahnya dapat ilmu ustad dan... gratis.
Sperti sinar matahari yg mudah didapat dan gratis dg sinarnya.
Smoga sinar Agama slalu bersinar tanpa awan hitam yg menghalangi.
Wlpn ada awan hitam yg menghalangi.....smoga sinarnya ttp bisa di manfaatkan.
Amin
trimakasih banget ustad ats semua ini.
Afwan...afwan....


Sinar Agama Bembong, semoga baik sangka antum dicatat dan diwujudkan untukku dan antum serta semua teman-teman kita di facebook ini oleh Allah, amin.

Ana dari rejeki yang diberikan Tuhan yang berupa pelajaran lebih dari tiga puluh tahun belajar di Hauzah, walaupun ana tidak mendapatkan seperti yang didapati para ulama besar baik dalam teori dan amal, tapi insyaaAllah tidak akan pernah membakhilkan ilmu yang sedikit ini kepada sesama saudaraku (Syi'ah dan Sunni dan bahkan lain agama yang saudara dalam sesama manusia seperti yang disabdakan dan diperintahkan Imam Ali as kepada wakil beliau Malik Asytar ketika diutus untuk menjadi gubernur beliau as di Mesir).

Tapi antum semua jangan keder dengan puluhan tahun pelajaranku itu. Sebab ana bukan mau menakuti antum semua dengan mengisahkan nikmat yang kuterima itu. Kisah itu hanya merupakan syukurku padaNya dan supaya antum merasa lebih nyaman bertamu di rumah sederhanaku di facebook ini. Merasa nyaman yang disebabkan datang ke tampat yang secara akal uruf/umum sudah tepat dan profesional sekalipun jauh dari tingkatan makshum tentunya. Karena itu berdebatkan kalau memang diperlukan untuk mendapatkan argumentasi. Debat sangat dianjurkan karena di akhirat kelak tidak basa basi. Tapi debat dengan bahasa yang santun (tanpa celaan dan umpatan) dan hanya demi mencari argumentasi yang lebih kuat sesuai yang diperintahkan Allah dan Nabi saww serta Imam Makshum as.


Bembong Asytari Iya ustad....
Makanya aku slalu tanya.wlpn berat hati krn aku tau betapa sibuknya ustad menjawab tanyaan tman2.
Tp,demi untuk dapat pencerahan at bimbingan dn semacamnya,aku terus bertanya.wlpn lama at terlambat mislnya,aku ga peduli. Yg penting ada jawaban.wlp kenyataannya tidak lama.

Sbnarnya aku ingin slalu di doakan oleh ustad supaya ilmu2 ahlul bait bisa aku aplikasikan.supaya jangan hanya menjadi penghias bibir.krn...aku sdh meyakini syiah sebagai islam yg sebenarnya yg di bawa nabi saww.krn aku sering mikir....ko masih sj aku melakukan dosa.
Nah...makanya aku ingiiiiiin banget di doakan supaya bisa menjalankan perintah dan menjahui laranganNya.

Maaf ustad klw ada komenku yg salah at terkesan tdk sopan dll.tolong di benerin.


Sinar Agama Bembong, tidak ada yang tidak sopan. Sudah ana bilang rileks dan kita berhadapan seperti kayakan kakak adik saja. Doa insyaaAllah tidak pernah putus, semoga diterimaNya dan semoga antum juga mendoakan abang ini. Berat ya akhi di akhirat itu. Saling doa dan saling memaafkan diantara kita merupakan salah satu pemudah untuk menggapai keselamatan dunia akhirat, Tentu saja dalam keadaan terus belajar fiqih dan lain-lainnya dan mengamalkannya dengan baik dan ikhlash.

Bembong Asytari Iya ustad.....trimaksaih.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.