Thursday, March 24, 2016

on Leave a Comment

Mengenai takdir, Apakah pembunuhan imam husein itu adalah takdir? Sholat jumat di Iran selalu ramai padahal di zaman gaibnya Imam Mahdi boleh di ganti zuhur? pendapat ustad?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=893441807435944&id=207119789401486

salam ustads. semoga kebaikan tercurah pada ustads sekeluarga. mau nanya nih ustads. 1. saya sdh baca penjelasan ustads tentang takdir. sngat gamblang dan masuk akal menurutku ustads. namun ad beberpa hal yg kontradiksi dari realitas menurutku ustads. begini, jika memang tdk ada yang namanya pebgkadaran terhadap nasib manusia lalu bagaiman dengan pristiwa-pristiwa yg diramalkan oleh Nabi dan kemudian betul trjadi seperti pembantaian Husein as di karbala, penghianatan kekhalifahan dan terbunuhnya Ali as, ghaibnya Imam mahdi dsb. bknkah itu takdir ya ustads. bkn kah pembunuh Ali dan Husein sdh pernah diramalkan Nabi Saw.
2. tentabg sholat Jumat, ustads bilang tdk wajib sebelum adanya seruan dri Imam bhkn hrus diganti dgn dhuhur jika melakukannya dengan takiyah persatuan. lalu bgmn dengan di Iran ya ustads mereka bhkn sngt ramai dan semangt melaksanakannya.
mohon penjelasannya ustads. trima kasih sebelumnya.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- He he he...ahsantum. Sepertinya antum belum lengkap membaca. Taqdir ini sudah ditulis dalam banyak catatan. Yakni tidak adanya taqdir dan penasiban.

Kan dalam penjelasannya sudah diterangkan bahwa semua yang ditulis di Lauhu al-Mahfuuzh itu, yang dijadikan landasan iman pada taqdir di Sunni Ala Asy'ari itu (bukan Sunni Ala Mu'tazilah), adalah tulisan berdasarkan ilmu Tuhan terhadap pilihan umat manusia. Yakni menuliskan apa yang sudah menjadi pilihan akhir manusia dan ijin Allahnya untuk terjadi.

Jadi, semua ramalan itu, dimana sebenarnya bukan ramalan sebab hal pasti yang lebih layak disebut pengkabaran terhadap kejadian masa mendatang, adalah seperti yang tertulis di Lauhu al-Mahfuuzh itu, yaitu Ilmu Allah yang telah diberikan kepada Nabi saww dan para auliya'Nya.

Karena itu, pengkabaran tentang Karbala dan lain-lainnya itu, seperti ghaib dan keluarnya Imam Mahdi as, seperti 12 imam, seperti keluarnya Dajjal dan seterusnya, sama sekali tidak bertentangan dengan ikhtiar manusia. Karena yang ditulis itu adalah ikhtiar itu sendiri yang diketahui Allah sebelum kejadian dan bahkan sebelum penciptaan sekalipun karena IlmuNya Tidak Terbatas.

2- Shalat Jum'ah itu maka:

a- Tetap wajib sekalipun hari ini dan di mana saja di dunia ini. Tapi wajibnya bukan ta'yiinii (hanya shalat Jum'at) melainkan ikhtiyari (boleh pilih antara shalat Jum'at dan shalat Zhuhur).

b- Wajibnya shalat Jum'at itu bukan ditentukan seruan Nabi saww atau wakil beliau saww baik imam makshum as atau yang lainnya pada masa beliau saww, akan tetapi ditentukan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun shalat Jum'atnya itu sendiri seperti Imam shalatnya (khathib) memenuhi syarat seperti berakal, tahu hukum, lelaki, Syi'ah (kecuali taqiah yang dalam istilah Sunni kemaslahatan umat), adil (tidak melakukan dosa besar dan kecil) dan semacamnya. Makmumnya juga harus memenuhi syarat, seperti sedikitnya terdiri dari empat lelaki.

Nah kalau ada seruan adzan untuk shalat Jum'at yang datang dari imam shalat di atas yang memenuhi syarat itu, maka wajiblah shalat Jum'at tersebut. Tapi wajib ikhtiyari/ikhtiari, bukan ta'yiinii.

Jadi orang yang ada Bali atau Thailand yang mayoritas kafir Budha sekalipun, kalau syarat-syarat di atas terpenuhi, maka sudah wajib melakukan shalat Jum'at secara wajib ikhtiyaari. Jadi, tetap boleh pilih shalat Zhuhur.

c- Shalat Jum'at di negara Islam seperti di Iran sudah difatwakan dengan jelas oleh Rahbar hf, bahwa shalat Jum'at di negara Islam Iran (walau diingkari kenegaraIslamannya ini oleh buku SMS), adalah Wajib yang disunnahkan untuk didahulukan dari shalat Zhuhur. Wassalam.


Arifuddin Syam terima aksih ustads. tapi saya belum terlalu paham penjelasan ustads. yg kutangkap adalah berarti Allah menentukan ikhtiar manusia. karena ia telah tahu manusia akan berbuat demikian. dn jika memang tidak begitu berarti manusia bsa mengubah semua ramalan itu karena kalau ia tdk bsa mengubahnya berarti itu adalah penasiban menurutku ustads. apalagi jika dikatakan manusia akan berbuat demikian sebelum penciptaan.

Arifuddin Syam apalagi jika kejadian itu bersifat spesipik. seperti terbunuhnya Husain di Karbala, berkhianatnya Umar dan Abu Bakar, dll yg spesifik. pun juga Nabi beberapa haditsnya mengatakan hal yg sifatnya spesifik seperti di usirnya Abu Dzar, prngkhianatan Thalhah dan Zubair. bukankanh itu semua penentuan nasib Umar, Abu Bakar, Thalhah, dan Zubair untuk jadi pengkhianat. mohon diberikan analogi ustads. saya sungguh tidak paham

Sinar Agama Arifuddin Syam, Tuhan tidak menentukan ikhtiar manusia selain bahwa manusia diberi ikhtiar. Ikhtiar artinya kuasa memilih apa saja, persis seperti binatang. Binatang seperti manusia, bebas memilih apa saja dalam perbuatannya. Bedanya binatang tidak punya akal dan manusia punya akal. Itu saja. Dan beda teresbut membaut binatang tidak ada hisabnya dan tidak ada surga-nerakanya, tapi manusia memiliki semua itu karena memiliki akal.

Jadi, manusia dan binatang sama-sama memiliki kemampuan ikhtiar memilih apa dalam hidupnya. Ikhtiar seperti ini memang diberi Tuhan. Tapi bukan penentuan ikhtiarnya ke obyek-obyeknya. Manusia diberi ikhtiar untuk memilih makan dan jenis makanannya. Dan kalau manusia memilih makan nasi, maka manusia yang memilihnya/mengikhtiarinya sendiri, bukan Tuhan yang sama sekali tidak menentukan dia makan nasi. Nanti baru dihisab apakah makan nasinya itu sesuai syari'atNya yang menghukumi semua dari sisi halal-haramnya.

Nah, semoga sudah paham hal ini. Lalu, di lain pihak, karena Tuhan Maha Tahu hingga mengetahui semua yang akan terjadi sampai hari kiamat SEJAK sebelum alam ini dicipta sekalipun, maka Tuhan sudah tahu apa yang akan dipilih manusia itu, apakah mau memilih taat, maksiat dan semacamnya. Tahu sampai apakah akan masuk surga atau neraka. Semua pilihan dan ikhtiar manusia itu, dilakukan oleh manusia itu sendiri.

Jadi, Tuhan tahu bahwa Imam Husain as dengan ikhtiarnya akan berjuang membela agamaNya dan Yazid dengan ikhtiarnya akan memeranginya. Tahu bahwa peperangan itu akan terjadi sesuai dengan ikhtiar mereka sendiri pada tanggal ini dan jam itu. Apa sulitnya bagi Tuhan mengetahui ini?

Nah, yang di Lauhu al-Mahfuuzh itu adalah ilmu Tuhan tersebut. Wassalam.


Sinar Agama Jangankan sebesar peristiwa Karbala, apa yang ada di hati antum dan yang antuk pilih setiap detiknya dan bahkan setiap sepersejuta detikpun, Tuhan mengetahuinya sejak alam ini belum dicipta. Tuhan mengetahui itu bukan menentukan.

Arifuddin Syam terima kasih ustads saya sudah agak paham. jadi Tuhan dalam hal ikhtiar manusia hanya sekedar mengetahuinya tanpa ikut campur tangan di dalam ikhtiar manusia itu.

Arifuddin Syam jadi ustads karena semua yang terjadi itu adlah ikhtiar manusia berarti Muawiyah bisa u memilih tidak meracuni Hasan as, Abu bakar dan Umar bisa untuk memilih tdk mengkhianati penunjukan wilayah Ali as walau sdh diramalakan, Pembantai keluarga Nabi di karbala juga bisa u memilih tdk membantai keluarga Nabi walau sdh diramalkan. apa betul bgt ustads?

Sinar Agama Arifuddin Syam, betul dan tidak betul he he... afwan. Tidak betulnya adalah bahwa yang dikatakan Nabi saww itu bukan ramalan, tapi kepastiterjadian karena berita dari wahyu Allah. Dalam hal ini wahyu ilmu tentunya, bukan wahyu Kitabullah.

Benarnya adalah bahwa Mu'awiyyah dan Yazid itu sangat-sangat bisa memilih tidak memerangi Ahlulbait as. Tapi mereka memilih memerangi dan pilihan mereka itu diketahui DENGAN PASTI DAN BUKAN RAMALAN oleh Tuhan yang diberitahukan kepada Nabi saww sejak sebelum dunia ini diciptakan.


Arifuddin Syam siap ustads saya sudah paham. terima kasih ustads

Arifuddin Syam siap ustads saya sudah paham. terima kasih ustads

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.