Tuesday, March 22, 2016

on Leave a Comment

Mohon makna dari kalimat berikut ust. 'Lepaskan ikatan, terbanglah melayang jangna pedulikan kecuali kebenaran yang terukir dalam argumentasi yang gamblang'


Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=888486991264759&id=207119789401486

Salam.
Mohon makna dari kalimat berikut ust. 'Lepaskan ikatan, terbanglah melayang jangan pedulikan kecuali kebenaran yang terukir dalam argumentasi yang gamblang' Trims ust.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Penulis kalimat itu yang tahu maksud sebenarnya. Kalau boleh meraba maka mungkin bisa dikatakan:

1- Beradab atau berakhlak pada Tuhan, memiliki dua bagian secara global:

a- Beradap padaNya secara langsung, seperti shalat, puasa, dzikir, belajar/mencari ilmu, mengamalkan ilmu, dan semacamnya.

b- Beradap padaNya secara tidak langsung, seperti mengajar, belajar, berpolitik, berekonomi dan semacamnya.

c- Beradap padaNya secara langsung dan tidak langsung sekaligus seperti mengajar, mencari ilmu dan semacamnya.

2- Apapun amal, akan diterima Tuhan kalau sudah benar dari sisi ilmunya, penerapannya dan ketulusan hatinya padaNya. Kalau tidak benar, maka tidak akan diterimaNya walaupun bisa saja diampuniNya kalau tidak sengaja atau tidak semi sengaja (seperti sudah tahu kalau tidak tahu dan ada tempat belajar tapi tidak belajar).

Memang belajar yang sudah benar dan niat yang sudah ikhlash, bisa menyebabkan datangnya pahala sekalipun salah ilmu. Tapi yang mendatangkan pahala itu bukan ilmunya yang salah, melainkan cara dan niatnya yang sudah benar. Btw.

3- Kalimat yang antum tanyakan itu, terasa sekali tekanannya di adab pada Tuhan secara langsung dan dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.

Karena dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya, teramat banyak rintangannya seperti kecenderungan hati (misalnya pada guru begitu dan begitu, metodologi begini dan begitu, cocok dengan diri atau tidak cocok, satu golongan atau tidak, satu suku atau tidak, dan semacamnya), keindahan kata dan cara, berat atau ringan, banyak yang sama atau sedikit, dikucilkan atau ditemani, bisa menjadi kaya atau miskin, dan seterusnya.

4- Karena itu, kalau ingin beradab padaNya dengan adab dan akhlak yang disukai dan diridhaiNya, dalam hal menuntut ilmu dan mengamalkannya itu, maka tidak boleh memperdulikan yang lain selain argumentasi yang jelas dan gamblang (mudah).

5- Gamblang dalam istrilah logika disebut juga dengan Badihi atau mudah. Artinya yang sudah jelas dan tidak perlu pada pembuktian argumentasi lagi saking sudah mentok kegamblangan dan kejelasannya.

6- Jadi, kalimat "Lepaskan ikatan" maksudnya adalah ikatan apapun yang mengikat akal manusia dan argumentasi serta kemerdekaannya seperti yang sudah disebutkan di atas itu, yakni kecenderungan hati dan semacamnya itu.

7- Sedang arti dari "Terbanglah melayang" artinya adalah terbang kepada kesempurnaan insani atau insan kamil. Karena untuk menjadi insan kamil harus menguatkan akal, baik akal-pahaman dan/atau akal-praktek. Akal-pahaman adalah mengerti ilmu dengan argumentasi. Akal-praktek adalah akal yang menyuruh konsekuensi pada ilmunya seperti tahu akan bahaya racun diaman akal menyuruh kita menjauhinya.

8- Mengapa menuju insan kamil itu dikatakan terbang? Sebab insan kamil itu maqam yang tinggi dilihat dari kemanusiaan. Maqam tinggi adalah maqam tidak memiliki apa-apa yang dalam istilah agama disebut dengan Hamba atau Budak.

Jadi, yang ingin menjadi insan kamil, maka harus terbang menuju ke papaan dan ketiadaan.

9- Mengapa dikatakan terbang, dari terbang dari apa? Dikatakan terbang karena terbang memiliki artian meninggalkan atau take of. Nah, terbang dari apa? Sudah tentu dari dunia fana ini.

10- Mengapa harus terbang? Karena harus ditinggalkan. Apa yang harus ditinggalkan dari dunia ini? Jawabannya adalah kepemilikan, kesukaan dan kecintaan. Jadi, orang yang meninggalkan kesukaan dan kecintaannya pada dunia fana ini, maka ia terbang menuju insan kamil.

11- Lalu dengan apa manusia bisa terbang? Jawabannya adalah dengan akalnya. Sebab satu-satunya kekhususan yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki makhluk materi lainnya adalah akalnya, yaitu akal-pahaman dan akal-praktek.

12- Lalu bagaimana cara terbang dengan akal?Jawabannya adalah dengan belajar ilmu secara benar, yaitu dengan argumentasi yang gamblang hingga kebenarannya sebegitu jelasnya hingga siapapun yang mendengarnya pasti membenarkannya dan tidak perlu pada argumentgasi lagi.

13- Apakah hanya dengan aka-pahaman atau argumentasi? Tentu saja tidak cukup. Karena akal itu juga menyuruh kita mengamalkan ilmunya. Jadi, terbang dengan akal adalah dengan dua cara. Yaitu di samping di poin 12 itu, juga harus diamalkan secara benar pula dan ikhlash kepada Allah Sang Maha Memiliki.

14- Sedang adab yang tidak langsung pada Allah, seperti mengajar dan belajar dari dimensi sosialnya, bersosial, berbudaya dan berpolitik dan semacamnya, maka Islam telah mengajarkan cara-caranya sendiri. Artinya, selain harus berpegang teguh pada argumentasi gamblangnya, juga harus memperhatikan kondisinya, seperti tingkatan sosial yang dihadapi, tingkatan ekonomi dan politiknya, tingkatan cara berfikirnya dan pendidikannya, tingkatan budaya dan peradabannya. Walhasil harus dilihat semua kondisinya yang bersangkutan dengan topik yang sedang dihadapi. Wassalam.


Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad...

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.