Tuesday, March 22, 2016

on Leave a Comment

Mohon penjelasanya Ustad mengapa orang yang mengingkari Imamah itu tetap muslim padahal Imamah adalah Ushuluddin?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=889074344539357&id=207119789401486


Salam
Semoga Ustadz selalu berada di dalam rahmat dan rida-Nya.
Afwan saya mau bertanya kepada Ustadz berikut ini. Saya sedang diskusi dengan para wahabi di grup sebelah. Ada pertanyaan mereka yang membuat saya bertanya2 jawaban yang tepatnya seperti apa?
Begini, syiah itu ushuluddinnya kan ada imamahnya. Nah, kalo yg ga percaya imamah kan masih dianggap muslim padahal kan mereka ngga meyakini yang pokok2 agama itu? Trus disebutkan dalam hadis bahwa ali dan syiahnya termasuk yang beruntung itu maksudnya apa?
Atau hadis itrah ahlulbait itu merupakan bahtera nuh yang akan menyelamatkan orang yang meyakininya. Apakah itu maksudnya? Trus hadis yang menyebutkan bahwa yang selamat yang mengamalkan quran dan ajaran ahlulbait, itu maksudnya apa? Apakah itu artinya mereka yg tidak meyakini ahlulbait tidak akan selamat? Sementara syiah menganggap mereka tetap muslim. Lalu kalau sama2 muslim apa yang membedakannya? Termasuk para sahabat yang menentang imamah, kenapa mereka tidak dikafirkan padahal tidak meyakini imamah yang masuk ke dalam ushuludin syiah?
Trims
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Mungkin antum kurang fokus saja pada masalah ilmu dan teramat sibuk dan fokus pada pekerjaan dan beban hidup sehari-hari yang mana hal itu juga wajib. Tapi kalau diskusi ilmu, maka mesti meluangkan waktu untuk mengosongkan pikiran dari selain agama walau dalam satu dua jam sehari.

2- Antum ini kok bingung sendiri ikut-ikutan bingungnya Wahabi, he he ....

3- Yang tidak ikut Ahlulbait akan celaka, yang tidak masuk perahu nabi Nuh as aka celaka, yang tidak ikut Ahlulbait akan begini dan begitu itu adalah: KALAU MENYENGAJA DIRI TIDAK IKUT AHLULBAIT ATAU BAHKAN ISLAM SEMENTARA DIRINYA SUDAH TAHU KEBERANAN ISLAM ATAU AHLULBAIT DAN KESALAHAN MADZHABNYA ATAU AGAMANYA.

Bukankah saya sudah teramat sering menjelaskan hal ini? Menurut saya, ketimbang antum diskusi dengan mereka dalam waktu yang digunakan itu, mungkin lebih baik menggunakan waktu tersebut secara lebih banyak pada pembelajaran sendiri. Bisa dengan membaca buku Dialog Syi'ah dan Sunnahnya Ayt sayyid Syarafuddin ra, bisa membaca buku Islam Madzhab Ahlulbait yang berisi diskusinya Ayt Sayyid Sulthaanu al-Waa'izhain ra atau tulisan-tulisan kita di facebook ini.

4- Yang tidak beragama dengan benar dan yang beragama dengan benar akan tetapi tidak di dalam jalur yang benar, maka dapat dikatakan celaka di dunia ini karena belum mendapatkan jalan lurus yang diberikan Tuhan. Tapi celaka di dunia tersebut, tidak berarti melakukan dosa. Kan yang melakukan shalat secara tidak benar bisa dikatakan celaka lantaran tidak mendapatkan kebenaran bukan? Kan yang bahkan beragama tidak benar seperti Hindu dan semacamnya bisa dikatakan celaka lantaran tidak mendapatkan kebenaran bukan?

Akan tetapi, celaka di dunia ini tidak mesti dosa. Sebab dosa itu bukan salah, melainkan menyengaja kepada kesalahan. Jadi, selain Syi'ah dan selain Islam, sekalipun celaka di dunia karena tidak mendapatkan kebenaran sebagaimana ia dan secara hakiki, akan tetapi kalau tidak sengaja atau tidak semi sengaja (seperti sudah tahu dirinya tidak tahu dan ada tempat bertanya tapi tetap tidak bertanya dan tidak belajar) maka akan diampuni Tuhan.


Andri Kusmayadi Syukron ustadz atas jawaban dan penjelasannya. Sebenarnya kalau dari sisi itu ana insya Allah paham Ustadz, tp yang ana maksudkan itu dari sisi lahiriyahnya. Kan yang ngga meyakini imamah dengan sengaja seperti sunni itu kan masih dianggap muslim. Apakah artinya hanya muslim untuk ukuran dunia saja artinya darah halalnya serta tidak perlu bayar jizyah aja? Selamat dalam pengertian disalati dan bisa berjamaah salat dengan mereka? Jadi, bukan berarti selamat secara hakikat di akhirat kelak. Termasuk para sahabat nabi yang terang2an menentang nabi dalam hal imamah juga kan ngga boleh dikafirkan ustadz? Masih dianggap muslim. Tapi itu juga bukan betarti selamat di akhirat gitu ustadz?

Sinar Agama Andri Kusmayadi,

1- Selama di dunia ini yang berlaku adalah hukum lairiahnya. Dari mana antum mengatakan bahwa yang tidak Syi'ah itu pasti sengaja. Karena itu, urusan hakikatnya dikembalikan pada Tuhan. Jangan meniru Wahabi yang mau menghakikatkan pandangannnya di dunia ini.

2- Antum ini ada ra'syihnya. Emangnya surga itu untuk muslim dan neraka untuk kafir. Kalau neraka untuk kafir dan surga untuk muslim, maka cukup menjadi muslim maka sudah masuk surga. Akhirnya ayat-ayat Tuhan bisa disimpulkan dalam satu ayat saja yaitu "Yang ingin masuk surga dan selamat dari neraka, maka jadilah muslim".

Jadi, masuk islam saja walau membunuh sesama, tidak shalat, tidak puasa, saling aniaya dan seterusnya, akan tetap masuk surga. Kan tidak bisa seperti itu.


Andri Kusmayadi Oh jadi ustadz, yang dimaksud deklarasi aman itu ada 8 mazhab yang diakui sebagai islam itu adalah dari sisi lahiriyah hukum di dunia aja? Tidak ada hubungannya dengan keselamatan di akhirat gitu ustadz? Termasuk sahabat dulu yang menentang pengangkatan imam ali itu juga muslim dari sisi lahiriyahnya saja ustadz?

Andri Kusmayadi Atau biar ana semakin jelas dalam hal ini. Ana konfirmasi lagi jadi seorang muslim sunni yang mengamalkan seluruh ajaran suni dengan konsekwen dan konsisten tetapi dia dengan sengaja tidak meyakini imamah, di akhiratnya tidak akan selamat ustadz?

Andri Kusmayadi Kalo gitu yang membedakan kita dengan wahabi dari sisi lahiriyahnya aja ustadz? Kalau dari sisi akhirat masing2 menganggap bahwa akan masuk neraka? Bedanya kalau syiah secara lahiriyah masih menganggap mereka muslim, tapi sebaliknya wahabi menganggap syiah bukan muslim dalam lahiriyahnya juga. Gitu ya ustadz?

Sinar Agama Siapa saja yang sengaja memilih jalan tidak benar, maka tidak akan selamat di akhirat. Sedang hukum dunianya tetap pada lahiriahnya karena kita manusia tidak mungkin tahu siapa yang sengaja dan siapa yang tidak.

Karena itulah Imam Ali as ketika berkisah pada tabi'in tentang ketertindasan beliau as lalu tabi'in berkata:

"Celakalah para shahabat-shahabt itu"

Imam Ali as berkata:

"Tidak demikian. Sesungguhnya kalau mereka dalam keadaan ragu dan tidak menganiaya kami, maka Tuhan akan mengampuni mereka."

Saya sudah berkali-kali menerangkan di facebook ini tentang hal seperti di atas itu. Bahkan seingatku, saya sudah menerangkan bahwa mengapa shabahat yang 120.000 dari mereka sudah berbaiat di Ghadir Khum masih bisa dikatakan ragu. Yaitu karena setelah Nabi saww wafat, tersebat hadits palsu yang berbunyi:

"Kenabian dan kekhalifaan tidak berkumpul dalam satu rumah."

Nah, para shahabat yang pernah mendengar ayat dimansukh atau diganti, maka mengira bahwa hadits Ghadir Khum itu juga telah dinasakh atau diganti. Karena itu mereka ragu. Dan karena itu pula Imam Ali as mengatakan bahwa yang ragu ini akan diampuni Allah. Tapi kalau menzhalimi Ahlulbait as, maka dari sisi ini sekalipun ragu pada maqam keimamahan mereka as, akan tetap berdosa, sebab zhalim pada siapa saja hukumnya dosa. Misalnya memerangi Ahlulbait dan semacamnya. Tapi dosa ini, sama dengan dosa-dosa lainnya, yakni tidak membuat seseorang menjadi kafir dan semacamnya.

Anjuran Kecil:
Kalau membaca tulisan orang lain, usahakan antum kosongkan dulu pikiran antum. Berusahalah membaca tulisan orang seperti niat dan maksud penulisnya ketika menulis. Hal itu akan lebih mudah memahaminya. Nanti kalau setelah benar-benar dipahami, tapi masih ada ketidaksamaan, maka bisa ditanyakan, didiskusikan atau bahkan diperdebatkan.


Andri Kusmayadi Terima kasih ustadz atas penjelasan dan nasihatnya. Insya Allah ana laksanakan. Makanya saya coba baca lagi berulang2 dan saya kosongkan dulu pemahan sebelmnya tentang hal itu. Saya masih belum jelas nih mudah2an yang terakhir kalinya dalam hal ini.hehe...Antum mengatakan kalau menzalimi ahlulbait itu dosa tapi tidak sampai kafir. Apakah itu termasuk buat si Syimir pembunuh Imam Husain juga? Terus saya jadi kembali ke pertanyaan semula saya kalau orang dengan sengaja tidak meyakini imamah berarti meskipun berdosa, tetapi tidak kafir juga kan?

Andri Kusmayadi Nah, justru itu yg ditanyakan dari awal, kenapa yang ngga meyakini imamah dengan sengaja tetap tidak dianggap kafir padahal mereka tidak meyakini salah satu dari ushuludin atau pokok2 agama?

Sinar Agama Andri,

a- Kalau antum memahami maksud dari ushuluddin bahwa dia bukan rukun iman seperti di Sunni, maka dari awal tidak akan pernah bingung. Karena itu, bacalah Pokok-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi'ah.

b- Kafir itu tidak sembarangan. Dosa besar sekalipun seperti membunuh imam makshum as belum tentu kafir. Membunuh kok bisa kafir? Kafir itu sendiri, membunuh itu sendiri.

c- Ada orang muslim yang dihukumi nashibi yang hukumnya di dunia seperti kafir yaitu najis. Saya sudah menerangkan hal ini sebelumnya. Bahwa Nashibi itu adalah orang yang memerangi Ahlulbait as dengan keyakinan bahwa agama mereka mengajarkan seperti itu, bukan karena dendam, tamak harta, tamak jabatan dan sebagainya. Bahkan saya sudah menjelaskan hal tersebut sesuai dengan fatwa Imam Khumaini ra. Waktu ingin menasihati teman-teman agar tidak sembarang menebar titel Nashibi pada orang yang yang bukan Syi'ah sekalipun memerangi Ahlulbait as seperti 'Aisyah dan semacamnya. Dan Imam Khumaini ra justru mencontohkan 'Aisyah itu. Bahwa sekalipun perang dengan imam itu dosa tapi tidak termasuk nashibi karena 'Aisyah hanya dendam pada imam Ali as, bukan karena meyakini bahwa Islam yang dipahaminya mewajibkan perang dengan Ahlulbait as.

3- Saran lagi. Antum dan saya mesti menjadi Syi'ah dengan kaaffah, termasuk cara berfikir. Kalau Syi'ah tapi berfikirnya seperti wahabi seperti dalam memahami ushuluddin dan semacamnya, maka akan bingung wong terus separuhnya Syi'ah separuhnya lagi Wahabi. He he ...bagaimana jadinya ediologi kita dan cara pandang kita pada Tuhan, agama dan makshumin as serta pandangan tentang dunia dan kehidupan, kelak?


Andri Kusmayadi Sudah ustadz saya jelaskan kalo di syiah itu menggunakan istilah ushuluddin bukan rukun iman dan dijelaskan bedanya. Iya ustadz sudah dulu mungkin nanti kalo ada lagi yg belum paham ditanyakan lagi. Terima kasih atas nasihat dan masukannya. Semoga saya dapat menjadi syiah yang kafah.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.