Saturday, March 26, 2016

on Leave a Comment

Jika seluruh tubuh di atur oleh ruh yang mempunyai 4 daya lalu bagaimana tangan yang terputus? ruh siapa yang mengatur pembusukannnya?

Link : https://www.facebook.com/sang.pecinta.90/posts/964633286919911


Salam.
Jika seluruh bagian tubuh kita diatur oleh ruh daya tambang,hewani,dan nabati, lalu bgaimana dgn bagian tubuh yg terpisah? Misalnya tangan yg terputus. Ruh siapa yg mengatur pembusukannya?
Trims ust Sinar Agama
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Apit Sanjaya Ruh tumbuhan kayaknya

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Ruh daya tambangnya. Ada yang mengatakan bahwa ruh aslinya itu mewakilkan kepada ruh daya tambang. Tapi sangat mungkin ruh aslinya yang mengaturnya, baik langsung atau terpisah dari daya-daya lainnya.

Riani Azri Alfi Salam ustad bagaimana dgn anggota tubuh yg didonorkan pd yg lain ruh siapa yg mengatur?

Sinar Agama Riani, ruh yang mendapatkan donor.

Riani Azri Alfi syukron ustad

Bagir Alhussaini Berarti ruh daya tambang tetap hadir pada bagian tubuh yg terpisah dari badannya ?

Abdillah Alcaff Apa definisi dari Ruh Asli ustad?

Sinar Agama Bagir, benar. Dan semuanya kembali ke tanah dan ruh tambang tanah. Tapi bagian yang tidak mentanah, seperti tulang atau unsur tertentu yang konon tidak bisa mentanah dari salah satu bagian tubuh manusia, akan tetap dikontrol ruh aslinya, yakni ruh asli manusianya.

Sinar Agama Abdillah, ruh asli yang ana maksudkan di sini adalah ruh asli manusianya, yaitu yang ada tambahan rasionalnya. Kan ruh itu definisinya "Non materi secara dzat tapi materi secara aktifitas". Nah, semua ruh yang ada pada tanah, pohon, hewan dan manusia, semua seperti itu.

Tapi manusia disamping memiliki daya tambang, juga nabati dan hewani serta akli. Rus asli manusia adalah sampai ke akli itu. Sedang ruh asli binatang sampai ke daya hewani itu. Ruh asli nabati sampai ke daya nabati itu. Dan ruh asli tambang hanya di daya tambang nya itu.

Bagir Alhussaini Ustad SA : Apakah ruh daya nabati tidak berperan dalam mentanahkan tulang ?
Karna tulang termasuk yg di kontrol oleh ruh daya nabati (dari tulang yg kecil menjadi tulang yg besar?)

Bagir Alhussaini Karna Ruh nabati adlh kepengaturan ruh terhadap pertumbuhan badaniah atau bendawiah sesuatu

Sinar Agama Bagir Alhussaini, antum semua sudah semakin cerdas alhamdulillah. Terlihat dari perkembangan pertanyaannya.

Daya-daya itu disebut dengan daya-tambang, daya-nabati, daya-hewani dan daya-akli/akal itu dikarenakan tugasnya.

Sebenarnya ruh manusia itu satu tapi memiliki empat daya tersebut. Jadi, kalau badan atau bagian badannya sudah berpisah darinya, maka ruh-daya tambang yang mengurusinya. Daya-tambang ini apakah diwujudkan Allah ketika berpisah dari badannya yang mana disebut oleh Mulla Shadra sebagai pewakilan ruh manusia pada ruh tambang yang mengurusi tubuh yang terpisah itu atau tubuh yang sudah mati, atau yang seperti yang katakan bahwa tetap ruhnya yang dulu yang mengurusinya ketika sudah mati. Tapi untuk badan terpisah itu, bisa saja dengan pewakilan.

Nah, sebenarnya apa saja yang sudah menjadi benda mati lagi (seperti tanah dan batu), sepeti tubuh yang terpisah, rambut yang dipotong, tubuh yang ditinggal ruhnya (anggap ditinggal), sebenarnya kembali kepada materi benda atau tambang yang, bisa saja dikelola oleh ruh tambang yang membumi, baik bagian dari ruh daya lainnya seperti pohon atau binatang dan manusia yang memiliki daya-daya lainnya, atau ruh tambang yang mandiri seperti ruh bumi.

Karena itu kalau Mulla Shadra ra mengatakan adanya pewakilan kepengurusan badan yang sudah mati dari ruh manusia ke ruh tambang yakni secara natural Tuhan sudah mengatur seperti itu, maka masuk akal. Tapi saya pribadi memilih bahwa selama masih ada hubungannya dengan tubuh manusia yang pada asalnya/utuhnya speerti tulangnya atau bagian tertentu yang tidak mentanah dalam jutaan tahun, tapi yang ditinggal mati di akhir hayatnya (bukan yang terpotong dan terpisah dikala masih hidup), maka yang mengurusi tetap ruh aslinya itu, yakni ruh manusia. Sebab dalam ruh manusia ada ruh daya-tambang. Karena itulah disunnahkan mengucap salam pada ahlulkubur kalau kita melewati kuburan muslimin.

Apapun itu, yang mengurusi badan yang bukan di bagian perkembangannya, maka pengurusnya adalah daya-tambang, bukan daya-nabati. Kerena itu pengurus tulang dan semacamnya itu adalah daya-tambang, bukan daya-nabati, apalagi daya-hewani dan daya-akli.

Tentu saja, kalau yang mengurusi itu ruh manusia daya-tambangnya, bukan berarti ruh daya-nabati dan daya-hewani serta daya-aklinya tidak ada di kuburan. Karena ruh itu satu. Daya-daya ruh itu tidak lain hanya merupakan kemampuan yang diberikan Allah swt kepada ruh manusia dari awal penciptaannya. Daya-daya selain daya-tambang itu hanya libur dari aktifitasnya saja, tapi tetap ada di dan berbuhungan dengan tulang belulangnya itu. Sedang interaksi dan aktifitasnya sesuai dengan alam non materi yang barzakhinya, maka tetap saja ada, seperti mendengar tidak dengan telinga, melihat tidak dengan matas dan semacamnya. Jadi, mereka melihat dan mendengar kita yang datang pada kuburannya dan mengucap salam pada mereka ahlulkubur. Tapi interaksi dan aksinya hanya berupa barzakhi, tidak materi sebagaimana dulu masih hidup. Jadi, jawaban-jawaban salam mereka sesuai dengan alam kehidupan barzakhi mereka. Wassalam.
SukaBalas51 Maret pukul 4:15

Bagir Alhussaini Kheili mamnun ustad

Sinar Agama Khahesh mikunam...

Bima Wisambudi terima kasih ustad, jadi (mohon dikoreksi), jika tangan saya seumpama putus, lalu dimakan binatang atau dikubur hingga terurai menjadi zat yang diserap tumbuhan, maka apakah putus pengaturan ruh daya tambang saya terhadap potongan tubuh tsb? dan diatur oleh esensi yang baru (binatang dan tumbuhan yang memakan potongan tubuh tadi)?

Sinar Agama Bima, ahsantum. Alhamdulillah antum semua semakin maju, semoga Allah memajukan taqwa kita semua dengan ampunan, bimbingan dan kasih sayangNya, amin.

Benar demikian. Ini tak kasih kuncinya satu lagi dari apa-apa yang telah ditulis sebelum-sebelum ini yaitu:

a- Sebenarnya bahan dasar yang paling mendasar dari materi ini adalah Metter.

b- Metter/bendawiah adalah suatu wujud yang memiliki tiga atau empat dimensi, panjang, lebar, tebal dan waktu (yang ke empat ini Mulla Shadra ra yang menambahkan dan benar adanya).

c- Dari bahan dasar itulah kemudian menjadi lebih sempurnya. Menjadi tumbuhan, hewan dan manusia.

d- Saya sudah sering menerangkan bahwa yang bisa berkembang kesempurnaannya itu hanya materi/benda, yakni tidak termasuk non materi seperti malaikat. Mengapa? Sebab malaikat tidak memiliki Matter/bendawiah.

Mengapa kalau tidak memiliki bendawiah tidak bisa menyempurna hingga apa yang mesti mereka miliki diciptakan Allah dari sejak awal penciptaannya dan tidak berkembang lagi setelah itu? Jawabannya karena hanya metter/bendawiah saja yang memiliki potensi berkembang dan menyempurna. Misalnya dari daging kambing menjadi gizi dalam tubuh kita, lalu dari gizi menjadi mani, lalu dari mani menjadi gumpalan darah, lalu menjadi gumpalan daging, lalu menjadi bayi kecil, lalu menjadi bayi sempurna, lalu lahir, lalu mendewasa hingga menjadi rasional.

e- Jadi, proses peniupan ruh binatang seperti mani yang sudah hidup dan menjadi binatang, lalu peniupan ruh manusia, itu bukan ditiup dari langit ke perut ibu. Sebab Tuhan bukan materi. Maksud peniupan itu adalah ijin dan penciptaanNya sesuai dengan perkembangan benda materi yang katakanlah ditumpangi ruhnya (hakikatnya ruh adalah pengaturnya, tapi supaya mudah saya katakan menumpangi benda).

f- Nah, yang berkembang ke arah manusia (tidak ke pohon dan binatang) maka stasiun terakhir kesempurnaan benda itu adalah manakala sudah menjadi manusia yang rasional. Yaitu ketika sudah memahami makna universal dan merakit banyak data di akalnya.

g- Kesempurnaan rasional itu akan terus berkembang seiring dengan isian ilmu dan amal yang dilakukannya, sebab ilmu tanpa amal bukan ilmu seperti tahu racun berbahaya tapi tidak menghindarinya. Hal itu berarti tidak tahu kalau racun itu berbahaya.

h- Dari semua itu dapat dipahami bahwa materi dari sisi matternya atau benda dari sisi kebendawiahannya, tidak lain hanyalah alat atau tumpangan penyempurnaan pada garis balik, yakni wa innaa ilaihi raaji'uun-nya.

i- Jadi, materi dari sisi matternya atau benda dari sisi bendawiahnya, merupakan titik terendah dari innaa lillaah-nya atau gerak turun/tajalli dari Kesempurnaan Tidak Terbatasnya Allah, sementara proses baliknya, dengan penyempurnaan itu, apakah menjadi nabati, hewani atau manusia.

j- Dengan semua itu dapat dipahami bahwa materi dari sisi matternya, sekalipun sudah menjadi bagian dari esensi nabati, hewani atau insani, maka tetap saja dia matter/bendawiah.

k- Beda matter yang ada pada bumi dan yang ada pada nabati, hewani dan manusia, adalah ruh yang mengaturnya.

l- Kalau benda yang telah menjadi bagian esensi nabati, hewani dan manusia itu terpisah lagi dari ruh mereka, baik terpisah sebagian sewaktu terpotong dikala masih hidup, atau terpisah karena sudah sampai umur dan mati seperti pohon ditebang, hewan disembelih dan manusia terbunuh atau mati, maka badannya yang memiliki hakibat kebendaan dan kebendawiahan itu, sekalipun belum menjadi tanah, sudah masuk dalam katagori benda mati (terlihat mati, sebab tidak ada benda yang mati karena semuanya punya ruh dan berdzikir sebagaimana sudah dijelaskan Qur an).

m- Badan yang bendawiah kembali menjadi tambang dan sementara ruhnya, apakah ruh daya-nabati, daya-hewani dan daya akli, kembali kepada Tuhan.

n- Tapi karena kembali ini masih sebelum kiamat, maka ruh nabati, hewani dan insani itu masih berhubungan dengan badan bendawiahnya selama masih utuh atau tersisa dan belum mentanah secara utuh. Inilah yang dalam istilah agama disebut dengan barzakh, yakni antara kematian dan hari kiamat, bukan barzakh filsafat yang antara materi dan non materi mutlak (akal, bukan akal manusia, jangan lupa).

o- Pada masa kiamat besar (al-qiyaamatu al-kubraa) tiba, maka semua materi dihilangkan dan dikembalikan kepada malaikat pengaturnya atau tuhan-speciesnya. Kala itulah maka ruh-ruh nabati, hewani dan insani, sudah sepenuhnya putus hubungan dengan segala materi walau sentuhan kecil seperti sewaktu di alam barzakah-agama di atas itu.

Sinar Agama .

p- Karena itulah, maka yang berkiamat dan dikumpulkan di makhsyar kelak, bukan hanya manusia, melainkan ruh bumi, nabati, hewani dan manusia. Artinya semuanya lengkap dibangkitkan. Bangkit yakni sudah tidak berhubungan dengan bendawiahnya lagi. Karena itu semuanya berupa ruh dan semuanya bisa berkomunikasi dan bersaksi. Karena itu jangan heran kalau ada mengatakan bahwa masjid, rumput dan tanah serta bebatuan akan bersaksi kelak di akhirat.

q- Semua itu, karena sudah lepas dari bendawiahnya dan ruhnya yang non materi sudah murni tanpa hubungan dengan materi. Nah, ketika itu maka jelas non materi pasti memiliki ilmu dan berinteraksi dengan lainnya. Tidak seperti kala masih berhubungan dengan matternya hingga dibatasi olehnya. Misalnya, tanah dan batu dibatasi dengan maaternya hingga tidak berkembang dan bergerak dengan kehendak. Nabati dibatasi dengan tidak bisa bergerak tapi berkembang. Hewani dibatasi dengan akal walaupun sama-sama berikhtiar dalam gerak seperti manusia. Dan manusia tidak dibatasi sampai ke daya-rasionalnya.

r- Tuhan mengatakan dalam:

--- QS: 6:38:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ

"Dan tidak ada binatang melatapun di muka bumi dan tidak ada yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat sebagaimana kalian. Kami tidak meluputkan apapun dalam Kitab. Kemudian kepada Tuhan mereka, mereka itu dikembalikan."

Di ayat ini menjelaskan bahwa semua binatang akan dikembalikan di Mahsyar.

--- QS: 30:11:

للَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Allah yang memulai penciptaan, kemudian mengulangnya kemudian kepadaNya dikembalikan."

--- QS: 5:18:

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

"Dan milik Allahlah kerajaan langit-langit dan bumi dan diantara keduanya, dan kepadaNya dikembalikan."

Dalam ayat ini semua makhluk materi dikembalikan kepadaNya.

Kesimpulan ayat:
Dari semua ayat di atas dan masih banyak lagi di dalam Qur an, telah diberitahukan kepada kita bawa semua makhluk materi ini akan dikembalikan padaNya.

Nah, pengembalian bumi/tanah dan semacamnya itu adalah meniadakan kematerian materinya atau kematter-an materinya atau kebendawiahan bendanya dan mengumpulakan atau memahsyarkan ruh non materinya saja. Itulah hari kebangkitan dan mahsyart.

s- Dengan semua penjelasan itu, maka apakah pengaturan badan terpisah itu atau badan yang ditinggal mati itu, diatur oleh ruh yang memilikinya sebelumnya seperti yang saya ijtihadiahkan (tentu di selain yang terpotong, artinya pada badan yang utuh dan ditinggal mati ruhnya) atau melalui pewakilan seperti yang dikatakan Mulla Shadra ra, maka intinya sama saja. Yaitu bahwa materi dari sisi matternya, yakni benda dari sisi kebendawiahannya, tidak terlalu penting karena dia hanya alat untuk maju sempurnanya ruh yang mengaturnya.

t- Jawaban Soal:
Dengan semua itu, maka soalan antum dapat dipahami dengan lebih mudah (atau malah lebih sulit karena sudah masuk ke masalah yang lebih dalam? Allahu A'lam, semoga saja antum mampu mencernanya kaerna memang sudah sering diterangkan di facebook ini, amin), yaitu:

Kalau badan terpotong atau ditinggal mati oleh ruh pengurusnya, lalu dimakan tanah atau binatang atau pepohonan/nabati, maka kepengurusan dari badan bendawiahnya itu sudah dikuasai oleh ruh yang lebih kuat dalam kepengaturannya lantaran kemasihaktifan dan kemasihhidupannya. Sementara ruh pemilik sebelumnya hanya mengaturnya secara lemah.

Pengaturan secara lemah ini bisa diartikan:

t-1- Pewakilan seperti yang dikatakan Mulla Shadra ra.

t-2- Pengaturan pada badan yang tersisa dimana dapat diyakini kemestisisaan-badannya walau terkecil apapun yang tidak mentanah dan mennabat dan menghewan sekalipun dimakan mereka, oleh ruh pemiliknya, seperti yang alfaqih ijtiahdiahkan.

Jadi, antum boleh pilih yang mana saja. Sama ada dalil kuatnya.

u- Penutup:
Walaupun pengetahuan seperti ini tinggi dan tergolong hebat karena ia menelaah makhluk Allah yang diperintahkanNya untuk merenunginya, akan tetapi, karena ilmu yang diperintahkanNya untuk diketahui itu bergradasi, maka:

u-a- Kalaulah belajar tentang makhluk maka harus diseiringkan dengan keMaha BesaranNya agar kita semakin banyak tahu, akan semakin cinta dan taat kepadaNya.

u-b- Berusaha untuk lebih banyak fokus pada bidang agama yang bersentuhan langsung dengan kehidupan kita terutama fiqih. Karena hanya dengan ilmu fiqih itu kita dapat mengerti bagaimana menaatiNya dan apa arti taqwa itu sebenarnya. Tentu saja, kalau saya tidak banyak menyindir akidah, karena rata-rata kita sudah mengetahui dan mengimaninya walau hanya dasar-dasar dan poin-poinnya. Dan dasar-dasar itu sudah cukup. Artinya tidak wajib belajar akidah yang tinggi dan irfan. Tapi fiqih, maka wajib dipelajari karena itu bagi yang tidak belajar, selain dosa, juga akan lebih kesulitan di dunia sebelum di akhirat. Hal itu karena wajib mengqadhaa' ini dan itunya.

u-c- Anjuran di poin (u-b) d atas itu bukan saya menyuruh antum belajar filsafat kehidupan dan makhluk, tapi hanya ingin mengingatkan bahwa jangan pernah melupakan belajar rajin tentang ilmu yang mengatur kehidupan kita, yaitu fiqih. Jadi, boleh belajar apapun yang baik, tapi jangan pernah melupkan belajar fiqih dan mengamalkannya. Wassalam.

Bima Wisambudi Syukron ustad like emotikon

Khommar Rudin
أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ
أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Lihat Terjemahan

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.