Saturday, March 26, 2016

on Leave a Comment

Mohon penjelasan mengenai Mukjizat Al quran yang terjaga dari penambahan dan pengurangan?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=894998273946964&id=207119789401486


Salam semoga selalu dikasih kesehtan.
Mohon bisa di teraangkan mengenai definisi kemukjijatan alquran dari penambahan dan pengurangan.ktika kemukjijatan itu di hubungkan dengan ada kekurangan ayat atau kata misal karnaa salah tulis/cetak. Dan bahkan di saudara suni ada yang berpendapat kalau bismillah itu tidak termasuk dalam surat/alquran.
Trims
Suka
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Mukjizat Qur an itu, pada intinya adalah pasa sastra Arabnya. Tentu saja isinya juga banyak yang tidak akan bisa terjangkau oleh manusia terutama kala diturunkan. Seperti penjelasan-penjelasan tentang antariksa yang baru terkuak sebagiannya pada masa modern ini.

Nah, karena sastra Arabnya merupakan mukjizat Qur an, maka:

1- Tidak mungkin tercampur dengan selain Qur an. Karena tambahan satu huruf seperti wau (و) saja sastranya sudah akan berubah mutunya dan bahkan makna bisa berubah menjadi menyesatkan.

2- Kalau satu huruf saja sudah bisa merubah susunan sastranya, maka kalau satu kata apalagi.

3- Kalau satu kata juga sudah parah, apalagi satu kalimat atau satu ayat.

4- Tentang persepasi, maka tidak akan pernah merubah Qur an. Misalnya:

a- Persepsi bahwa yang menyurus surat-surat Qur an itu adalah Utsman sebagaimana dakwa saudara Sunni (dimana hal ini tertolak sesuai dalil ayat yang sudah sering saya jelaskan). Apalagi ada Syi'ah yang berpersepsi bahwa Qur an itu disusun Allah swt.

Persepsi ini tidak akan merubah hakikat Qur an bahwa sejak di Lauhu al-Mahfuuzh sudah disusun oleh Allah, baik ayat atau suratnya. Itulah ajibnya saudara Sunni. Kalau ngotot di adanya taqdir tidak ketulungan (sangat keras dalam berpendapat) dengan alasan daun jatuh saja sudah ditentukan di sana. Eh, tiba giliran Qur an, masih saja mengatakan bahwa yang menyusun surat-suratnya dalah Utsman karena Qur an dibiarkan Nabi saww berantakan tidak tersusun. Padahal Tuhan mengatakan bahwa Qur an itu kitab dan ada di Lauhu al-Mahfuuzh. Lah, mana ada kitab tapi tidak tersusun?

--- QS: 6:92:

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ

"Dan ini (Qur an) adalah Kitab yang Kami telah menurunkannya."

--- QS: 56: 77-79

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

"Sesungguhnya ia (Kitab Qur an) adalah Qur an (bacaan) yang mulian. Ada di dalam kitab terjaga/terjaga (Lauhu al-Mahfuuzh). Tidak ada yang bisa menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (makshum)."

Nah, kalau di satu sisi Allah mengatakan bahwa Qur an ini adalah kitab/buku dan dari satu sisi yang lain ada di Lauhu al-Mahfuuzh, lalu bagaimana bisa digambarkan bahwa ia suatu kitab berserak tak tersusun surat-suratnya.

b- Persepsi bahwa Bismillaah di seluruh mukaddimah surat selain Faatihah atau termasuk Faatihan sebagaimana di katakan dan diikhtilafkan saudara-saudara Sunni. Mereka (saudara Sunni) entah sadar atau tidak, maka mereka meyakini bahwa Qur an sudah ada tambahannya yaitu dari Utsman yang berupa 112 Birmillaah. Karena seluruh surat Qur an ada 114 dan srat Taubah tidak punya bismillah dan untuk surat Faatihah ada yang berkata bahwa Bismillaah bagian darinya.

Persepsi seperti ini, tidak akan pernah merubah hakikat Qur an yang memang dari sejak di Lauhu al-Mahfuuzh sudah punya Bismillaah.

Yang sangat mengenaskan adalah betapa seru dan menderunya sebagian saudara Sunni menuduh Syi'ah sebagai yang meyakini tahriif/perubahan Qur an, sementara yang terjadi adalah mereka sendiri yang meyakini itu dan Syi'ah justru yang menolak keras keyakinan ini. Karena Syi'ah yakni bahwa jangankan Utsman, Nabi saww sendiri tidak bisa berbuat apa-apa terhadap hak yang hanya dan hanya milik Allah swt sebagaimana firmanNya di QS: 75:16:

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

"Jangan gerakkan lidahmu terhadapnya (Qur an) terburu-buru dengannya. Sesungguhnya hanya Kami yang berhak mengumpulkannya dan membacakannya."

Nah, kalau Tuhan sendiri mengatakan bahwa HANYA Dia yang berhak mengumpulkan Qur an, maka persepsi bahwa Qur an berserak-serak ditinggalkan Nabi saww dan disusun oleh Utsman dan timnya setelah wafatnya beliau saww, sama sekali tidak akan pernah merubah hakikatnya yang suci dari segala macam kesalahan, tambahan dan pengurangan.

Tambahan:
Tentu saja masih ada dalil lain tentang kesucian Qur an dari apapun kesalahan, penambahan dan pengurangan. Tapi karena yang ditanyakan masalah mukjizatnya sehubungan dengan tidakmungkinnya Qur an berubah, maka penjelasan di atas, saya pikir sudah mencukupi. Semoga benar di sisiNya dan bermanfaat untuk kita semua, amin. Oh iya, sudah tentu semua yang ditulis di atas itu, sudah sering dijelaskan sebelumnya. Wassalam.


Raihana Ambar Arifin Salam ustd mau melanjutkan pertanyaan. Maaf karena sudah beberapa kali sy baca jawaban ustd, tapi pahaman sy belum jelas.
1. Mohon bs dijelaskan mengenai yang dimaksud "hakikat alquran"? Apakah yang dimaksud bukan mushaf?
2.Tentang ketidak mungkinan penambahan, lalu bagaimana dg salah ctak dsb. Apakah dengan penjelasan ustd saya bisa tarik kesimpulan kalau alquran yang slh cetak bisa kita sebut itu "bukan alquran" karena dia sudah ada perubahan

Maaf kalau pertanyaan nya mengulang. Trims


Sinar Agama Raihana Ambar Arifin,

1- Hakikat Qur an ada dua dan biasanya saya sering memaksudkan dua-duanya. Ada Hakikat Qur an yang lahir di tengah-tengah kita, yaitu yang berupa mushhaf yang kita baca setiap hari. Ada Hakikat Qur an yang berupa kitab yang juga tertulis tapi yang terpahami dengan hakikat maksud sesungguhnya (bukan lahiriah seperti mushhaf yang ada yang dipahami oleh masing-masing kita secara relatif) yaitu yang ada di Lauhu al-Mahfuuzh dan ada di jiwa Nabi saww dan para Makshumin as sesuai dengan firmanNya:

--- QS: 56: 77-79

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

"Sesungguhnya ia (Kitab Qur an) adalah Qur an (bacaan) yang mulian. Ada di dalam kitab terjaga/terjaga (Lauhu al-Mahfuuzh). Tidak ada yang bisa menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (makshum)."

2- Tidak terjadi kesalahan pada mushhaf Qur an itu maksudnya tidak terjadi tanpa diketahui. Jadi, ketika kita tahu walau kesalahan satu hurufpun, itu tandanya bahwa Qur an yang ada ini sesuai dengan hakikatnya. Dalam riwayat Umar pernah membaca kurang wau saja, shahabat-shahabat lain sudah menegurnya.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.