Friday, October 7, 2016

on Leave a Comment

Benarkah ado tacantum jumlah 17.000 ayat Al Qur,an di dalam Kitab Al Kafi yang disusun oleh Al Kulaini , juz 2, hal 634 ?

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1019086234871500


salam ustadz, teman bertanya tentang kitab alkahfi, sdg aku tak punya, smoga ustadz bisa menjawabnya, sukron ,, Tarimo kasih sanak Adlimi Lamsuan, pertanyaan pertamo adolah ========================================================== 
Benarkah ado tacantum jumlah 17.000 ayat Al Qur,an di dalam Kitab Al Kafi yang disusun oleh Al Kulaini , juz 2, hal 634, ??
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasi pertanyaannya: Saya sudah sering menjelaskan hal ini. Saya akan nukilkan cuplikan diskusi mengenainya dari catatan nomor 28 (lihat Android Sinar Agama yang bisa diambil di Playstore):

...........................................
Imam KL: @Sinar .... 1. Apa anda tidak baca sejarah? Berapa banyak Tentara Rasulullah ketika melawan Kafir Qurays ketika perang Badr, Uhud dan lain-lain. Berapa perbandingan jumlah mereka? Anda bilang Rasul tidak pernah memerangi tentara kafir kecuali diserang, bagaimana dengan penyerbuan benteng Haibar?? Rasulullah SAW tidak pernah membuat perjanjian damai dengan siapapun atas dasar takut, bandingkan dengan Hassan bin Ali radiallahu'anhuma yang berdamai dengan Muawiyyah ra ketika Hassan ra mempunyai 80ribu pasukan. Seandainya memang benar hadits 12 imam itu ditujukan ke Hassan ra pastilah beliau akan memerangi Muawiyyah habis-habisan.

@Sinar ..... nih kata-kata si BAAQIR al majlisi ......... Abu Abdillah berkata: “Al Qur’an yang diturunkan Jibril kepada Muhammad adalah 17 ribu ayat”. Al Kafi jilid 2 hal 463. Muhammad Baqir Al Majlisi berkata bahwa riwayat ini adalah muwathaqoh. Lihat di Mir’atul Uqul jilid 2 hal 525.

@Sinar .....nih lagi kata-kata si Muhammad Baqir Al majlisi seorang ulama Syiah dalam kitabnya Mir 'atu 'uqul jilid 2 hal 525 berkata: "Bahwa Al Qur'an mushaf utsmani itu
sudah tidak asli lagi dan telah mengalami penambahan dan pengurangan... yang dilakukan oleh para sahabat Nabi saw, barangsiapa yang meyakini Alqur'an masih asli maka dia telah kafir/Murtad.

Gimana tuh si BAAQIR al majlisi? Mankanya jangan sembunyikan ajaran sesat ente ya ustad sinar TAI ANJING!!!
Yang nomer 3. Wah wah wah hebat bener ustad ini berani menilai Nabi Allah telah gagal... Naudhubillah!!! ana gak berani koment yg ini... hiiiiiiiiiiiiiiii mengerikan.

@All sudah jelas kan dungunya nih ustad Sinar?

Sinar Agama: Imam:

(1). Kamu ini sok paham atau merasa paham walau tidak paham tulisan orang? Yang dimaksud dengan cukup adalah bisa dijadikan harapan untuk menang, bukan seimbang. Karena itu, kewajiban semua nabi dan muslim, harus menghitung semunya dimulai dengan jumlah tentaranya dan tentara lawan. Hal ini, yakni menghitung stategi perang, diketahui semua orang.

Akan tetapi, kadang Tuhan menurunkan perintahNya kepada Nabi saww untuk maju perang walau dengan jumlah yang sedikit. Tentu saja dengan KuasaNya dan dengan menurunkan para malaikatNya. Karena itu mengatakan bahwa 20 orang muslim yang sabar, bisa mengalahkan 200 orang kafir, dengan Kuasa dan pertolonganNya itu. Dan terkadang, Allah mengatakan 1000 muslim bisa menang atas 2000 orang kafir, ketika muslimin dalam keadaan lelah (QS: 8: 65-66).

Jadi, harus dipisahkan antara kewajiban seorang muslim yang sudah tidak dituruni wahyu syariat lagi untuk maju dan tidak majunya perang. Karenanya harus dihitung. Jangankan kita sebagai muslim, Nabi saww yang ada dalam naungan wahyuNya saja, kalau muslimin dalam keadaan lelah, Tuhan mengatakan perlu 1000 orang untuk mengalahkan 2000 kafir. Jadi, pahamilah tulisan orang, baru berkomentar. Dan jadikan hal-hal yang terang, seperti ayat-ayat di atas itu, atau sejarah yang diketahui semua orang itu, sebagai pengondisi tulisan orang hingga dapat dipahami maksud sebenarnya.

Sinar Agama .

(2) Rasul asww memang tidak pernah perang dengan orang kafir tanpa diserang dulu atau dikhianati perjanjian damainya, seperti Khaibar. Lalu apa kamu tdk mengetahui bahwa perang Khaibar itu karena khianat para Yahudi terhadap perjanjian damai mereka dengan Nabi saww?

(3). Nabi saww dan para imam as memang tidak pernah membuat perjanjian dengan siapapun atas dasar takut, dan hal itu sudah kutulis sebelumnya bahwa demi kemaslahatan seperti kemaslahatan Islam.

(4). Tentang tentara imam Hasan as itu, sepertinya kamu hanya membaca di awal sejarah perangnya saja. Coba baca terus, kan nanti ketahuan bahwa tentara-tentara imam Hasan as itu banyak yang meninggalkan imam Hasan as sampai pada akhirnya panglimanya juga begitu. Entah karena takut atau uang Dinarnya Mu’awiyah dan semacamnya. Semua itu sudah ditulis di sejarah dengan jelas, sebab-sebab mereka meninggalkan imam Hasan as. itu.

(5). Untuk jumlah ayat-ayat Qur an, dari dulu sampai sekarang tdk ada kesepakatan. Dulu aku masih di sunni dikatakan bahwa jumlah ayat itu 6666 ayat. Padahal kalau dihitung, jumlah itu sangat tidak cocok.

(6). Dalam Syi’ah juga ada perbedaan. Akan tetapi yg umum di Syi’ah, jumlah ayat Qur an itu adalah 6236 ayat (lihat al-Itqaan Fi ‘uluui al-Qur an, hal. 189-197; Tafsir Majma’u al-Bayaan, jld. 1, hal. 11).

Di tafsir al-Miizaan dikatakan:

فقد قال بعضهم: إن مجموع القرآن ستة آلاف آية، و قال بعضهم: ستة آلاف و مائتان و أربع آيات، و قيل: و أربع عشرة، و قيل: و تسع عشرة، و قيل: و خمس و عشرون، و قيل: و ست و ثلاثون تفسير الميزان 13:123 –

Sebagian mereka berkata: Sesungguhnya seluruh al-Qur an berjumlah 6000; sebagiannya berkata 6204; sebagian berkata 6214, atau 6219, atau 6225, atau 6236 ayat.

(7). Memang, ada satu riwayat yang mengatakan bahwa Qur an berjumlah 17.000 ayat. Akan tetapi dikatakan oleh penulis al-Kaafi sendiri sebagai hadits yang SEDIKIT/ANEH/GHARIIB. Karena itu dimasukkan ke dalam bab Nawaadir olehnya. Yakni “Sedikit” (maksudnya Aneh). Dan ‘allaamah Majlisi sendiri, sebagai salah satu pensyarah kitab al-Kaafi, mengatakan bahwa hadits ini adalah Muwatstsaq.

Orang Sunni yg tdk mengenal ajaran dan keilmuan syi’ah dengan baik, apalagi asal serang, maka ketika membaca keterangan Majlisi di atas, maka ia langsung menyerangnya. Dan terlebih lagi ditambahi dengan kata-kata dari koceknya sendiri, seperti yang kamu katakan itu (bahwa yang meyakini keaslian Qur an adalah sesat/kafir).

Ketahuilah, bahwa hadits itu banyak ragamnya. Seperti mutaawatir, shahih, hasan dan semacamnya seperti Muwatstsaq ini. Arti hadits Muwatstsaq (yang ditsiqahkan), bukan berarti shahih seperti yang kamu katakan itu. Arti hadits Muwatstsaq dalam Syi’ah adalah HADITS YG DI DERETAN SANAD ATAU PERAWINYA TERDAPAT ORANG YG BERMADZHAB SUNNI (sunni yang muwatstsaq atau dapat dipercaya).

Dan hukumnya hadits muwatstsaq ini adalah bisa dipakai manakala tidak bertentangan dengan hadits lain yang shahih.

(8). Memang, dalam keterangan selanjutnya al-Majlisi menukilkan berbagai kemungkinan dari perbedaan yang jauh itu. Diantaranya, mungkin ayat-ayat selebihnya itu adalah hadits-hadits Qudsi yang diturunkan sebagai penjelas ayat-ayat Qur an, atau karena peletakan nomor-nomor ayatnya, atau titik-titik kalimat-kalimat Qur annya berbeda hingga menyebabkan perbedaan jumlah ayat.

Dan kalau pensyarah al-Kaafi yang lain yang bernama al-Mazandaraani, telah mengatakan bahwa riwayat itu telah salah tulis, yakni kata “ ‘Asyarah” atau “sepuluh” itu adalah berupa tambahan yang disebabkan salah tulis (al-ziyaadah) yang umum terjadi dalam penulisan tangan kala itu. Hingga kata “tujuh ribu” menjadi “tujuh sepuluh ribu” alias “tujuh belas ribu”. Hal itu karena penulisan 17.000 adalah “Sab’atu ‘Asyarah Alf”, jadi kata “ ‘Asyarah” itu kelebihan tulisannya.

Apapun sebabnya, tidak merubah keaslian Qur an. Tidak seperti di Shahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Umar bahwa ada ayat-ayat yang ada di jaman Nabi saww, tapi telah dihapus di Qur an yang ada sekarang ini, seperti ayat rajam (Shahih Bukhari, hadits ke: 6830; Shahih Muslim hadits ke: 3201).

Sampai-sampai Umar berkata, kalau aku tidak takut orang-orang mengatakan bahwa aku telah menambah Qur an, maka sudah kutulis ayat rajam itu dalam Qur an dengan tanganku sendiri (Shahih Bukhari hadits ke: 7169).

Atau yang dikatakan Umar bahwa ayat yang berbunyi: “Seorang kakek dan nenek, kalau berzina, maka mereka harus dirajam” (Shahih Bukhari hadits ke: 4969-4970; Shahih Muslim hadit ke: 1452 dan 1691).

Atau kesaksian ‘Aisyah tentang ayat penyusuan yang sudah tidak ada pada Qur an yang sekarang, padahal selalu ada dan dibacanya sampai Nabi saww wafat (Shahih Muslim hadit ke: 2634; dllnya).

Atau Umar berkata bahwa Qur an memiliki 1027000 huruf (al-Itqaan, jld. 1, hal. 198). Padahal yang ada hanya sekitar 323671 huruf.

Dan seambrek lagi hadits-hadits sunni yang menceritakan ketidakaslian Qur an yang ada ini. Terutama riwayat-riwayat Umar, ‘Aisyah dan Ibnu Umar.

(9). Apapun bentuk hadits Syi’ah dan Sunni yang ada tentang perbedaan Qur an di jaman Nabi saww dengan yang sekarang, maka kalau tidak bisa ditakwil, berarti ia telah bertentangan dengan kemutawatiran periwayatan Qur an yang diriwayatkan secara mutawatir dan bahkan seribu derajat di atas mutawatir, baik secara Syi’ah atau Sunni. Karena itu, jumhur ulama Syi’ah dan Sunni bersepakat tentang keaslian Qur an. Dan hal ini, sebenarnya tdk samar, bagi yg mengkaji kitab-kitab hadits dan tafsir.

(10). Karena itulah, maka kitab apapun yang keluar tentang tahrif Qur an (perubahan Qur an), baik dari Syi’ah atau Sunni, maka semua ulama keduanya, berontak dan menulis kitab-kitab jawabannya. Misalnya kitab Sunni yang keluar di Mesir yang bernama al-Furqaan karya Muhammad Muhammad ‘Abdu al-Lathiif yang terkenal dengan nama Ibnu al-Khatiib. Ia membuktikan ketidakaslian Qur an yg sekarang ini, dari hadits-hadits Shahih Bukhari, Muslim dan kitab-kitab shahih yang empat lainnya. Mesir kala itu menjadi hiruk pikuk dan heboh, hingga al-Azhar meminta kepada pemerintahan Mesir untuk membredel kitab yg terbit tersebut sampai ke sisa-sisa tulisan tangannya (bc: yang belum tercetak). Walaupun belakangan ini kitab itu terbit lagi di Libanon dengan jumlah cetak yang banyak sekali.

Di Syi’ah juga seperti itu. Seperti kitabnya Sayyid Ni’matullah Jazaairii (meninggal tahun 1112 H.) yang berjudul Mamba’u al-Hayaat, dan kitabnya Haji Nuurii (maninggal tahun 1320 H.) yang berjudul Fashlu al-Khithaab. Sampai sekarang, entah berapa ribu kitab Syi’ah yang telah menjawab semua tulisan lemahnya itu.
Wassalam.

Adlimi Lamsuan Terima kasih ustadz, salam







0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.