Wednesday, February 15, 2017

on Leave a Comment

Bismillaah: Duka Syahidnya Hadhrat Faathimah bin Rasulillaah as. ( Keutamaan Imam Ali as dan Syiahnya).

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1170986403014815


Bismillaah: Duka Syahidnya Hadhrat Faathimah bin Rasulillaah as.
Ikut mengucapkan bela sungkawa yang sebesar-besarnya atas kesyahidan Hdh Faathimah as, kepada kanjeng Nabi saww ayah beliau as, kepada Imam Ali as suami beliau as, kepada seluruh Ahlulbait Makshum as terutama Imam Mahdi as, kepada seluruh ulama dan maraaji' terutama Rahbar tercinta hf, kepada seluruh mukminin dan mukminat terutaman teman-teman facebook.
Semoga duka kita ini menjadi bukti cinta kita kepada Makshumin as dan menjadi saksi serta pemikat perhatian Allah, Nabi saww dan Ahlulbait as hingga barangkali kita dapat menggapai syafaat mereka as, baik di dunia ini atau di akhiarat amin.
Kemarin sedang menulis catata tentang kemazhluman hadh Faathimah as dalam bentuk diskusi dengan salah teman. Sebagai tabarruk saya muat lagi di sini beberapa potongannya.
Tentu saja tidak ada tujuan lain selain keilmuan dan keilmiahan serta sekedar memaparkan apa yang terjadi terhadap beliau as dari kitab-kitab Sunni sendiri. Saya tidak rela kalau tulisan ini dijadikan alat perpecahan dan saling kecam serta hina di antara kaum muslim. Afwan dan terimakasih.
Ini cuplikannya itu:
Ahsanul Haqq:
Semoga bermanfaat: Semasa Sayyidina Umar RA masih hidup, beliau meninggalkan beberapa wasiat yaitu:
Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.
Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Demikianlah keluhuran watak dari salah seorang sahabat Rasul SAW yang paling sering di hujat kaum Rafidah. Benarkah orang dengan kemuliaan sikap/watak seperti yang digambarkan diatas mau merebut sesuatu yang bukan haknya? Apakah benar demikian sifat-sifat orang yang zuhud dan selalu mengenakan baju penuh tambalan itu?
Sinar Agama: @Ahsanul Haqq: Kamu menulis:
a- :
“Semoga bermanfaat : Semasa Sayyidina Umar RA masih hidup, beliau meninggalkan beberapa wasiat yaitu:
Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.”
Komentarku (Sinar Aagama):
a-1- Mencaci dalam ajaran Islam secara global memang tidak diperbolehkan kecuali kepada kafir yang memerangi Islam.
a-2- Akan tetapi mencaci diri sendiri juga tidak boleh, kecuali memang terlihat maksiatnya yang nyata pada diri sendiri.
a-3- Dan cela seseorang yang ingin mencaci orang lain, sangat-sangat belum tentu lebih besar dari yang akan dicelanya.
a-4- Memang, dalam mencela itu terdapat cela atau merupakan cela, tapi cela ini belum tentu menandakan adanya cela yang lain.
b- :
“Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.”
Komentarku:
b-1- Dalam Islam ajaran Ahlulbait as dikatakan:
الإمام زين العابدين (عليه السلام): يقول الله تبارك وتعالى لعبد من عبيده يوم القيامة: أشكرت فلانا ؟ فيقول: بل شكرتك يا رب، فيقول: لم تشكرني إذ لم تشكره
Imam Zainu al-‘AAbidin yang mengambil dari ayah dan mengambil dari Rasulullah saww berka: “Di hari kiamat Allah berkata kepada hambaNya: ‘Apakah kamu sudah mensyukuri si Fulan?’ Sang hamba menjawab: ‘Bahkan aku mensyukuriMua wahai Tuhan.’ Allah berkata: ‘Engkau tidak mensyukuriku kalau tidak mensyukurinya.’.”
b-2- Memuji selainNya itu ada dua model. Ada yang cari muka dan/atau melupakan Tuhan. Ini tidak bagus dan bukan ajaran Islam. Tapi ada yang karena Allah. Yakni: Pertama, karena Allah menyuruh berterimakasih pada yang memberi kita karena hal itu tanda akhlak kita sebagai muslim. Ke dua, karena kita tahu bahwa orang yang berbuat baik kepada kita itu telah menjadi utusan atau perantara Tuhan untuk menolong kita. Jadi kita berterimakasih padanya sebagai perantaraanNya. Ke tiga, kita berterimakasih padanya karena dia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang indah. Karena itulah kalau tidak berterimakasih padanya, sama dengan tidak berterimakasih padaNya.
c- :
“Demikianlah keluhuran watak dari salah seorang sahabat Rasul SAW yang paling sering di hujat kaum Rafidah. Benarkah orang dengan kemuliaan sikap/watak seperti yang digambarkan diatas mau merebut sesuatu yang bukan haknya? Apakah benar demikian sifat-sifat orang yang zuhud dan selalu mengenakan baju penuh tambalan itu?”
Komentarku:
c-1- Menasihati orang itu belum tentu menjadi pengamal terhadap nasihatnya sendiri walaupun belum tentu juga melanggarnya. Karena itu, tidak bisa dijadikan kepastiluhuran seseorang hanya dari nasihatnya kepada orang lain. Allah swt sendiri murka besar pada siapa saja yang suka menasihati KALAU tidak mengamalkannya sendiri, seperti di QS: 61:3:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Kemurkaan yang sangat besar di sisi Allah kepada kalian yang berkata akan tetapi tidak mengamalkannya.”
c-2- Kita orang Syi’ah tidak menghujat dia (Umar) akan tetapi hanya mengkritisinya di tempat yang dirasa perlu (kritik ilmiah dan wajar untuk mencari argumentasi yang lebih kuat dan benar tentang Islam, bukan untuk bertikai dan bermusuhan). Dan karena shahabat Nabi saww bukan rukun Iman dan bukan pula rukun Islam, maka dalam pandangan Islam tidak masalah mengkritik asal dengan dalil dan tidak dengan celaan apalagi dengan permusuhan. Salah satu kritikan Syi’ah terhadapnya seperti:
c-2-a- Mencegah memberikan kertas dan pena, dan mengatakan bahwa Nabi saww telah meracau/mengigau (akalnya dilampaui sakitnya = ghalabahu al-waj’u) ketika meminta kertas dan pena di akhir hayat beliau saww. Ini ada di Shahih Bukhari hadits ke: 114, dan banyak terdapat di berbagai hadits Sunni.
c-2-b- Penyerangan dan pembakaran rumah putri kanjeng Nabi saww setelah wafat Nabi saww
1ـ أحمد بن يحيى البغدادي، المعروف بالبلاذري، وهو من كبار محدثيكم، المتوفي سنة 279، روى في كتابه أنساب الأشراف 1/586، عن سليمان التيمي ، وعن ابن عون: أن أبا بكر أرسل إلى علي عليه السلام، يريد البيعة، فلم يبايع. فجاء عمر ومعه فتيلة ـ أي شعلة نار ـ فتلقته فاطمة على الباب، فقالت فاطمة: يا بن الخطاب! أتراك محرقا علي بابي؟! قال: نعم، وذلك أقوى فيما جاء به أبوك!!
Al-Balaadzurii (ulama Sunni wafat tahun 279 HQ) dalam kitabnya, Ansaabu al-Asyraaf, 1/586, meriwayatkan dari Sulaiman al-Taimii, dan Ibnu ‘Aun berkata: “Abu Bakar mengirim orang ke rumah Ali untuk mengambil baiat tapi dia tidak berbaiat. Lalu datang Umar dengan membawa api, lalu disergah oleh Faathimah di pintu dengan berkata: ‘Wahai anak Khaththab, kamu lihat dirimu berani membakar rumahku?’ Dia menjawab: ‘Iya, dan hal itu lebih kuat dari apa yang datang dari ayahmu.’.”
Hal serupa banyak dijumpai di kitab-kitab Sunni seperti: al-’Aqdu al-Fariid, terbitan al-Azhariyyah Kairo Mesir, 2/205; Tarik Thabari, 3:203; Syarhu Nahju al-Balaaghah, Ibnu Abi al-Hadiid, 2/56; Al-Imaamah wa al-Siyaasah, Ibnu Qutaibah (wafat tahun 276 HQ), 13; Kanzu al-’Ummaal, 3/139; dan lain-lainnya yang banyak sekali.
Bahkan di banyak kitab Sunni dijelaskan bahwa para penyerang ke rumah Imam Ali as dan hdh Faathimah as itu, telah memukul Faathimah bintu Rasulillaah saww hingga kandungannya gugur yaitu anak yang diberi nama Muhsin. Misalnya kitab-kitab Suuni berikut ini:
1ـ ذكر المسعودي صاحب تاريخ " مروج الذهب " المتوفي سنة 346هجرية، وهو مؤرخ مشهور ينقل عنه كل مؤرخ جاء بعده، قال في كتابه " إثبات الوصية " عند شرحه قضايا السقيفة والخلافة: فهجموا عليه [ علي عليه السلام ] وأحرقوا بابه، واستخرجوه كرها وضغطوا سيدة النساء بالباب حتى أسقطت محسنا!!
”Mereka menyerbunya (Ali as) dan membakar pintu rumahnya dan menyeretnya keluar dan menekan/memepetkan Sayyidah Nisaaa (penghulu para wanita, julukan hdh Faathimah as) ke pintu hingga gugurlah kandungan beliau as yang bernama Muhsin.”
Sejarah di atas bisa didapatkan di banyak sekali kitab-kitab Sunni seperti: Itsbaatu al-Washiyyah, Mas’uudi yang juga pengarang kitab sejarah terkenal, Muruuju al-Dzahab, bab: Saqiifah wa al-Khilaafah; Al-Waafii bi al-Waafiyaat, 6/76; Al-Milal wa al-Nihal, Syahristaani, 1/57; Syarhu Nahju al-Balaaghah, Ibnu Abi al-Hadiid, 14/193;
c-2-c- Dalam pandangan Qur an, menjadi khalifah itu wajib makshum. Sebab Allah swt dalam QS: 76:24:
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا
“Maka sabarlah dengan hukum Tuhanmu dan jangan taati orang yang berdosa dan orang yang kafir.”
Nah, kalau tidak makshum, maka tidak bisa jadi Khalifah Raasyiduun (lurus, makshum). Karena itu alasan yang menjadi khalifah tanpa makshum apa? Okelah, siapa saja boleh mengikuti pendapatnya sendiri-sendiri, akan tetapi mana dalil wajibnya di Qur an dan hadits untuk mengikuti khalifah yang tidak lurus -tanpa salah sedikitpun- alias makshum, dan apa salahnya kalau ada orang atau kelompok yang tidak mengikuti orang yang tidak makshum, tidak memiliki dalil Qur an dan Hadits serta bukan bagian dari rukun iman dan Islam?
c-2-d- Nabi saww tidak pernah membuat shalat sunnah berjamaa’ah. Akan tetapi Umar membuatnya, yaitu shalat Tarawaih. Apakah kita wajib mengikutinya juga?
c-2-e- Allah menghalalkan mut’ah dalam QS: 4:24, dan Nabi saww juga di Shahih Bukhari dan Muslim menghalalkannya dan tidak pernah mengharamkannya sebagai di kedua kitab Shahih di Sunni itu (Shahih Bukhari-Muslim),
4518 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عِمْرَانَ أَبِى بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ - رضى الله عنهما - قَالَ أُنْزِلَتْ آيَةُ الْمُتْعَةِ فِى كِتَابِ اللَّهِ فَفَعَلْنَاهَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - ، وَلَمْ يُنْزَلْ قُرْآنٌ يُحَرِّمُهُ ، وَلَمْ يَنْهَ عَنْهَا حَتَّى مَاتَ قَالَ رَجُلٌ بِرَأْيِهِ مَا شَاءَ
‘Imraan bin Hushain berkata: “Telah diturunkan ayat mut’ah di dalam Kitabullah dan kami melakukannya bersama Nabi saww, dan tidak ada ayat turun mengharamkannya dan beliau saww juga tidak melarang kami sampai beliau saww wafat, selain ada satu orang yang berkata sesuai pikirannya sendiri (maksudnya Umar, SA).”
Hadits seperti di atas teramat banyak di kitab Sunni seperti: Shahih Bukhari, hadits ke: 1571, 4518; Shahih Muslim, hadits ke: 2157, 3037; dan lain-lainnya.
روى مسلم بسنده ، عن أبي نضرة قال : كنت عند جابر بن عبد الله ، فأتاه آتٍ ، فقال : إنَّ ابن عباس ، وابن الزبير اختلفا في المُتعتين ـ يعني الحَجَّ والنساء ـ فقال جابر : فعلناهما مع رسول الله ( صلّى الله عليه [ وآله ] وسلّم ) ، ثمَّ نهانا عنهما عمر .
Abu Nadhrah berkata: “Aku bersama Jaabis bin ‘Abdullah, lalu datang seseorang yang berkata: ‘Sesungguhnya Ibnu ‘Abbaas dan Ibnu Zubair berbeda pandangan tentang dua mut’ah -mut’ah haji dan mut’ah dengan perempuan (yakni kawin untuk masa tertentu).’ Lalu Jaabir berkata: ‘Kami melakukannya bersama Rasulullah saww, kemudian setelah itu (pada masa kekhalifahan Umar) Umar melarang keduanya.’.” (Shahih Muslim, hadits ke: 2192, 2498, 3084, 3483)
Nah, ketika Tuhan dan Nabi saww menghalalkan mut’ah, lalu mengapa Umar melarangnya? Okelah kita ikut pendapat sendiri-sendiri, akan tetapi apa dosa kami/Syi’ah yang mengikuti perintah Allah saww dan Nabi saww dan tidak mengikuti pelarangan Umar?
c-3- Perintah mengikuti imam makshum itu sudah ada sejak jaman Nabi saww, seperti dalam QS: 4:59:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah oleh kalian Allah, taatilah Rasulullah dan pemimpin di antara kalian!”
Ketika ayat di sebelumnya mensyarati bahwa yang bisa ditaati itu hanyalah yang tidak berdosa alias makshum, maka taat pada perintah imam ini juga imam yang makshum.
Dan di ayat lain, Allah hanya mengumumkan kemakshuman Ahlulbait as, yaitu di QS: 33:33:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah HANYA ingin menghidarkan kalian wahai Ahlulbait dari SEGALA dosa dan MENSUCIKAN kalian sesuci sucinya.”
Sementara itu di hadits Shahih Bukhari dan Muslim dikatakan bahwa imam itu hanya 12 orang yang semuanya dari Quraisy. Dengan demikian maka sudah sempurnalah sifat para Imam tersebut, yaitu 12 orang dari Quraisy, raasyiduun (lurus tanpa salah sedikitpun dalam ilmu dan amal) dan makshum (suci) serta Ahlulbait as saja. Jadi, 12 orang itu harus dari Ahlulbait as yang dijelaskan Nabi saww.
Sedang hadits dua belas orangnya bisa dilihat di Shahih Bukhari hadits ke: 7222 dan 7223; Shahih Muslim, hadits ke: 3393, 3394, 3398,
حَدَّثَنِى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم يَقُولُ يَكُونُ اثْنَا عَشَرَ أَمِيرًا - فَقَالَ كَلِمَةً لَمْ أَسْمَعْهَا فَقَالَ أَبِى إِنَّهُ قَالَ - كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ
Jaabir berkata: “Aku mendengar Nabi saww bersabda: ‘Setelahku ada 12 orang imam’, lalu beliau saww berkata yang aku tidak mendengarnya, ayahku berkata bahwa beliau saww berakata: ‘Semuanya dari Quraisy.’.”
Sementara itu banyak sekali di kitab tafsir dan hadits Sunni yang mengatakan bahwa yang akan selamat atau juga yang mengatakan paling baiknya golongan manusia itu adalah Syi’ahnya/pengikutnya Imam Ali as.
Misalnya:
1 ـ قال الرسول صلى الله عليه وآله وسلم مشيراً الى علي بن أبي طالب عليه السلام: «والذي نفسي بيده ان هذا وشيعته لهم الفائزون يوم القيامة».
Nabi saww berkata sambil menunjuk kepada imam Ali as: ”Demi yang nyawaku ada di tanganNya, dia ini (imam Ali as) dan Syi’ahnya (pengikutnya) adalah orang-orang yang akan berjaya (masuk surga).”
Hadits ini dapat dilihat di: Taarikh Damsyq, Ibnu ‘Asaakir al-Syaafi’ii, 2/442, hadits ke: 951, 849 dan 851; Al-Manaaqib, Al-Khuurazmii al-Hanafii, 62; Syawaahidu al-Tanziil, Haakim al-Haskaanii, 2/362, hadits ke: 1139; Kifaayatu al-Thaalib, al-Kanjii al-Syaafi’ii, 245, 313 dan 314; Kunuuzu al-Haqaaiq, al-Manaawii, 83; Tafsir al-Durru al-Mantsuur, 6/379; Tadzkiratu al-Khawaash, 54; Faraaidu al-Simthain, 1/156.
2 ـ قال الرسول صلى الله عليه وآله وسلم لعلي عليه السلام: «تأتي يوم القيامة أنت وشيعتك راين مرضيين، ويأتي أعداؤك غضاباً مقحمين».
Nabi saww berkata kepada Imam Ali as: “Engkau dan Syi’ahmu kelak di hari kiamat datang dengan keridhaan dan diridhai, dan musuh-musuhmu datang dengan kemurkaan.”
Riwayat ini dapat dilihat di: Nazhmu al-Durar, 92; Yanaabii’u al-Mawaddah, 301; Al-Fushuulu al-Muhimmah, 107; Shawaa’iqu al-Muhriqah, 159; Kanzu al-’Ummaal, 15/137, hadits ke: 398; Majma’u al-Zawaaid, 9/131; Nuuru al-Abshaar, 101.
3 ـ وقال الرسول صلى الله عليه وآله وسلم لعلي عليه السلام. «أما ترضى أنك معي في الجنة والحسن والحسين وذريتنا خلف ظهورنا وأزواجنا خلف ذريتنا وشيعتنا عن ايماننا وشمائلنا».
Rasulullah saww berkata kepada Imam Ali as: “Tidakkah kamu ridha/senang, bahwasannya kamu akan bersamaku di surga, Hasan dan Husain serta keturunannya di belakang kita, dan istri-istri kita ada di belakang anak-anak kita begitu pula Syi’ah-syi’ah kita yang mengikuti iman kita dan akhlak kita.”
Hadits ini ada di: Shawaa’iqu al-Muhriqah, 159; Yanaabii’u al-Mawaddah, 301; Faaidu al-Simthain, 2/43, hadits ke: 375.
4 ـ قال الرسول صلى الله عليه وآله وسلم: «يا علي انك ستقدم على الله أنت وشيعتك مرضيين وتقدم أعداؤك غضاباً مقحمين».
Rasulullah saww berkata: “Wahai Ali, sesungguhnya kamu dan Syi’ahmu akan maju di hadapan Allah dengan diridhai sementara musuh-musuhmu akan maju dengan dimurkai.”
Hadits ini ada di: Nuuru al-Abshaar, 73; Shawaa’iqu al-Muhriqah, 152; Yanaabii’u al-Mawaddah, 299.
5 ـ قال الرسول صلى الله عليه وآله وسلم: «يا علي ان الله قد غفر لك ولذريتك وولدك ولشيعتك ولمحبي شيعتك».
Rasulullah saww berkata: “Wahai Ali, sesungguhnya Allah telah mengampunimu dan keturunanmu dan orang tuamu dan Syi’ahmu dan yang menyintai Syi’ahmu.”
Hadits ini dapat dilihat di: Shawaa’iqu al-Muhriqah, 96, 139 dan 140; Yanaabii’u al-Mawaddah, 270 dan 301; Al-Nihaayah, Ibnu Atsiir, 3/276; Faraaidu al-Simthain, 1/308, hadits ke: 247.
6- قوله تعالى: " إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية " البينة: 7 قال الرسول (ص): يا علي هم أنت وشيعتك.
Ketika turun ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, merekalah sebaik-baik manusia” Rasulullah saww berkata: “Wahai Ali, mereka itu adalah kamu dan Syi’ahmu.”
Hadits sebab nuzuul/turun ayat di atas, dapat dijumpai di: Syawaahidu al-Tanziil, al-Haakim, 2/356-366, hadits ke: 1125, 1126 dan seterusnya sampai 22 hadits; Kifaayatu al-Thaalib, 244, 245 dan 246; Al-Manaaqib, 62 dan 187; Al-Fushuulu al-Muhimmah, 107; Nazhmu Duraru al-Simthain, 92; Taariikh al-Dimsyq, 2/442, hadits ke: 951; Yanaabii’u al-Mawaddah, 62, 74 dan 270; Nuuru al-Abshaar, 71 dan 102; Shawaa’iqu al-Muhriqah, 96; Tafsir al-Durru al-Mantsuur, al-Suyuuthii, 6/379; Tafsir Thabari, 30/146; Tadzkiratu al-Khawaash, 18; Fathu al-Qadiir, 5/477; Ruuhu al-Ma’aanii, 30/207; dan lain-lain.
Kesimpulan Poin (c-3):
Kalau taat pada Imam itu sudah ada sejak jaman Nabi saww; Sifat imamnya juga sudah dijelaskan sebagai makshum (suci dari kesalahan dan kekurangan ilmu Islam, dan suci dari kesalahan dan kekurangan dalam amal -dosa); Jumlahnya juga sudah diterangkan 12 orang yang semuanya dari Qurasy; Quraysnya juga sudah diterankan dari Ahlulbait yang makshum; Lalu yang mengikuti mereka disebut sebagai SYI’AH; Dan Syi’ah ini yang akan berjaya, selamat dan masuk surga, MAKA dari manakah celaan Raafidhah itu muncul dan mengatakan bahwa Syi’ah itu buatan umat (bukan Nabi saww), sesat dan bukan Islam???!!! Lalu apakah madzhab Sunni yang muncul di pertengahan abad ke dua dan ke tiga Hijriah setelah kewafatan Nabi saww itu, berhak mengatakan seperti itu???!!!
Catatan:
Semua kitab yang disebutkan di atas itu, tidak ada yang dari Syi’ah walau satupun. Artinya sekalipun hadits-hadits seperti itu ada di Syi’ah, tapi saya hanya menukilkan dari kitab-kitab Sunni.
Wassalam.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
8 Komentar
Komentar

Darmi Siama Allahumma sholli 'alaa muhammadin wa aali muhammad

Darmi Siama Salam ustad, sy ijin share catatan ini...

Bayu Allahumma sholli 'alaa muhammadin wa aali muhammad WA ajjil farojahum

Andika Allahuma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..

Ummu Salamah salam. izin share ust

Sinar Agama Darmi Siama dan teman-teman lainnya, sebagaimana sudah sekitar 6 tahun ini aktif di facebook, ana sudah sering katakan bahwa semua tulisanku bebas dishare dalam bentuk apa saja asal untuk kebaikan, tidak diedit dan tidak dibisniskan walau dengan keuntungan sedikitpun. Saya malah senang kalau dibantu menyebarkannya, semoga Tuhan sudi menerima kita semua, amin.

Darmi Siama Terimakasih ustd Sinar Agama, semoga Allah membalas pahala antum sbg ibadah yg besar, dan semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kpd kita semua, sehingga di akhirat nanti kita dimasukkan dalam barisan Nabi dan ahlulbaitnya,, ilahi amin..

Sinar Agama Amin sama-sama dan untuk semua teman kita, amin.






0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.