Wednesday, May 10, 2017

on Leave a Comment

Taubat yang diterima dan demensi sholat hingga dapat mencegah perbuatan keji dan munkar

Salam...
Semoga ustadz selalu berada di dalam rahmat dan rida-Nya. Afwan ustadz ada beberapa pertanyaan yang ingin diajukan. Mungkin sebagian pengulangan termasuk yang ikan memakan nabi yunus.hehe...
1. Apakah ikan yang memakan nabi yunus itu di dalam quran itu disebutkan jenis ikannya apakah ikan paus atau ikan hiu?
2. Ustadz kalau pengertian taubat diterima itu bagaimana ya? Misalnya seseorang itu bertaubat terus mengulang lagi bertaubat lagi mengulang lagi dosa yang sama, terus dia meninggal dalam kondisi tidak sedang melakukan dosa tersebut apakah kalau diampuni itu dia tidak akan disiksa dulu, tapi kalau taubatnya diterima dia akan langsung masuk surga?
Atau sebaliknya dia meninggal dalam kondisi sedang berbuat dosa tersebut katakanlah tiba-tiba terkena jantung ketika sedang berzinah. Dia sempet beristigfar. Apakah Allah akan masih menerima taubatnya itu?
3. Kalau yang saya tau taqiyah karena takut itu ada 4 faktor ya ustadz, karena nyawanya terancam, kehormatannya maksudnya diperkosa bagi perempuan, hartanya diambil, dan dipukul artinya disiksa fisik. Nah, kalau karena takut kita terusir dari tempat tinggal kita itu bisa dianggap penyebab taqiyah takut ngga?
4. Kemarin di ceramah jumat khatibnya bilang kalau diterima tidaknya salat kita oleh Allah tergantung dari kita bisa mencegah perbuatan keji dan munkar (maksiyat) atau tidak. Jadi, selama belum bisa meninggalkan maksiyat salat kita tidak akan diterima. Apakah benar seperti itu ustadz? Kalau yang saya pahami, salat diterima tidaknya tergantung dari fiqihnya sudah benar atau tidak dan tentunya niat dan khusyunya juga merupakan salah satu syarat. Masalah perbuatan maksiyat lainnya di luar salat ya akan dihukum atau menjadi dosa untuk perbuatan maksiyatnya itu saja. Bagaimana menurut antum?
Syukron
PSA
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Tidak disebutkan jenis ikannya. Hanya dikatakan sebagai Hut. Hut dalam bahasa Arab artinya Ikan. Tapi lebih sering dipakai kepada Ikan Besar walaupun ikan kecil seperti ikannya nabi Musa as yang hidup kembali se
bagai tanda pertemuan beliau as dengan nabi Khidhr as juga dikatakan Hut. Btw, Hut lebih sering dipakai kepada ikan besar. 

Ikan Besar ini bergigi tajam atau tidak, makan orang atau tidak, sama sekali bukan masalah penting hingga membuatnya tidak mungkin terjadi. Sebab ikan itu sudah diutus Tuhan agar Dia memberikan pendidikan kepada nabi Yusus as karena telah melakukan sesuatu yang kurang afdhal (tarku al-afdhaliyyah) sekalipun sama sekali bukan dosa (tapi kurang layak dilakukan seorang rasul). Masalah ikan itu tidak penting mau seperti apa, hingga mungkin karena itulah Tuhan tidak menyebutkan identitasnya dan mencukupkan dengan firmanNya Ikan Besar. Sebab Tuhan sudah mengutusnya dan memerintahkan ikan tersebut untuk tidak membunuh dan meremukkan tulang-tulang nabi Yunus as sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits. 

2- Taubat itu tekad meninggalkan dosa dan tidak melakukannya lagi. Ini taubat yang diterima Allah swt. Yang lain-lainnya, kita serahkan kepadaNya. Setidaknya:

a- Jangan sampai putus asa untuk terus melakukan taubat dan istighfar dan berusaha gigih untuk meninggalkan dosanya sebagaimana dianjurkan dalam banyak hadits sampai-sampai dikatakan bahwa berputus asa dari rahmat Allah (ampunanNya) itu dosanya lebih besar dari dosa-dosa yang karenanya telah berputus asa.

b- Allah swt kan tahu sesiapa yang bertekad untuk benar-benar mau bertaubat yakni mau meninggalkan dosanya dengan sungguh-sungguh. Tuhan tahu siapa yang bertekad sungguhan untuk berhenti dari dosanya dan siapa yang main-main, sekalipun keduanya nanti melakukannya lagi. Barangkali yang bertekad sungguhan itu di dalam pandanganNya, telah diampuni sekalipun kelak jatuh lagi ke dalam dosa karena kelemahannya, bukan karena berniat main-main dengan taubatnya.

Saya yakin dengan pengetahuan yang teramat sedikit ini, bahwa kalaupun misalnya taubatnya orang yang sungguh-sungguh ini yang jatuh pada dosa yang sama lagi ini, tidak diterimaNya, pasti ada pengurangan dan peringanan terhadap dosanya. Karena itulah, maka tidak ada alasan untuk berhenti dari mencoba dan mencoba terus untuk bertaubat secara hakiki sampai dijemput ajal. 

Semoga kita semua bisa lebih serius dalam meninggalkan dosa, baik dosa yang karena tidak belajar fiqih, tidak mengamalkan kewajiban fiqih atau pelanggaran terhadap yang diharamkan Allah swt, amin. 

3- Kalau yang dimaksudkan adalah tempat sewa rumah atau kos, maka saya mengira itu bukan taqiah keamanan. Tapi kalau dari rumah sendiri, maka saya mengira hal itu bisa dijadikan alasan sebagai taqiah keamanan, yakni masuk ke dalam harta kehidupan. 

Catatan: Harta diambil itu bukan penyebab taqiah. Penyebab taqiah itu adalah diambilnya harta kehidupan, seperti pekerjaan yang baik sementara sulit mencari pekerjaan lainnya, rumah tinggal miliknya, kebun tempat bertaninya dan semacamnya yang menjadi tonggak kehidupannya.

Semoga rakyat Indonesia tidak ikut-ikutan barbarian hingga orang-orang Syi'ah tidak perlu taqiah. Kan bisa jadi lucu amat, kalau di satu sisi ada dari mereka yang kejam pada Syi'ah tapi dari sisi yang lain mengecam taqiah. Ra'syih.

5- :

a- Mungkin antum pengunjung baru di facebook alfaqir ini. Dari dulu sudah saya katakan bahwa ukuran diterima tidaknya shalat secara hakiki itu adalah tidak melalukan dosa. Sebab Tuhan sendiri yang berfirman seperti itu. Perhatikan firmanNya di QS: 29:45:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari SEMUA yang keji dan mungkar."

Karena dosa itu adalah keji dan mungkar (yang tertolak), dan karena semua dosa itu tercegah dengan shalat, maka kalau kita shalat tapi masih berbuat maksiat, maka shalatnya belum diterima. Mungkin karena itulah di Syi'ah, untuk menjadi imam shalat sekalipun dengan keluarga sendiri, imam shalatnya wajib tidak memiliki dosa besar atau kecil. Sebab kalau shalat imamnya saja tidak diterima, maka bagaimana bisa menjadi pemimpin shalat?

b- Shalat itu memiliki dua dimensi: Lahir dan Batin. 

- Lahirnya adalah yang sesuai dengan fiqih sejak dari mukaddimahnya (seperti mesti suci badan, pakaian dan tempat dari najis dan harta haram; wudhu' dan mandi besarnya benar; tayammumnya benar; dan seterusnya) sampai kepada shalatnya itu sendiri (hukum-hukum shalatnya). 

Batinnya adalah kekhusyukan batin yang melakukan shalat hingga betul-betul mencapai hakikat shalat yang diperintahkan Allah swt.

c- Karena shalat memiliki dimensti lahir dan batin, maka sah atau tidaknya, juga memiliki dua dimensi. Sah secara Lahir yaitu yang seperti antum katakan itu, yaitu sesuai dengan fiqih Allah swt. Sah secara batin adalah yang sesuai dengan nilai batinnya, seperti kekhusyukan dan semacamnya. 

d- Dalam peristilahan ilmiah, ajaran Islam yang mengatur fiqih lahir disebut dengan Fiqih Lahir, dan yang mengatur fiqih batin disebut dengan Fiqih Batin atau juga Haqiqat Shalat.

e- Dengan semua penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Shalat yang diwajibkan Allah swt itu tidak hanya sebatas di sejadah tempat kita shalat saja, melainkan berkesinambungan dalam seluruh gerak gerik kita. Mungkin karena itulah Tuhan dalam perintahNya tidak mengatakan seperti: "Lakukan shalat!", melainkan mengatakan: "Tegakkan shalat!"

Melakukan terlihat ringan, beda dengan kata "menegakkan". Dalam kata "menegakkan" terisarati pada suatu hal yang berat yang perlu usaha keras. Di samping itu, memiliki tekanan pada kebersinambungannya tersebut. 

Karena itulah, maka kita tidak heran kalau diwajibkan oleh Allah untuk menegakkan shalat yang bisa mencegah dari semua perbuatan dosa.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
2
17 April pukul 10:41

Pecinta Sinar Agama untuk no. 1 jadi kalau ada yang menafsirkan itu ikan paus, sah-sah saja ya ustadz? soalnya suka baca buku agama itu menuliskan nabi yunus dimakan ikan paus...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas17 April pukul 19:12

Pecinta Sinar Agama no. 4. tapi kalau secara menggugurkan dosa untuk tidak salatnya kan udah berlaku ya ustadz? Maksud saya, kalau pun salat seseorang itu tidak diterima, dia tidak akan menanggung dosa tidak melaksanakan salat kan ustadz? Artinya, kalau di yaumil hisab nanti misalnya dihisab salat puasa dan zakatnya sudah aman kan ustadz?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
17 April pukul 19:15

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama, :

1- Kalau hanya menafsir dan tidak memastikan, maka tidak masalah. Sebab ikan paus adalah termasuk ikan besar dan mungkin terbesar di masa sekarang. 


4- Sudah tentu seperti itu. Yakni yang sudah melakukan shalat dengan benar secara Fiqih Lahir, maka sudah cukup dan tidak berdosa. Bahkan sudah sangat berpahala. Tapi pahalanya tidak penuh. Seandainya penuh seperti yang memenuhi syarat-syarat Fiqih Batin, maka efek dari pahalanya itu akan terjauhkan dari semua dosa.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
18 April pukul 15:14

Pecinta Sinar Agama Afwan ustadz baru menanggapi... 2. Baru terpikir hehe...antum menjelaskan kalau yang taubatnya sungguh-sungguh insya Allah paling tidak hukumannya akan dikurangi meskipun dia terjatuh lagi...lantas bagaimana dengan taubatnya yang tidak sungguh-sungguh...artinya dia memang setelah melakukan dosa itu menyesal dan meminta ampun kepadanya, tapi dia tidak menjadi diri untuk menjauhkan dari dosa tersebut akhirnya terjebak lagi...harusnya kan kalau sungguh-sungguh bertobat jangan mendekat...seperti ada peribahasa jangan maen api kalau tidak mau terbakar...gimana ustadz kalau yang seperti itu apakah akan masih diampuni Allah swt?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas21 April pukul 19:01

Pecinta Sinar Agama 4. Kalau seperti itu, apa yang dimaksud salat diterima ustadz kalau belum mengamalkan salat dalam keseharian kita juga sudah sah salatnya sudah tidak menggugurkan dosa salat malah berpahala...jadi pengertian "diterima" salat itu maksudnya apa?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas21 April pukul 19:03

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama, :

2- Sudah dijawab di atas.


4- Sudah dijawab juga di atas. Tolong keduanya direnungkan.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
22 April pukul 0:19

Pecinta Sinar Agama syukron kalau begitu coba ana renungkan lagi jawaban2nya...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas22 April pukul 18:38



Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1231835670263221





0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.