Sunday, May 7, 2017

on Leave a Comment

Cara sujud Syahwi, penjelasan mengenai mukjizat dan penjelasan mengenai faham Wahabi.

Salam. Semoga Ustadz selalu diberi rahmat dan rida-Nya. Afwan ada beberapa pertanyaan yang ingin diajukan. Afwan kalau ada yang berulang.
1. Ustadz, mengingat kalau lupa jumlah rakaat salat itu bagi saya banyak ketentuannya terutama dalam lupa antara 3 dan 4, seperti kalau sebelum ruku atau setelah ruku ketika sujud dll. Saya jadi suka ngambil jalan pintas, kalau saya benar-benar lupa, saya batalkan salat saya dan saya ulang dari awal? Berdosakah yang saya lakukan itu?
2. Sekalian untuk mengingat kembali. Kalau lupa jumlah rakaat antara 3 dan 4 itu yang saya ingat kan harus dianggap 4 kemudian nanti setelah tasyahud akhir itu ditambah satu rakaat. Yang saya lupa, tambahan rakaatnya itu dilakukan setelah salam terakhir atau sebelumnya? Kemudian, perlu ditambah sujud syahwi atau tidak? Kalau perlu, apakah bacaan sujud syahwi itu?
3. Kalau ada teman kita yang kebetulan dari nonmuslim, apakah ucapan yang sebaiknya kita ucapkan atau tuliskan kalau itu di media sosial?
4. Kalau yang memakan nabi yunus itu ikan paus atau ikan hiu? Akan tetapi, kalau ikan hiu ga mungkin manusia bisa hidup di dalam perutnya? Trus kalau ikan paus, bukankah ikan paus itu tidak memakan manusia? Apa karena kebetulan termakan saja?
5. Kalau orang tua kita yang sunni meninggal dan meninggalkan warisan dan tentunya hartanya itu belum pernah dikhumusi karena orang tua kita sunni. Apakah harta warisan tersebut harus dikhumusi atau tidak?
6. Kalau melihat fenomena zakir naik di indonesia yang sampai banyak yang pengin menonton ceramahnya itu satu sisi saya senang menunjukan antusiasme terhadap agama cukup tinggi di indonesia. Akan tetapi, satu sisi lagi kita tau siapa itu zakir naik. Gimana ustadz cara kita menyikapi fenomena zakir naik itu?
7. Ustadz, kalau malaysia itu kenapa ya bisa anti syiah padahal mereka kan bukan wahabi? Trus ada yang bilang karena jajahan inggris,, tetapi mereka anti wahabi juga padahal kita tahu wahabi itu salah satu sekte buatan inggris?
Syukron
PSA
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Fadli Assalam,, Nyimak...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
6 April pukul 13:00Telah disunting

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Iya, berdosa.


2- Dilakukan setelah salam (shalatnya selesai total). Lalu menambah satu rakaat dimana dalam qiraatnya hanya membaca surat al-Faatihah saja. 

Dalam keadaan seperti antum itu, tidak diwajibkan Sujud Sahwi, sekalipun kalau mau berhati-hati sendiri tidak masalah. 

Cara Sujud Sahwi adalah:

a- Niar sujud sahwi karena Allah.

b- Takbir (sebagai hati-hati sunnah saja, sebab tidak wajib)

c- Lalu sujud.

d- Dalam sujud disunnahkan (tidak wajib membaca apa-apa) membaca dzikir khusus. Ada beberapa pilihan. Salah satunya: "Bismillaahi wa billaahi Allaahumma shalli 'alaa Muhammadin wa aali Muhammadin."

e- Lalu duduk.

f- Lalu sujud lagi seperti yang pertama. 

g- Lalu duduk membaca tasyahhud sampai akhir (salam).

h- Semua yang perlu diperhatikan dalam shalat, juga diperhatikan dalam Sujud Sahwi ini.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
6 April pukul 14:02

Pecinta Sinar Agama 2. Sujud syahwinya itu dilakukan setelah selesai salam (selesai total) rakaat tambahannya itu ya ustadz?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 20:21

Jangan Lupakan Karbala terimkasih ustad,izin save ..
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas7 April pukul 8:23

Sinar Agama .

3- Bilang saja seperti "selamat pagi". Atau tidak usah sama sekali mengatakan salam. Kan tidak masalah. Mereka juga tidak mengucapkan salam. Mengapa kita berfikir harus mengucapkan hal-hal seperti itu? Langsung saja katakan: Mas Joko apa kabar? Atau
 katakan di awalnya "Sehat selalu mas." Dan semacamnya

4- Mengapa kalau ikan hiu yang memakan manusia lalu manusia tidak mungkin hidup? Apakah kalau yang memakannya ikan Paus, manusia bisa hidup dalam perutnya?

5- Tidak perlu karena diwarisi dari orang Sunni. Tapi kalau mau berhati-hati, maka khumusilah yang memang harus dikhumusi seandainya ayahnya itu Syi'ah. Misalnya, mobil ke dua, rumah/tanah ke dua, hp ke dua, motor ke dua, barang-barang yang di atas derajat sosial orang tua, dan semacamnya. 

6- Saya pikir biarkan saja kecuali memang mau membahasnya secara ilmiah. Terlebih mereka itu adalah beramal dengan madzhab mereka sendiri. 

Indonesia adalah negara konsumer dalam hampir alat kehidupannya, baik teknologi atau agama. Karena itu gampang latah dan gampang bosan. 

Karena itulah negara Indonesia negara yang paling disayang oleh negara produser, baik produser teknologi, produser teroris, dan/atau produser pemikiran-pemikiran yang menyimpang, dari nabi palsu, Imam Mahdi palsu, madzhab palsu dan semacamnya. Walaupun juga tempat yang bagus untuk penyebaran kebenaran hakiki baik melalu ajaran agama yang benar, madzhab yang benar, dan keilmuan yang benar seperti filsafat yang benar, irfan yang benar, dan semacamnya. 

Semoga Indonesia belajar menjadi negara produser dan dalam hal-hal yang baik, baik yang berhubungan dengan teknologi dan/atau pemikiran dalam segala bidangnya. Perubahan ini tidak akan mungkin terjadi, kalau budaya kita, seperti budaya malas, benar sendiri, keras kepala, suka mengaku-ngaku, ego, emosional dalam menerima atau menolak sesuatu, dan semacamnya itu, dirubah terlebih dahulu. 

7- He he...Malaysia itu banyak Wahabi. Wahabi adalah pengikut Ibnu Wahhab. Ajarannya adalah mengharamkan taqlid fiqih pada Syafi'i, Hanbali, Hanafi, Maliki, Ja'fari dan taqlid-taqlid lainnya. Walaupun Wahabi ini menamakan diri Sunni, maka mereka itulah Wahabi. 

Wahabi ini bisa dibagi dua:

a- Tidak ekstrim, yaitu yang tidak sampai menghalalkan darah umat Islam lainnya dan hanya menbid'ahkan dan mensyirikkan. Kalau di Indonesia seperti Muhammadiah, Persis dan semacamnya. 

b- Ekstrim yaitu yang sampai menghalalkan darah muslimin yang lain. Mereka ini juga ada di mana-mana, baik di Indonesia atau Malaysia. Tapi jumlah mereka tidak banyak. 

Catatan:
Wahabi itu bentukan di Abdullah bin Abdulwahhaab, tapi gerakannya dan bantuan meterial dan persenjataannya serta cara-cara modernnya, dibantu Inggris sejak awal gerakannya. Oleh Inggris dalam gerakannya, dikawinkan dengan Aalu Sa'uud yang kelak setelah berhasil memegang tampuk pemerintahannya dan bagian mufti agamanya dipegang oleh Abdullah bin Abdulwahhaab. Kemudian kelanjutannya, juga akan diwariskan pada masing-masing ahli warisnya, tanpa boleh campur tangan satu dengan yang lainnya. 

Gerakannya dimulai dengan membangkang dan memberontak pada kekhalifahan Utsmaniyyah, lalu membantai Sunni di Najd, Makkah, Madinah dan tempat-tempat lain di Jazirah Arab dimana setelah berhasil didirikannya kerajaan wahabi dan menggannti nama Hijaz atau Jazirah Arab dengan nama keluarganya, yaitu Kerajaan Aalu Sa'uud. 

Rakyar dan ulama Sunni digorok seperti kambing di lapangan-lapangan terbuka. Persis seperti sekarang yang mereka lakukan di Suriah, Iraq, Palestina, Yaman dan berbagai tempat lainnya. 

Semoga kita semua terjaga dari bencana ini, terumata negara kita yang sulit mendisiplinkan diri, amin. Misalnya negara kita menolak teroris tapi menerima dan menyanjung kepala teroris. Walhasil wal hanaa' wal ketumbar (kata orang lama).
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
9 April pukul 23:36Telah disunting

Pecinta Sinar Agama 3. Afwan ketinggalan satu kata dari pertanyaan ana itu yaitu "meninggal" kalau teman nonmuslim meninggal kemudian dikabarkan oleh saudaranya yang nonmuslim, kita harus bilang apa?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 20:23

Pecinta Sinar Agama 4. Afwan ana ga paham jawaban antum ustadz?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 20:23

Pecinta Sinar Agama 7. Tapi ustadz bukankah agama resmi mereka islam suni mazhab syafii, tapi menghargai ketiga mazhab yang lain, tapi menolak ajaran wahabi yang tidak bermazhab..kalau syiah karena pelecehan terhadap istri dan sahabat nabi menurut mereka...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 20:27

Fadli Salam ustad, bolehkah sy copas sebahagian jawaban ustad lalu men share nya di wall saya?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
6 April pukul 16:51Telah disunting

Fadli Assalam...

Mengutip jawaban ustad:

2- Dilakukan setelah salam (shalatnya selesai total). Lalu menambah satu rakaat dimana dalam qiraatnya hanya membaca surat al-Faatihah saja.

Pertanyaan:
1. Apakah satu rakaat ini harus lengkap seperti takbir nya kemudian membaca alfatihah, ruku dng zikirnya, sujud 2x dng zikirnya dan tasyahud sampai dengan salam...???

2. Apakah sujud sahwi ini hanya dilakukan jika kelupaan jumlah sujud pada rakaat tertentu saja, sehingga jika kelupaan jumlah rakaat maka tdk wajib sujud sahwi melainkan wajib menambah satu rakaat (setelah salam)..

3. Apakah sujud sahwi itu diawali bediri takbiratul ihram kemudian sujud ataukah tdk??

4. Jika sujud sahwi 2x apakah duduk diantara dua sujud haruss membaca zikir (astagfirullaaha robbi wa athubu ilaih) atau tidak???

Mohon ustad jelaskan seperti bagaimana cara yg benar dalam menganti rakaat yg kelupaan dan bagaimana cara sujud sahwi yg benar, baik urutan gerakan nya dan bacaannya... 

Mohon pencerahannya ust Sinar Agama
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
6 April pukul 18:53Telah disunting

Jangan Lupakan Karbala ia ustad bagian yang keraguan-raguan dalam shalat adalah bagian yg saya kurang fahami,mungkin ada doa biar mudah memahami segala sesuatu ustad ?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas7 April pukul 8:31

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama,:

2- Tanyanya: "Yang saya lupa, tambahan rakaatnya itu dilakukan setelah salam terakhir atau sebelumnya? Kemudian, perlu ditambah sujud syahwi atau tidak? Kalau perlu, apakah bacaan sujud syahwi itu?"


Jawabnya: "Dilakukan setelah salam (shalatnya selesai total). Lalu menambah satu rakaat dimana dalam qiraatnya hanya membaca surat al-Faatihah saja.

Dalam keadaan seperti antum itu, tidak diwajibkan Sujud Sahwi, sekalipun kalau mau berhati-hati sendiri tidak masalah.

Cara Sujud Sahwi adalah: ...."

3- Tidak usah mengucapkan apapun. Kalau harus mengucap, bilang saja "Turut berduka cita" dan semacamnya tapi tidak mengiringi dengan doa.

4- Antum pahami pertanyaan antum, maka akan antum pahami jawabannya, insyaaAllah. Intinya, apa ada orang dimana ikan yang bisa hidup? Ikan apapun dia? Lalu apakah ada yang tidak bisa bagi Tuhan dalam hal-hal yang ada di alam wujud ini selama bukan hal-hal yang mustahil secara logika (seperti mustahilnya pertemuan penetapan dan penolakan)? Kalau nabi Ibrahim as tidak terbakar api, apa antum mau mengatakan bahwa hal itu mustahil, lalu karenanya antum bertanya misalnya, "Apa ada api yang dingin, sebab kalau panas tidak mungkin nabi Ibrahim as tidak terbakar. Atau adakah manusia yang kebal api, tapi kalau kebal api lalu bagaimana menghangatkan diri dengan api?" Pertanyaan ini kan serupa dengan pertanyaan antum? Nah, pahami dulu masalah antum itu apa, maka antum akan mendapatkan jawabannya. 

7- Tidak ada tambahan jawaban lagi dari ana. Yang mengatakan bahwa Syi'ah melecehkan shahabat dan keluarga Nabi saww itu siapa? Apakah mengkritisi sejarah shahabat itu melecehkan? Orang kalau mau berbuat zhalim, maka akan mencari pengesahan. Para raja Malaysia itu pasti tidak akan terima Syi'ah sebab merasa Malaysia adalah warisan moyang mereka.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas7 April pukul 11:29Telah disunting

Pecinta Sinar Agama 3. Kalau turut berduka cita kemudian ditambahkan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketakwaan boleh ngga?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas9 April pukul 19:08

Pecinta Sinar Agama 4. Secara umum ana bisa memahami maksud antum kalau seperti itu. Tapi belum bisa menjawab pertanyaan ana apakah itu ikan hiu atau ikan paus? Kemudian yang jawaban antum itu di sini ana copaskan lagi.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas9 April pukul 19:12

Pecinta Sinar Agama Mengapa kalau ikan hiu yang memakan manusia lalu manusia tidak mungkin hidup? Apakah kalau yang memakannya ikan Hiu, manusia bisa hidup dalam perutnya?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas9 April pukul 19:13

Pecinta Sinar Agama apa mungkin kalimat yang kedua itu maksud antum ikan paus ya?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas9 April pukul 19:13

Pecinta Sinar Agama 7. Ini pertanyaan terlewat...siapakah yang dimaksud raja teroris yang datang ke indonesia dan disambut itu? Apakah itu raja salman?memastikan saja..hehe...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas9 April pukul 19:15

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama,:

3- Mungkin tidak boleh. Mendoakan taqwa akan dipahami mendukung agama mereka.


4- Emangnya antum mempertanyakan ikan apanya? Yang ana pahami dari pertanyaan antum adalah mempertanyakan kekuasaan Tuhannya, bukan ikan apanya. Coba perhatikan pertanyaan antum sekali lagi. 

7- Sudah pasti dia, siapa yang meragukannya?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas10 April pukul 0:02

Sinar Agama Fadli, semua tulisanku di facebook ini, boleh disharing dalam bentuk apapun asal untuk kebaikan, tidak diedit, tidak dibisnikan dan tidak dirubah namanya (kecuali kalau menukilkan pahamannya, bukan tulisannya) agar kalau ada orang yang mau bertanya lanjutannya, bisa bertanya ke saya langsung.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
10 April pukul 0:06

Fadli Makasih banyak ustd..
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas10 April pukul 14:37

Sinar Agama Jangan Lupakan Karbala, anjuranku hendaknya antum mempelajari fiqih tentang keragu-raguan, sebab disana semua sudah dijelaskan bagaimana menyikapi keraguan dimana kalau tidak benar menyikapinya, bisa berdosa dan membatalkan shalat. Berusaha fokus/khusyu adalah cara bagus untuk mengurangi keragu-raguan.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
10 April pukul 0:08

Jangan Lupakan Karbala iya ustad,saya lebih keras lagi dalam belajar belajar nya,mhon doanya ustad hf
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas10 April pukul 9:43

Pecinta Sinar Agama 3. Afwan maksud saya itu kesabaran dan ketawakalan bukan taqwa ustadz salah nulis...boleh ngga kalau ketawakalan?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas11 April pukul 12:05

Pecinta Sinar Agama 4. saya copaskan lagi pertanyaan saya, 4. Kalau yang memakan nabi yunus itu ikan paus atau ikan hiu? Akan tetapi, kalau ikan hiu ga mungkin manusia bisa hidup di dalam perutnya? Trus kalau ikan paus, bukankah ikan paus itu tidak memakan manusia? Apa karena kebetulan termakan saja?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas11 April pukul 12:05

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama,:

3- Sama saja.


4- Nah, kan yang dipertanyakan itu kekuasaan Tuhan. Karena antum sama dengan mengatakan bahwa ayat tentang nabi di perut ikan itu tidak mungkin benar, sebab tidak mungkin bisa hidup kalau dimakan ikan hiu dan tidak mungkin juga ada di perut ikan paus (anggap saja yang memakannya itu ikan paus) sebab ikan paus tidak memakan manusia. Apalagi dengan perkataan bahwa "apa kebetulan termakan saja". Sebab berarti hukuman Tuhan yang diterangkan dalam Qur an itu, terjadi tanpa kehendakNya dan hanya kebetulan saja tapi diaku-aku olehNya sebagai peringatanNya. Sebenarnya badan saya mendidih membaca pertanyaan antum itu. Apalagi diulang-ulangnya (he he...). Tapi dari pada antum tidak mengetahuinya, maka memang wajib menanyakan dan mengeluarkan isi dada antum. Apalagi saya yang memang menyuruh teman-teman untuk bertanya apa saja kalau mau hingga karena itu saya ucapkan terimakasih kalau sudah bertanya. Tentu saja barangkali saya bisa membantu. Btw.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
12 April pukul 10:42Telah disunting

Pecinta Sinar Agama 4. hehe...iya tadinya saya pikir antum punya referensi itu ikan apa yang makan nabi yunus itu sambil dicari sebab-sebab dekatnya..artinya kan menurut antum yang ga bisa itu kalau yang bertentangan dengan prinsip2 universal logika seperti bertemunya penetapan dan penegasian atau akibat mendahului sebab atau sebagian lebih besar daripada keseluruhan...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas12 April pukul 21:18

Pecinta Sinar Agama kalau jawabannya kekuasaan Allah kan selesai semuanya, tapi saya hanya ingin tahu proses sebab akibatnya aja karena kan mukjizat juga tidak bertentangan dengan hukum sebab akibat secara umum..hanya terkadang kita tidak tahu proses sebab akibat yang terjadi...seperti dinginnya api yang membakar nabi ibrahim itu kan pasti ada sebab lain yang mendinginkan api itu...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas12 April pukul 21:21

Pecinta Sinar Agama makanya saya ingin tahu ikan apa itu agar bisa memahami kemungkinan2 sebab akibatnya...kan bisa juga jadi penemuan ilmu pengetahuan...kalau kita tahu ikannya apa...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas12 April pukul 21:22

Pecinta Sinar Agama seperti banjir ketika zaman nabi nuh itu sekarang mulai ada penelitian2nya yang menunjukan banjir nabi nuh itu dan peninggalan2nya...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas12 April pukul 21:23

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama, he he...kalau ada sebab naturalnya, maka hal itu bukan mukjizat namanya. Semua itu ada sebabnya, tapi ada sebab yang bukan natural atau meterial. Mukjizat itu sebab yang non materi. Kalau antum mau melukiskan mu'jizat dengan penakwilan sebab-sebab materinya, berarti antum sudah terkena propaganda liberalisasi agama atau pematerian agama dimana nanti Tuhanpun bisa dimaterikan sebagai sebab-sebab materi alam semesta ini. 

Kalau saya katakan bahwa semu itu ada sebabnya, bukan berarti sebab materi saja, melainkan bisa sebab non materi. 

Itulah mengapa saya katakan bahwa antum sedang mempertanyakan kuasa Tuhan, bukan ikan ini dan ikan itu. Dan karena itulah saya tidak perlu menjawab ikan apa yang diterangkan di Qur an, sebab masalah antum bukan ingin tahu ikannya, sebab semuanya diyakini tidak mungkin bagi antum hal itu terjadi. 

Dan dengan penjelasan kelit antum terakhir di atas (semoga saya tidak salah dalam memahami sebagai kelitan, dan kalau salah tolong dimaafkan), maka masalah antum adalah memustahilkan beberapa kejadian (mu'jizat dan semacamnya seperti kuasa Tuhan) yang tidak disebabkan oleh sebab-sebab materi.

Hal ini akan teramat mengancam keimanan antum. Sebab nanti akan memustahilkan Tuhan sebagai non materi dengan dalil bahwa akibat yang berupa alam materi itu adalah materi, dan karena setiap yang ada mesti ada sebabnya dan sebab-sebab yang dimaksud adalah sebab materi, maka sebab dari alam semesta ini (Tuhan), adalah materi. 

Kuasa Tuhan bukan penyelesai masalah hingga antum katakan bahwa kalau sudah kuasa Tuhan maka selesai. Tidak. Sebab Kuasa itu memiliki persyaratannya, misalnya bukan pada hal yang esensinya adalah mustahil, seperti pertemuan dua kontradiksi. Jadi, tidak bisa main kuasa Tuhan dalam menjelaskan semua permasalahan seperti mu'jizat dan semacamnya. 

Penyemua-an sebab menjadi sebab materi juga bukan penyelesai masalah, malah bisa berakibat fatal seperti yang sudah dijelaskan di atas itu. Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa karena tidak boleh menyelesaikan masalah hanya dengan pengembalian kepada kuasa Tuhan, maka sudah ada sebab materinya.

Begitu pula tidak bisa kita katakan bahwa karena semua harus ada sebabnya, maka sebabnya adalah materi. 

Jadi, pembengkokan masalah kepada Kuasa Tuhan dan penyemua-an sebab kepada materi, bukan jalan keluar memahami masalah yang antum hadapi.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas14 April pukul 15:17Telah disunting

Pecinta Sinar Agama Maafkan saya ustadz kalau dianggap pertanyaan saya ingin meragukan kekuasaan Tuhan, tetapi sebenarnya maksud saya tidak seperti itu. Ini saya copaskan sebagian jawaban antum dan saya juga sudah menyinggungnya di pertanyaan susulan saya sebelum ini.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas14 April pukul 19:46

Pecinta Sinar Agama Kuasa Tuhan bukan penyelesai masalah hingga antum katakan bahwa kalau sudah kuasa Tuhan maka selesai. Tidak. Sebab Kuasa itu memiliki persyaratannya, misalnya bukan pada hal yang esensinya adalah mustahil, seperti pertemuan dua kontradiksi. Jadi, tidak bisa main kuasa Tuhan dalam menjelaskan semua permasalahan seperti mu'jizat dan semacamnya.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas14 April pukul 19:47

Pecinta Sinar Agama Nah, tadinya saya berpikir dengan tahu ikan apanya itu saya bisa menghubungkan dengan prinsip apakah yang esensinya mustahil atau tidak...tapi kalau pun memang bahasa arabnya itu ikan hiu ya berarti memang sebab-sebabnya nonmateri semua tidak ada yang materinya...jadi cuma sebatas itu sih ustadz dan itu juga berguna jika ada pemeluk agama lain yang menanyakan masalah mukzijat nabi yunus tersebut...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas14 April pukul 19:49

Pecinta Sinar Agama kalau ikan paus masih ada kemungkinan dari sisi materinya gitu ustadz..
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas14 April pukul 19:50

Pecinta Sinar Agama jadi saya tidak akan mengingkari mukzijat kalau ternyata itu ikan paus atau ikan hiu..saya hanya akan mencari argumen yang lebih tepat kalau itu ikan paus atau ikan hiu...kalau ikan paus penjelasannya begini kalau ikan hiu penjelasannya begitu...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas14 April pukul 19:52

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama, bagi saya bentuk pertanyaan antum ini, bukan mencari jawaban terhadap suatu problema, melainkan menolak dari awal. Ini pertanyaan antum:

"4. Kalau yang memakan nabi yunus itu ikan paus atau ikan hiu? Akan tetapi, kalau ikan hiu ga mungkin manusia bisa hidup di dalam perutnya? Trus kalau ikan paus, bukankah ikan paus itu tidak memakan manusia? Apa karena kebetulan termakan saja?"
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas15 April pukul 11:20

Pecinta Sinar Agama antum tidak bermaksud menghukumi ana dari yang tidak tersirat kan?hehe...yang tahu dengan maksud ana kan ana sendiri...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas15 April pukul 16:51

Pecinta Sinar Agama kenapa antum begitu yakin kalau ana menolak dari awal? apakah antum menganggap ana tidak mengimani mukjizat untuk para nabi? itu sangat jauh dari pemikiran ana...antum kok kaya baru kenal ana...hehe...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas15 April pukul 16:52

Pecinta Sinar Agama mari kembali ke pertanyaan ana..ana selalu memberikan tanda tanya itu artinya ana menanyakan kan?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas15 April pukul 16:54Telah disunting

Pecinta Sinar Agama jadi kalau dari pemahaman ana kalau ikan paus itu lebih bisa ana terima kan bisa saja si ikan paus itu memasukannya tanpa sengaja itu bukan berarti tuhan tidak merencanakannya, karena segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini kan ujung-ujungnya kembali kepada Tuhan...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas15 April pukul 16:57

Pecinta Sinar Agama tapi toh kalau memang yang dimaksud quran itu memang itu ikan hiu, ya saya harus menerimanya karena apa yang tertulis di quran saya wajib mengimaninya...berarti memang hanya sebab-sebab nonmateri yang membuat nabi yunus selamat di dalam perut ikan hiu
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas15 April pukul 17:00

Pecinta Sinar Agama saya heran sekali pertanyaan yang mudah ikan paus atau ikan hiu bagi antum sulit sekali menjawabnya malah balik menuduh ana mengingkari mukzijat...naudzubillahimindzalik...kalau ana paham bahasa arab, mungkin ana ga perlu bertanya kepada antum..hehe...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas15 April pukul 17:02

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama, he he ..... Saya akan menjawab yang dipertanyakan yang dapat dipahami secara kasat mata, bukan niat di hati. Jadi, saya memahaminya antum mempertanyakan suatu yang serasa tidak selaras dengan logika antum. Yakni kalau ikan hiu begi...Lihat Selengkapnya
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
15 April pukul 23:23

Sinar Agama Afwan dua lagi. 

Pertama, kalau saya menjawab itu, mesti didahului oleh pemahaman saya terhadap pertanyaannya. Nah, pemahaman saya terhadap suatu pertanyaan itu, adalah benar-benar pemahaman sesuai lahiriah pertanyaannya. Jadi, justru bukan batiniahnya. 
...Lihat Selengkapnya
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
15 April pukul 23:27Telah disunting

Pecinta Sinar Agama oh begitu..ya sudah nanti saya akan buat pertanyaan baru saja ustadz...syukron atas penjelasannya....
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas16 April pukul 13:44



Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1219721214808000






0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.