Sunday, May 7, 2017

on Leave a Comment

Berceramah dengan cara membanding2kan agama seperti yang dilakukan Ustad Zakir naik, apakah itu dibolehkan dalam Islam atau memang seperti itu yang diajarkan Nabi saww?

Assalamu alaikum ustads. Semoga kesehatan den kesejahteraan selalu menyelimutimu. Saya ingin bertanya mengenai Zakir Naik yang melakukan ceramah2 di berbagai kota di Indonesia. Bagaimanakah menurut ustads, apakah sudah benar cara seperti ini dalam berdakwah yaitu membanding2kan agama orang lain dengan agama kita sendiri. Apakah memang cara nabi itu seperti ini dalam mengajak orang masuk Islam yaitu menyerang ajaran orang lain? Terima kasih ustads sebelumnya.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 13:18

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Terlepas siapa dia dan apa dasar ilmu dan pembelajarannya dalam menguasai agama Islam, maka dalam obyek yang antum tanyakan, yaitu tentang perbandingan agama, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa poin yang berhubungan dengan agama dan sekitarannya, sebagai berikut (secara ringkas):

1- Agama itu adalah suatu hakikat yang telah diciptakan dan ditata Allah swt sehubungan dengan sistem makhlukNya. Penciptaan dan penataannya itu, sesuai dengan ilmu, hikmah, kasih sayang, dan kuasaNya. Sebab Dia adalah Maha Sempurna dan Tidak Terbatas, hingga apapun yang diciptakan dan ditataNya, pastilah sesuai dengan DiriNya Yang Maha Sempurna dan Tidak Terbatas itu.

2- Jadi, agama itu adalah jalan hidup yang semestinya bagi semua makhlukNya, yakni sistem luar dalamnya semua makhluk. Namun karena kita akan membahas agama dalam artian agama manusia, maka agama itu adalah jalan hidup atau sistem hidup yang sesungguhnya bagi manusia. Pendek katanya adalah hakikat sistem luar dalamnya, bukan ajarannya.

3- Tuhan sebagai Tuhan (baca Ada dengan sendirinya, tidak terbatas, tidak bermula, Esa, sempurna secara mutlak dan tanpa batas dan seterusnya), Tuhan sebagai Pencipta, Tuhan sebagai Penata dan Pengatur Makhluk luar (hubungannya makhluk lain) dan dalamnya (hubungannya dengan sistem dirinya sendiri), Tuhan sebagai pencipta agama yang benar, Tuhan sebagai yang mesti disembah dan ditaati, Tuhan sebagai Pengadil Yang Hakiki, Tuhan sebagai Pengganjar dan Penghukum, Tuhan sebagai mesti dicinta, dan semacamnya ;

Setiap makhluk termasuk manusia bersistem lahir dan batin, sistem lahirnya adalah sistem kehidupannya sehubungan dengan selain dirinya, yang mengikut sistem ke neraka akan ke neraka yang mengikuti sistem ke surga akan kesurga, sistem dalamnya seperti berkaki dua dan berkepala satu dan bermata dua dan berDNA ini dan itu dan semacamnya, yang mengikut sistem dalam yang sehat akan sehat yang mengikuti sistem dalam yang tidak sehat akan sakit ;

Bumi mengitari matahari, air cair, batu padat, api panas, es dingin, ada siang, ada malam, udara mengandungi unsur ini dan itu, ada dunia, ada akhirat, dan semacamnya ;

Dan seterusnya, semua itu adalah hakikat agama Allah swt.

4- Yang termasuk dalam sistem luar manusia pada khususnya, adalah bahwasannya sistem manusia itu diajarkan dan dipahamkan melalui dua jalan:

a- Melalui akal. Tentu saja dalam hal ini terdapat berbagai keterbatasan. Tapi jutaan masalah dapat dipahami dengan akal, terutama tentang Tuhan, Esa, dan sifat-sifat lainNya, agama yang benar, bukti agama yang benar, nabi/rasul yang benar, bukti nabi/rasul yang benar, dan seterusnya. Namun demikian, memiliki milyaran kekurangan seperti tidak mengerti hakikat dirinya, hakikat jalan yang mesti dijalani, hakikat dunia dan akhirat, hakikat hidup dan kehidupan, hakikat sistem yang mesti dan baik dijalani, dan semacamnya.

b- Melalui ajaran agamaNya. Ajaran agamaNya inilah yang kemudian dikenal dengan Naql atau agama, yaitu Qur an dan Hadits.

5- Ringkasan dari semua itu adalah: Agama itu adalah hakikat apa adanya di wujud nyata, baik lahir atau batin, baik dalam atau luar, baik dunia atau akhirat. Sedang untuk mengetahuinya melalui dua jalan, yaitu akal ('aql) dan agamaNya (baca: ajaran agamaNya atau Naql).

Karena itulah sebenarnya Naql dan Aql/akal itu adalah sama-sama obor untuk mengerti hakikat sistem yang apa adanya. Kalau dalam peristilahan Arab filosofis, hakikat apa adanya itu disebut dengan Nafsu al-Ariyyah atau Nafsu al-Amr, yaitu Apa Adanya atau Hakikatnya atau Hakikat Yang Sesungguhnya.

6- Salah satu dari "sistem dalam" bagi manusia adalah menerima kebenaran yang dipahaminya. Begitu pula memahami dan menerima keberadaan Pencipta (Tuhan) walaupun untuk keEsaanNya, perlu pada kajian dan bangunan argumentasi. Tapi untuk sekedar mengerti adanya Pencipta, manusia telah memilikinya secara fitrah (asal penciptaannya).

Karena "sistem dalam" manusia seperti itulah maka yang mengingkari adanya Tuhan, disebut kaafir atau menutupi. Yakni menutupi suara hatinya yang menerima adanya Tuhan.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 13:48

Sinar Agama .

7- Ketika manusia memiliki "sistem dalam" seperti di atas, akan tetapi begitu banyak pengingkaran suara hatinya melalui lisannya, atau bahkan pengingkaran dalam bentuk sosial kehidupan manusia terhadap ajaran-ajaran suci yang diturunkan Tuhan hingga
 menimbulkan kerusakan, perpecahan dan peperangan, maka Tuhan dalam pengajaran agamaNya yang diturunkan untuk manusia, telah mengajarkan dengan berbagai bimbingan seperti:

a- Mengulangi yang sudah jelas-jelas diketahui akal, seperti tentang adanya Tuhan yang menciptakan, Tuhan yang mesti disembah, Tuhan yang mesti ditaati, ikut utusan Tuhan, belajar ke Tuhan, belajar ke uturan Tuhan, memiliki kesadaran bahwa dirinya tidak mengerti apapun kecuali sedikit, sadar mesti belajar ke Yang Maha Tahu, ikut yang benar, mesti menjauhi yang salah, tidak baik berbuat zhalim, baik berbuat adil, adil adalah yang sesuai sitem nyata dan/atau ajaranNya, dan seterusnya.

Ajaran-ajaran Naql (Qur an - Hadits) tentang hal-hal yang sudah jelas diketahui manusia dengan mudah itulah yang disebut sebagai Irsyaadii atau bimbingan saja yang dalam hal ini saya istilah sebagai Pengulangan supaya tidak salah paham sebab kata bimbingan memiliki multi tafsiran. Irsyaadi adalah Bimbingan atau Pengulangan. Irsyaadii ini juga bisa dikatakan Tadzkirah atau Mengingatkan Kepada Yang Sudah Jelas Diketahui atau Menggehkan (nggeh) atau Mengfokuskan Kesadarannya dan semacamnya.

b- Mengajari yang belum diketahui akal dan/atau merinci yang sudah diketahuinya secara global.

8- Ketika cara penting dalam pengajaran agama Allah swt, adalah mengingatkan kembali pada yang sudah diketahui dan juga mengajari yang belum diketahui, maka konsekuensinya adalah:

a- Manakala obyek-obyeknya itu dalam hal-hal yang sudah jelas (obyek dari cara mengingatkan), maka akan melahirkan beberapa cara lagi sebagai konsekuensi berikutannya sesuai dengan obyek/manusia yang dihadapinya, seperti:

a-1- Mengingatkan secara halus seperti mengajak berfikir kembali, berenung kembali, bertanya pada akal dan hatinya lagi, merujuk pada hati dan akalnya lagi, dan semacamya.

Yang seperti ini biasanya dilakukan untuk manusia yang masih dalam keadaan normal yang tidak memiliki tanda-tanda atau interaksi-interaksi penolakan secara sosial yang disertai dengan pelecehan dan apalagi fitnah dan peperangan.

a-2- Mengingatkan sambil menggertak seperti setengah menghardik. Biasanya hal ini dilakukan untuk audien yang mulai melakukan penentangan yang sudah berupa aksi yang tidak sehat seperti pengejekan atau pelecehan walau masih dalam bentuk-bentuk awal.

a-3- Mengingatkan sambil mengejek (ejekan positif tentunya yakni demi menghentak lawan bicara hingga bisa menjadi sadar) seperti "Apakah kalian tidak berakal?", atau "Kalian orang-orang bodoh" dan semacamnya. Biasanya hal ini dilakukan untuk audien/umat yang sudah mulai melakukan pengejekan atau pelecehan yang berulang-ulang.

a-4- Mengingatkan sambil menantang, baik dalam bentuk mubaahalah (saling adu laknat), peperangan dan semacamnya. Hal ini biasanya dilakukan untuk audien yang sudah mulai menantang Nabi saww, Islam dan muslimin.

a-5- Mengingatkan sambil mengancam adzab, kahancuran, neraka dan semacamnya. Hal ini biasanya untuk audien yang sudah mulai tidak mau mendengarkan nasihat lagi dan sudah tidak mau kembali lagi pada fitrah sucinya.

b- Manakala obyek-obyeknya itu dalam hal-hal yang belum jelas bagi manusia, maka di sini Tuhan seringnya mengajari dengan santun sebagaimana layaknya ketika menghadapi umat yang masih dalam keadaan normal (baca: belum beraktifitas melakukan pembangkangan, penentangan, pengejekan dan peperangan) di atas.

Banyak juga cara yang dilakukan Tuhan dalam mengajarkan apa-apa yang tidak diketahui manusia, baik sebabnya karena keadaan masing-masing manusianya yang berbeda, atau disebabkan karena obyek ajaranNya itu sendiri yang bisa dilihat dan ditinjau dari berbagai sisi.

8- Salah satu sistem kehidupan manusia yang sudah difirahkan Tuhan, baik sistem dalam atau sistem luarnya, adalah suka mencari dan membandingkan kebenaran-kebenaran yang ditemuinya.

Karena itu, orang yang menselaraskan sistem fitrah ini dalam kehidupannya, disebabkan tetalh memilih cenderung pada hawa nafsunya seperti malas, merasa benar sendiri, buruk sangka tanpa dalil, takut merubah kesalahannya, malu yang tidak pada tempatnya, meragukan yang jelas dan menganggap jelas yang berupa keraguan atau tanpa bukti, benci tanpa dali, benci karena tidak sama, menganggap benar diri sendiri, fanatik buta pada yang mesti ada dalilnya, dan semacamnya.

9- Jawaban Soal:
Dengan semua rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa membandingkan agama Islam dengan agama lain, merupakan jalan yang sudah sesuai dengan fitrah suci atau asal suci penciptaan yang diatur oleh Allah dalam "sistem luar" dan "sistem dalam" manusia.

Akan tetapi, dalam aplikasi pembandingannya dengan agama lain, mesti disesuaikan dengan keadaan audiennya masing-masing, jangan dipukul rata.

Bahasa yang dipakai juga tidak boleh sama rata kecuali yang merupakan bahasa dasar yang biasa dipakai Tuhan untuk menghadapi orang-orang yang masih dalam keadaan normal sebagaimana sudah dijelaskan di atas.

Karena itu, bahasa yang keras, hanya bisa dilakukan pada obyek-obyek khusus dan juga dalam kondisi-kondisi khusus pula.

Salah dalam menentukan langkah aplikatif dalam perbandingan di atas, baik perbandingan agamanya atau metode dan bahasa yang dipakai, bukan hanya tidak bisa menyampaikan kebenaran agama dengan baik, melainkan bisa merusakkan tatanan atau sistem yang sudah diatur Allah swt. Dengan bahasa lain, dapat mengikuti sistem yang mencelakakan diri kita dan umat manusia. Wassalam.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 13:48

Arifuddin Syam Terima kasih atas jawabannya ustads. Saya ingin bertanyak kembali. Lalu bagaimanakah menurut ustads tentang cara yabg digunakan Zakir Naik? Apakah sdh betul atau salah?. Karena menurut saya pribadi cara2nya terkesan entertainer dan bisnis. Faktanya Zakir Naik memiliki saluran tv sendiri yg selalu mengekspos kegiatannya termasuk ketika berceramah mengenai ajaran agama lain. Bahkan tak jarang Zakir Naik melakukan provokasi untuk membenci agama lain bahkan beberapa mazhab Islam termasuk Syiah. Efek dr ceramahnya juga dapat kita rasakan. Sy sendri memiliki teman yg suka mendengar ceramahnya sehingga tak jarang ia lansung bilang ke kaum nasrani kalau ajarannya sesat dengan dalil2 yg digunakan oleh zakir naik. Tentu ini menyinggung perasaan umat agama lain seprti yg ustads katakan dapat merusak tatanan. Terakhir ustads, bagimna kah sikap kita seharusnya sebagai Syiah menyikapi pro kontra zakir naik ini di Indonesia krn kemarn ia ditolak di Malaysia dn beberapa negara barat bahkan di negaranya sendri karena dianggap dpt memecah belah.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas6 April pukul 14:05

Sinar Agama Arifuddin Syam, untuk memberikan komentar yang mencakup, maka harus diadakan telaah yang mencakup pula. Dan saya kurang ada waktu untuk itu, sebab masih banyak yang saya harus kaji yang berhubungan dengan keimanan, hukum/fiqih, dan semacamnya yang menyangkut erat dengan akhirat saya. Tapi memang boleh saja meneliti dan memikirkan dia itu, akan tetapi bagi yang ada waktu lebih. Afwan, saya hanya bisa memberikan jawaban yang berupa garis besarnya saja seperti yang sudah diberikan di atas.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
8 April pukul 10:11

Arifuddin Syam Iya ustads. Terima kasih atas jawabannya. Sy cukup paham
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas8 April pukul 11:13



Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1219269151519873





0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.