Monday, May 1, 2017

on Leave a Comment

Pendiri Ahlussunnah wal jamaah dan Apakah perawi hadis seperti Imam Bukhari dan Ibnu Abbas termasuk orang yang berpaling dari kemaksuman Ahul baith Nabi saww?

Salam ustad
Ustad gimana munurut pandangan antum tentang pemuka2 ahlulsunnah seperti bukhari muslim ibnu abbas dan para perawi hadis yang lain, mereka menulis hadis2 keutaan ahlulbait as di kitab2 mereka dan mereka menshahihkan nya juga. Namun mereka sendiri berpaling dan meninggalkan ahlulbait nabi saww.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

1- Jawaban saya berikut ini, tidak berhubungan dengan satu persatu orang yang antum contohkan. Misalnya Ibnu Abbas. Kita tawaqquf (no coment) dulu apakah dia berpaling dari Ahlulbait as atau tidak. 


2- Para shahabat, tabi'iin dan para penulis hadits itu, tidak ada yang beraliran Ahlussunnah Waljamaa'ah, sebab aliran ini baru muncul sekitar pertengahan abad tiga Hijriah, sementara mereka-mereka itu ada pada awal keIslaman sampai dengan pertenghan abad ke dua Hijriah. 

Imam Ahlussunnahnya saja, yaitu Abu al-Hasan al-Asy'ari, lahir di tahun 260 Hijriah. Lah, buat alirannya saja sekitaran tahun 300-an sebab harus jadi alim dulu. Beliau meninggal tahun 324 Hijriah. Ini kalau mangikuti imam akidahnya. Yaitu yang memulai istilah Ahlussunnah di antara kaum muslimin. Begitu pula dua ulama lainnya yang juga menjadi pilar Ahlussunnah, yaitu Abu Manshuur al-Maaturiidii yang meninggal tahun 333 Hijriah dan Abu Ja'far Thahaawi yang meninggal tahun 321 Hijriah. 

Kalau mau mengikuti imam fiqihnya (Hanafi, Hanbali, Maaliki dan Syaafi'ii) memang ada pada abad-abad ke dua dan sebelum masa pengumpul hadits seperti Bukhari dan Muslim. Akan tetapi sekali lagi, istilah Ahlussunnah itu sama sekali tidak ada pada masa itu, bahkan di masa seperti Bukhari dan Muslim sendiri yang setelah imam madzhab fiqih Sunni itu.

3- Dengan mengerti poin 2 di atas, maka kurang tepat kalau mengatakan bahwa yang menolak Ahlulbait as itu adalah Sunni. Sebab istilah Sunni atau Ahlussunnah itu muncul pada awal-awal abad ke empat Hijriah. 

4- Pengelompokan yang benar, dapat dikatakan bahwa umat Islam setelah wafatnya kenjeng Nabi saww, secara global, terbagi pada dua golongan besar, yaitu yang percaya bahwa khilafah/imamah itu mesti makshum dan ditunjuk Allah swt dan Nabi saww, sementara yang lainnya yang tidak meyakini hal tersebut. 

5- Yang tidak meyakini ini banyak juga alirannya dari sejak jaman shahabat. Seperti aliran kekhalifaan (empat khalifah pertama) dan setelah itu kerajaan (Bani Umayyah yang dikudeta dan diteruskan oleh Bani Abbas). Ada juga penentang kekhalifaan pertama yaitu satu suku besar dari shahabat yang dikenal dengan Suku Bani Tamiim. Ada juga aliran Khawaarij, Ahlulhadits, Ahlul'aql, Mu'tazilah dan semacamnya. Lalu baru setelah itu muncul istilah Ahlussunnah pada awal-awal abad ke empat Hijriah sebagaimana maklum. 

6- Yang tidak meyakini keimamahan atau kekhalifahan makshum itu, banyak sekali sebab-sebabnya. Paling banyak sebab keturunan, yaitu karena dilahirkan oleh kedua orang tua yang tidak meyakininya. Jadi, sebab utama yang menolak keimamahan dan kekhilafahan Ahlulbait as dari para pengumpul hadits, karena keturunan, bukan karena ikhtiar mereka dari awal. Sebab mereka dilahirkan di kelompok yang tidak mengimani kepemimpinan makshum. Karena mereka tidak mengimani adanya makshum selain Naib saww, sekalipun Qur annya sudah sangat jelas yaitu QS: 33:33 ("Sesungguhnya Allah hanya ingin menjauhkan kalian Ahlulbait dari segala dosa dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."). 

Sekali lagi, para pengumpul hadits itu tidak memilih aliran yang tidak mengimani imamah makshum (tapi bukan beraliran Sunni sebab mereka meninggal jauh-jauh banget sebelum munculnya istilah Sunni ini) kecuali karena kelahiran mereka yang dari kedua orang tua demikian. 

7- Untuk orang awal-awal Islam, yang juga menjadi perawi hadits, yang tidak mengimani keimamahan makshum itu juga memiliki sebab-sebab yang banyak dimana kebanyakannya juga karena kelahiran, bukan ikhtiar dari awal. Yang ke dua dari sekian banyaknya sebab-sebab, adalah munculnya dan menyebarnya hadits palsu di awal-awal wafatnya kanjeng Nabi saww, yaitu hadits yang berbunyi:

"Kenabian dan keimamahan/kekhilafahan itu tidak berkumpul dalam satu atap/rumah."

Maksudnya imamah dan khilafah itu bukan dari keluarga Nabi saww. Karena itu Imam Ali as mengatakan bahwa banyak sekali shahabat yang meragukan imamah setelah sebegitu meyakinkannya yaitu setelah berulangkalinya Nabi saww menunjuk Imam Ali as sebagai pengganti beliau saww, terutama di peristiwa Ghadir Khum yang dihadiri paling sedikitnya (menurut pengakuan ulama dan riwayat Sunni) oleh 70.000 shahabat. 

Karena itu Imam Ali as berkata bahwa siapa saja shahabat yang ragu tentang imamah makshum ini, tapi mereka tidak memeranginya, maka akan diampuni Allah swt. Nah, sebab utama atau salah satu sebabnya keraguan itu, adalah menyebarnya hadits palsu tersebut. 

8- Pendek kata, ketika seseorang tidak meyakini kemakshuman selain Nabi saww pada umat Islam ini, maka sudah pasti tidak akan terima konsep imamah makshum sebagai penerus Nabi saww dan Islam sejati (karena kalau tidak dijaga makshum bagaimana bisa Islam sejati secara ilmu dan amalnya?).



Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1205997166180405







0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.