Friday, May 26, 2017

on Leave a Comment

Banyak dan Sedikitnya Kawan (EDITED ON 23-4-2017, by Sinar Agama)

Banyak dan Sedikitnya Kawan
-Ust Sinar Agama
1- Islam, tidak memiliki satu dua ajaran, akan tetapi teramat lengkap dari masuk kamar mandi, sampai pemerintahan dan antariksa.
2- Ajaran terpokok dari Islam, adalah dua hal: Pertama, akidah. Ke dua, fikih.
3- Ajaran lain yang juga penting walau tidak sepokok dan semendasar poin 2 itu, adalah akhlak.
4- Akidah dan fikih, sedah tentu termasuk akhlak sebagaimana sering dijelaskan. Akan tetapi, akhlak yang dimaksudkan di sini adalah bagian dari ajaran Islam yang bertetanggaan dengan akidah dan fikih.
5- Mengapa akhlak ini dikatakan tidak sepokok dan sedasar akidah dan fikih? Karena akhlak tanpa akidah dan fikih, sama sekali tidak berarti. Akan tetapi, akidah dan fikih tanpa akhlak, tidak menambah kemuliaan seseorang. Artinya, akhlak itu, hanya merupakan penambah kemuliaan manakala seseorang sudah matang dan mantab serta kokoh dan aplikatif di akidah dan fikihnya.
6- Terlalu banyak ayat dan riwayat yang menerangkan batalnya amal seseorang manakala tidak bertauhid atau kalau shalatnya tidak diterima. Karena amal itu bersifat umum, maka sudah pasti akan meliputi akhlak. Seingatku kemarin ada yang bertanya tentang dosa meninggalkan shalat dan saya hanya mencukupkan dengan satu jawaban yang diambil dari fatwa yang mana fatwa ini diambil dari ayat dan riwayat yang berkata:
"Shalat adalah tiang agama dimana kalau ia diterima maka diterima pula amal-amal lainnya dan kalau ditolak, maka ditolak pula amal-amal lainnya."
7- Dalam ayat dan riwayat juga diterangkan dengan jelas bahwa di dunia ini ada dua macam teman. Teman yang mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya, dan teman yang mengeluarkan kita dari cahaya menuju kepada gelap.
8- Cahaya, yakni agama. Agama adalah akidah dan fikih ditambahsempurnakan oleh akhlak. Dengan demikian maka gelap adalah akidah dan fikih yang salah apalagi kalau ditambah keburukan akhlak dan perangai.
9- Mesti diulang lagi di sini, bahwa akidah harus diimani dan diaplikasikan setelah argumentasi akalnya terang benderang dan gamblang. Sementara fikih adalah diimani dan diaplikasikan setelah argumentasi fatwanya terang benderang.
10- Jawaban Soal:
Dengan memperhatikan poin-poin di atas, maka banyak sedikitnya teman, tergantung kepada beberapa hal, seperti:
a- Tidak berakidah dan berfikih yang benar.
Kalau kita memiliki lingkungan yang sudah sehat seperti di Iran yang Islami, maka orang yang tidak berakidah dan berfikih dengan benar, akan kekurangan teman. Di sini, sungguh seperti yang digambarkan oleh hadits di atas.
Dan keterasingan serta kesepiannya dia di dunia ini, sebenarnya adalah peringatan dari Allah swt untuknya agar merubah hidupnya menjadi ceria. Jadi, kesedihannya itu sebenarnya merupakan cubitan Tuhan untuknya agar berubah dan menjadi tidak sedih di hari esok dan di akhirat kelak.
b- Tidak berakhlak dengan baik, walau sudah berakidah dan berfikih dengan baik.
Ketika lingkungan kita sudah sehat secara Islami, maka terkadang ada orang yang tidak mampu tersenyum sekalipun. Memang, senyum itu tidak wajib dan hanya sunnah. Akan tetapi, kurang senyum ini, bisa membuat seseorang tidak memiliki teman.
Dalam hal ini, kalau ia tidak memiliki teman, walau tergolong orang yang bisa dikatakan lemah, akan tetapi tidak sampai membuatnya terjerumus pada penderitaan akhirat. Paling-paling di dunia ini sepi sendirian, akan tetapi ia tidak punya hutang pada Tuhan, Nabi saww, imam maksum as dan semua manusia. Sebab ia sudah berakidah dan berfikih dengan benar. Semua tanggung jawab dan kewajiban perorangannya, kekeluargaannya serta sosial politiknya, sudah dia jalankan dengan baik. Hanya karena kurang berwajah ceria saja maka ia tidak disenangi orang dan akhirnya tidak punya banyak teman.
c- Tidak memiliki lingkungan yang sehat.
Ketika seseorang sudah berakidah dan berfikih serta berakhlak dengan baik, maka belum tentu ia akan banyak teman. Lihat dulu dimana ia hidup. Kalau hidup di lingkungan yang rata-rata tidak berakidah dan berfikih serta berakhlak dengan benar, maka jangan haram ia bisa tentram dalam kehidupannya dan jangan harap ia akan banyak teman. Itulah mengapa kekasih-kekasih Tuhan, selalunya tidak punya banyak teman dan selalu kalah di masyarakat. Karena itu pula tidak aneh kalau Allah mengatakan yang banyak itu selalunya yang tidak baik dan yang baik itu selalunya sedikit. Misalnya:
- QS: 2:100:
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
"Bahkan kebanyakan mereka tidak beriman."
- QS: 6:37:
وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
"Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."
- QS: 6:111:
وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ
"Akan tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang bodoh."
- QS: 7:17:
وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
"Kamu tidak akan menemui kebanyakan mereka yang bersyukur."
- QS: 7:102:
وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ
"Kami banyak menemukan mereka yang berbuat fasik/dosa."
- QS: 10:36:
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا
"Kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja"
- QS: 10:60:
وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ
"Akan tetapi kebanyakan mereka yang tidak bersyukur"
- QS: 12:106:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
"Tidaklah mereka yang beriman kepada Allah itu melainkan kebanyakannya adalah orang-orang yang musyrik."
- QS: 21:24:
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُونَ
"Bahkan kebanyakan mereka tidak tahu yang hak/benar dan mereka berpaling."
- QS: 25:44:
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
"Apakah kamu kira kebanyakan mereka itu mendengarkan atau berakal? Sesungguhnya mereka itu seperti binatang dan bahkan lebih rendah lagi."
- QS: 26:174:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ
"Sesungguhnya yang demikian itu teradapt tanda-tanda (Allah) akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengimaninya."
SAKARANG COBA LIHAT YANG SEDIKIT DI QUR AN:
- QS: 4:66:
مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ
"Mereka tidak melakukan (perintahNya) kecuali sedikit."
- QS: 11:40:
وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
"Dan tidak beriman bersamanya kecuali sedikit."
- QS: 34:13:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
"Dan sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur."
- QS: 56:14:
وَقَلِيلٌ مِنَ الْآخِرِينَ
"Dan sedikit (al-muqarrabuun yang masuk surga) dari orang-orang belakangan."
Orang yang tidak memiliki banyak teman di dunia ini karena ia takwa kepada Allah di lingkungan yang anti takwa atau takwa semu (karena semaunya sendiri dan tidak pakai dalil dalam akidah dan fatwa dalam fikih), maka sudah pasti tergolong orang mulia. Artinya, bukan hanya termasuk orang lemah, akan tetapi paling perkasanya manusia. Karena ia tidak mengorbankan akhiratnya dengan dunia (banyak teman).
d- Kesimpulan:
Banyak sedikitnya teman, bisa karena pemiliknya dan bisa karena temannya. Karena itu, keterhitunganlemahnya seseorang ketika tidak memiliki teman yang banyak, manakala lingkungannya sudah penuh takwa yang hakiki, bukan takwa yang semu dan, apalagi kalau jauh dari takwa. Karena orang seperti ini, yakni orang takwa yang hidup di lingkungan tidak takwa atau takwa semu, bukan hanya tidak lemah manakala tidak punya teman yang banyak, melainkan paling kuatnya manusia yang digambarkan oleh Nabi saww bahwa muslim di akhir jaman, untuk mempertahankan Islamnya seperti menggenggam bara api di tangannya.
Jadi, yang terhitung lemah kalau tidak punya teman banyak, manakala tidak berakidah dan berfikih dengan benar atau tidak ditambahsempurkan dengan akhlak mulia (menambah ke akidah dan fikih, yakni bukan menukar akidah dan fikih dengan akhlak yang jelas batal dan terhitung bukan akhlak itu sendiri sebagaimana maklum) dalam lingkungannya yang sudah sehat dan takwa hakiki. Sedang takwa hakiki adalah berakidah dan berfikih dengan benar (fatwa)
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
6 Komentar
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih kirimannya. Saya juga tidak tahu apakah terimakasihku ini akan dibaca atau tidak mengingat antum sedang ghaib dari facebook.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
6
22 April pukul 11:25

Akmal Askari salam ust. bgmn dengan buku dahulukan ahlak di atas fiqih.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas22 April pukul 15:46

Sidik Irawan Sulka 👍👍👍
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas22 April pukul 16:43

Sinar Agama Akmal Askari, sudah sering dalam beberapa tahun ini buku itu disinggung, bahwa sama sekali tidak bisa dipakai. Sebab pengarangnya bukan mujtahid yang harus diikuti. Sebab yang lain bertentangan dengan Islam dan Ahlulbait as serta seluruh maraji'. Yang ke tiga bertentangan dengan hukum fiqih dan apalagi akidah dan filsafat serta irfan. Yang ke empat, bertentangan dengan akhlak Islam itu sendiri sebab akhlak mengatakan bahwa tawadhu'lah kamu kepada Allah dengan mengimaniNya dan mengimani semua aturan hukum/fiqih agamaNya dan janganlah kamu membuat aturan hidupmu sendiri karena kamu teramat bodoh yang tidak tahu kemaslahatan dan kebaikan sementara Allah swt Maha dalam segala-galanya. Yang ke enam, bertentangan dengan akal sehat manusia. 

Rinciannya bisa dilihat di catatan-catatan yang ada.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
23 April pukul 12:35Telah disunting

Akmal Askari trimakasih ust. penjelasannya di simak.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas23 April pukul 23:55

Sinar Agama . (editan isi dan tulisan)

Banyak dan Sedikitnya Kawan

-Ust Sinar Agama

1- Islam, tidak memiliki satu dua ajaran, akan tetapi teramat lengkap dari masuk kamar mandi, sampai pemerintahan dan antariksa.

2- Ajaran terpokok dari Islam, adalah dua hal: Pertama, akidah. Ke dua, fikih.

3- Ajaran lain yang juga penting walau tidak sepokok dan semendasar poin 2 itu, adalah akhlak.

4- Akidah dan fikih, sudah tentu termasuk akhlak sebagaimana sering dijelaskan. Akan tetapi, akhlak yang dimaksudkan di sini adalah bagian dari ajaran Islam yang bertetanggaan (berkeseiringan) dengan akidah dan fikih, bukan bertentangan.

5- Mengapa akhlak ini dikatakan tidak sepokok dan sedasar akidah dan fikih? Karena akhlak tanpa akidah dan fikih, sama sekali tidak berarti. Akan tetapi, akidah dan fikih tanpa akhlak, tidak mengurangi kemuliaan seseorang di tingkatan standar (baca: ahlu surga atau golongan yang selamat). Artinya, akhlak itu, hanya merupakan penambah kemuliaan manakala seseorang sudah matang dan mantab serta kokoh dan aplikatif di akidah dan fikihnya. Orang yang hanya tidak pandai bersenyum mengakhlaki sesama saudara dan temannya, tapi kokoh dalam akidah dan fiqih, tidak akan pernah disentuh api neraka dan murka Tuhan.

6- Terlalu banyak ayat dan riwayat yang menerangkan batalnya amal seseorang manakala tidak bertauhid atau kalau shalatnya tidak diterima. Karena amal itu bersifat umum, maka sudah pasti akan meliputi akhlak. Seingatku kemarin ada yang bertanya tentang dosa meninggalkan shalat dan saya hanya mencukupkan dengan satu jawaban yang diambil dari fatwa yang mana fatwa ini diambil dari ayat dan riwayat, yang berkata:

"Shalat adalah tiang agama dimana kalau ia diterima maka diterima pula amal-amal lainnya dan kalau ditolak, maka ditolak pula amal-amal lainnya."

7- Dalam ayat dan riwayat juga diterangkan dengan jelas bahwa di dunia ini ada dua macam teman. Teman yang mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya, dan teman yang mengeluarkan kita dari cahaya menuju kepada gelap.

8- Cahaya, yakni agama. Agama adalah akidah dan fikih, dengan ditambahsempurnakannya dengan akhlak. Dengan demikian maka gelap adalah akidah dan fikih yang salah apalagi kalau ditambah keburukan akhlak dan perangai. Sedang cahaya adalah akidah dan fiqih yang benar dan diamalkan, terlebih kalau ditambahi dengan akhlak yang berkeseiringan dengan keduanya (tidak menentang akidah dan fiqih).

9- Mesti diulang lagi di sini, bahwa akidah harus diimani dan diaplikasikan setelah argumentasi akalnya terang benderang dan gamblang. Sementara fikih adalah diimani dan diaplikasikan setelah argumentasi fatwanya terang benderang. Tentu saja kalau mujtahid dan/atau marja' setelah argumentasi Qur an-Haditsnya, terang benderang.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
3
24 April pukul 3:43Telah disunting

Sinar Agama .

10- Jawaban Soal:

Dengan memperhatikan poin-poin di atas, maka banyak sedikitnya teman, tergantung kepada beberapa hal, seperti:

a- Tidak berakidah dan berfikih yang benar.

Kalau kita memiliki lingkungan yang sudah sehat seperti di Iran yang Islami, maka orang yang tidak berakidah dan berfikih dengan benar, akan kekurangan teman. Di sini, sungguh seperti yang digambarkan oleh hadits di atas.

Dan keterasingan serta kesepiannya dia di dunia ini, sebenarnya adalah peringatan dari Allah swt untuknya agar merubah hidupnya menjadi ceria. Jadi, kesedihannya itu sebenarnya merupakan cubitan Tuhan untuknya agar berubah dan menjadi tidak sedih di hari esok dan di akhirat kelak. Yaitu dengan merubah dirinya kepada perbaikan akidah dan fiqih yang disertai aplikasinya seperti lingkungan yang baik yang dimilikinya tersebut.

b- Tidak berakhlak dengan baik, walau sudah berakidah dan berfikih dengan baik.

Ketika lingkungan kita sudah sehat secara Islami, maka terkadang ada orang yang tidak mampu tersenyum sekalipun. Memang, senyum itu tidak wajib dan hanya sunnah. Akan tetapi, kurang senyum ini, bisa membuat seseorang tidak memiliki teman.

Dalam hal ini, kalau ia tidak memiliki teman, walau tergolong orang yang bisa dikatakan lemah, akan tetapi tidak sampai membuatnya terjerumus pada penderitaan akhirat. Paling-paling di dunia ini sepi sendirian, akan tetapi ia tidak punya hutang pada Tuhan, Nabi saww, imam maksum as dan semua manusia. Sebab ia sudah berakidah dan berfikih dengan benar. Semua tanggung jawab dan kewajiban perorangannya, kekeluargaannya serta sosial politiknya, sudah dia jalankan dengan baik. Hanya karena kurang berwajah ceria saja maka ia tidak disenangi orang dan akhirnya tidak punya banyak teman.

c- Tidak memiliki lingkungan yang sehat.

Ketika seseorang sudah berakidah dan berfikih serta berakhlak dengan baik, maka belum tentu ia akan banyak teman. Lihat dulu dimana ia hidup. Kalau hidup di lingkungan yang rata-rata tidak berakidah dan berfikih serta berakhlak dengan benar, maka jangan harap ia bisa tentram dalam kehidupannya dan jangan harap ia akan banyak teman. Itulah mengapa kekasih-kekasih Tuhan, selalunya tidak punya banyak teman dan selalu kalah di masyarakat. Karena itu pula tidak aneh kalau Allah mengatakan bahwa yang banyak itu selalunya yang tidak baik dan yang baik itu selalunya yang sedikit. Misalnya:

- QS: 2:100:

بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

"Bahkan kebanyakan mereka tidak beriman."

- QS: 6:37:

وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

"Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."

- QS: 6:111:

وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ

"Akan tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang bodoh."

- QS: 7:17:

وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

"Kamu tidak akan menemui kebanyakan mereka yang bersyukur."

- QS: 7:102:

وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ

"Kami banyak menemukan mereka yang berbuat fasik/dosa."

- QS: 10:36:

وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا

"Kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja"

- QS: 10:60:

وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ

"Akan tetapi kebanyakan mereka yang tidak bersyukur"

- QS: 12:106:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

"Tidaklah mereka yang beriman kepada Allah itu melainkan kebanyakannya adalah orang-orang yang musyrik."

- QS: 21:24:

بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُونَ

"Bahkan kebanyakan mereka tidak tahu yang hak/benar dan mereka berpaling."

- QS: 25:44:

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

"Apakah kamu kira kebanyakan mereka itu mendengarkan atau berakal? Sesungguhnya mereka itu seperti binatang dan bahkan lebih rendah lagi."

- QS: 26:174:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ

"Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda (Allah) akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengimaninya."

SAKARANG COBA LIHAT YANG SEDIKIT DI QUR AN:

- QS: 4:66:

مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ

"Mereka tidak melakukan (perintahNya) kecuali sedikit."

- QS: 11:40:

وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ

"Dan tidak beriman bersamanya kecuali sedikit."

- QS: 34:13:

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

"Dan sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur."

- QS: 56:14:

وَقَلِيلٌ مِنَ الْآخِرِينَ

"Dan sedikit (al-muqarrabuun yang masuk surga) dari orang-orang belakangan."

Orang yang tidak memiliki banyak teman di dunia ini karena ia taqwa kepada Allah di lingkungan yang anti taqwa atau taqwa semu (karena semaunya sendiri dan tidak pakai dalil dalam akidah dan fatwa dalam fikih atau tidak pakai Qur an-Hadits secara sempurnya -ijtihad mutlak/lengkap- dalam menyusun prinsip akhlaknya), maka sudah pasti tergolong orang mulia. Artinya, bukan hanya termasuk orang lemah, akan tetapi paling perkasanya manusia. Karena ia tidak mengorbankan akhiratnya dengan dunianya (banyak teman).

d- Kesimpulan:
Banyak sedikitnya teman, bisa karena pemiliknya dan bisa karena temannya. Karena itu, keterhitunganlemahnya seseorang ketika tidak memiliki teman yang banyak, manakala lingkungannya sudah penuh taqwa yang hakiki, bukan taqwa yang semu dan, apalagi kalau jauh dari taqwa. Karena orang seperti ini, yakni orang taqwa yang hidup di lingkungan tidak taqwa atau taqwa semu, bukan hanya tidak lemah manakala tidak punya teman yang banyak, melainkan paling kuatnya manusia yang digambarkan oleh Nabi saww bahwa muslim di akhir jaman, untuk mempertahankan Islamnya seperti menggenggam bara api di tangannya.

Jadi, yang terhitung lemah kalau tidak punya teman banyak, manakala tidak berakidah dan berfikih dengan benar atau tidak ditambahsempurkan dengan akhlak mulia yang juga benar dan berkesesuaian dan berkeseiringan dengan akidah dan fiqih yang juga bisa dikatakan Qur an-Hadits (menambah ke akidah dan fikih, yakni bukan menukar akidah dan fikih dengan akhlak yang jelas batal dan terhitung bukan akhlak itu sendiri sebagaimana maklum) dalam lingkungannya yang sudah sehat dan taqwa hakiki. Sedang taqwa hakiki adalah berakidah dan berfikih dengan benar (yakni melalui fatwa marja')

(EDITED ON 23-4-2017, by Sinar Agama)
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
4
23 April pukul 12:57



Sumber : https://www.facebook.com/shadra.hasan/posts/1306663912716845





0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.