Tuesday, June 21, 2016

on Leave a Comment

Apa perbedaan BENAR baik BAIK....?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=949309981849126&id=207119789401486

Salam ustad...
Maaf ustadz...klw pertanyaannya ga begitu penting.tp aku masih bingung membedkannya.
Tanya:
Apa perbedaan BENAR baik BAIK....?
Trimaksih ustadz....
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Sebenarnya mungkin pertanyaan masalah ini muncul dikarenkan adanya beberapa sorotan atau fokus pada suatu masalah. Dan akhirnya menjadi tumpang tindih bahkan menjadi syi'ar atau slogan yang paling ampuh untuk meredam kebenaran. Misalnya Islam itu benar, tapi tidak baik diterapkan di Indonesia karena penduduk Indonesia plural. Atau dalam hal-hal yang bersifat sosial, seperti: Anak muda itu benar, tapi tidak baik membantah yang lebih tua.

Dari sinilah bermunculan berbagai paradigma dan pembentukan budaya pada masing-masing kelompok kehidupan manusia sesuai dengan pengalaman dan sejarahnya masing-masing.

2- Setiap masalah, memiliki beberapa hal seperti: Esensi dan kondisinya. Kondisinya ini masih terbagi lagi menjadi beberapa seperti kwantitasnya, kwalitasnya, waktunya, tempatnya, dan semacamnya. Kalau dibahasan dengan bahasa filsafat, memiliki substansi dan aksidentalnya.

3- Hal lain yang perlu diperhatikan adalah:

a- Benar salah itu berususan dengan ilmu. Ilmu yang cocok dikatakan benar dan yang tidak cocok dengan kenyataannya dikatakan salah.

b- Baik dan buruk itu berurusan dengan nilai, baik dalam obyek materi atau dalam obyek-obyek non materi seperti karakter dan akhlak, atau pengkondisian jaman seperti urusan-urusan yang berkenaan dengan sosial politik. Dalam hal ini baik biasa diartikan atau disenadakan dengan makna memberi keuntungan atau manfaat. Sesuatu dikatakan baik karena memberikan kebaikan pada manusia.

4- Hal lain yang perlu diketahui adalah setiap substansi dan aksidental di atas itu, masih memiliki tinjauan lagi seperti obyek pertama yang disorotinya. Dan sama terbagi pada substansi dan aksidental. Misalnya aksidental kwalitas atau kondisi waktu. Keduanya memiliki substansi, yaitu dzat-dzat dasar dan darurat yang mesti dimiliki oleh keduanya, yaitu genus dan deffrentianya. Misalnya kwalitas warna, katakan putih. Sekalipun putih ini bukan susbtansi pada esensi dirinya, akan tetapi karena dia juga memiliki dzat-dzat dimana mesti dimilikinya yang kalau tidak dimiliki maka warna putih itu tidak akan pernah ada/wujud, maka dari sisi ini bisa dikatakan bahwa warna putih memiliki substansinya.

Nah, ketika sesuatu itu bisa dilihat dari sisi substansi dan aksidentalnya, lalu masing-masing dari dua hal itu masih memiliki substansi dan aksidental yang lainnya, lalu yang ke tiga ini juga demikian, begitu seterusnya, maka betapa banyaknya dimensi yang bisa dilihat atau disorot pada satu obyek.

5- Hal lain yang juga perlu diketahui adalah, mengomperasikan beberapa hal, mesti memiliki dasar tinjauan yang sama. Kalau tidak sama, maka beberapa hal itu, seperti benar dan baik, jelas tidak akan pernah seiring. Misalnya, melihat sesuatu dari sisi esensinya dan dihubungkan dengan nilai yang dilihat dari sisi kondisinya. Di sini, bisa saja dikatakan bahwa yang benar itu kadang tidak baik. Yaitu ketika kebenaran substnsial tersebut diterapkan pada aksidental waktu yang tidak memberi keuntungan atau bahkan memberikan mudharat pada manusia. Misalnya Islam itu benar, tapi kalau diamalkan/dikatakan di dalam kondisi yang memberikan mudharat, maka dikatakan tidak baik dan yang baik adalah taqiah.

6- Meneruskan contoh di poin (5). Tapi kalau pengkomparasian itu dilihat dari sisi yang sama, yakni Islam dari sisi jaman, dan baru setelah itu dikomparasikan dengan kondisi jaman, maka jelas akan ketemu dan seiring. Pembedahannya begini:

a- Islam itu ajarannya lengkap. Secara global semua ajarannya memberikan manfaat materi dan ruhani. Sebagian saja yang memberikan mudharat materi, seperti jihad yang mesti dilakukan dengan pengorbanan harta dan bahkan jiwa. Salah satu ajaran Islam adalah boleh menutupi kebenaran kalau dalam keadaan bahaya. Nah, di sini, dari asas dan dari dasar, yang dimaksudkan Islam adalah secara menyeluruh atau ajaran lengkapnya, bukan hanya tauhidnya saja.

b- Kalau Islam mengajarkan seperti di atas itu (taqiah), lalu dikomparasikan dengan kwalitas jaman atau kondisi jaman yang dalam contoh sekarang ini adalah akan memberikan mudharat kalau mengatakan yang benar, maka kebenaran yang dalam hal ini Islam lengkap, dengan baik yang dalam hal ini memberikan manfaat atau menepis mudharat, maka akan menjadi seiring. Karena itu dapat dikatakan bahwa setiap yang benar pasti baik.

c- Meneruskan poin (b) di atas maka, kalau baik yang memberikan manfaat ini dilihat dari sisi kondisi waktu dan dikomperasikan dengan kebenaran yang disorot secara lengkap dan mencakupi segala dimensinya, maka akan menjadi seiring dan bisa dikatakan bahwa setiap yang baik pasti benar. Yakni setiap pemberian manfaat akan seiring dengan kekafiran yang salah ini sekalipun kalau pada kondisi jaman yang akan memberikan mudharat. Tapi kalau dikomparasikan dengan Islam secara global, apalagi seperti tauhid, maka jelas kebaikan di sini, tidak akan seiring dengan kebenaran. Sebab mana ada kekafiran itu menjadi benar dan ketauhidan menjadi salah?

7- Jawaban Soal:
Dari berbagai rincian di atas, dapat dikatakan bahwa:

a- "Bisa saja setiap yang benar itu pasti baik dan yang baik pasti benar."

b- "Bisa saja setiap kebenaran itu belum tentu baik dan begitu pula sebaliknya.

c- "Bisa saja setiap kebaikan itu pasti benar."

d- "Bisa saja tidak setiap kebaikan itu pasti benar."

Dengan demikian maka semua masalahnya dipulangkan kepada diri kita masing-masing dan kejelian melihat masalah atau obyek dari segala sisi dan dimensinya. Wassalam.
SukaBalas125 Mei pukul 22:13

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.