Sunday, June 19, 2016

on Leave a Comment

Adakah Kesunnahan amalan untuk orang yang meninggal misalnya 3 hari, 7 hari, 40 hari dst.

Link : https://www.facebook.com/shadra.hasan/posts/1013270602056179

Salam.
Apakah ada aturan khusus secara fatwa ttg amalan yang dilakukan pada 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari (dst) utk orang yang sudah meninggal?
Trims ust Sinar Agama
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
20 komentar
Komentar

Feri Djatmiko mohon jawabnnya

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Dalam masalah ibadah yang sunnah mutlak, tidak memerlukan aturan khusus.

2- Sunah mutlak itu adalah sunnah yang tidak diatur rinci pelaksaannnya. Misalnya, membaca dzikir, Qur an, menolong orang, sedekah, menghadiahkan pahala suatu perbuatan kepada yang meninggal dan semacamnya.

3- Saya dulu sempat melihat hadits tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendoaan orang yang meninggal di malam-malam pertama sampai ke tujuh. Akan tetapi setelah saya cari lagi, hadits tersebut tidak ketemu.

4- Secara global dan umum dalam kebudayaan pengikut Ahlulbait as, tidak dianjurkan melakukan peringatan kematian sampai tujuh hari berturut-turut. Yang umum dan didukung fatwa adalah satu sampai tiga hari. Bisa juga nanti di hari ke tujuhnya, ke empat puluhnya dan setahunnya untuk selanjutnya pertahun.

5- Yang didukung oleh fatwa dan disunnahkan adalah: Mengucapkan duka bela sungkawa (ta'ziyah) pada yang ditinggalkan dan meringankan beban duka mereka dengan kata-kata apa saja yang dapat meringankan seperti bahwa kita semua akan berpulang kepada Allah, kita ini milikNya dan akan kembali kepadaNya dan semacamnya. Dan bahkan kesunnahannya itu cukup dengan hanya sekedar hadir dan terlihat oleh yang terkena musibah itu dapat melihatnya. Karena yang demikian itu juga sudah bisa meringankan beban duka yang ditanggung penderitanya. Boleh duduk di dalam keluarga duka untuk melakukan ta'ziyah tersebut. Dan yang utama tidak lebih dari tiga hari. Dan disunnahkan juga untuk mengirim makanan pada keluarga duka selama tiga hari sekalipun majlis dukanya diadakan tidak sampai tiga hari.

Semua itu kandungan dari fatwa asli seperti fatwa Imam Khumaini ra di bawah ini (Tahriiru al-Wasiilah, 1/85):

أحدهما من المستحبات الاكيدة التعزية لاهل المصيبة و تسليتهم ، و تخفيف حزنهم بذكر ما يناسب المقام ، و ماله دخل تام فى هذا المرام من ذكر مصائب الدنيا و سرعة زوالها ، و إن كل نفس فانية ، و الاجال متقاربة ، و نقل ما ورد فيما أعد الله تعالى للمصاب من الاجر ، و لا سيما مصاب الولد من أنه شافع مشفع لابويه ، حتى أن السقط يقف وقفة الغضبان على باب الجنة فيقول : لا أدخل حتى يدخل أبواي ، فيدخلهما الله الجنة ، إلى غير ذلك ، و تجوز التعزية قبل الدفن و بعده ، و إن كان الافضل كونها بعده ، و أجرها عظيم ، و لا سيما تعزية الثكلى و اليتيم ، فمن عزى مصابا كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجر المصاب شى ء ، و ( ما من مؤمن يعزي أخاه بمصيبة إلا كساه الله من حلل الكرامة) و ( كان فيما ناجى به موسى عليه السلام ربه أنه قال : يا رب ما لمن عزى الثكلى ؟ قال : أظله فى ظلى يوم لا ظل إلا ظلى ) و ( إن من سكت يتيما عن البكاء وجبت له الجنة ) و ( ما من عبد يمسح يده على رأس يتيم إلا و يكتب الله عز و جل له بعدد كل شعرة مرت عليه يده حسنة ) إلى غير ذلك مما ورد فى الاخبار ، و يكفى فى تحققها مجرد الحضور عند المصاب لاجلها بحيث يراه ، فإن له دخ
فى تسلية الخاطر ، و تسكين لوعة الحزن ، و يجوز جلوس أهل الميت للتعزية ، و لا كراهة فيه على الاقوى ، نعم الاولى أن لا يزد على ثلاثة أيام ، كما أنه يستحب إرسال الطعام إليهم فى تلك المدة ، بل إلى الثلاثة و إن كان مدة جلوسهم أقل .

6- Yang biasa dilakukan oleh pengikut Ahlulbait as di Timur Tengah (mungkin dengan sedikit perbedaan sana sini) pada tiga hari itu adalah: Mengucapkan ta'ziyah ketika melihar keluarga duka. Lalu dalam manjlisnya membaca Qur an (khataman Qur an) yang dihadiahkan kepada yang meninggal, mendoakan yang meninggal. Dalam pada itu, ada pengucapan ta'ziyah yang dilakukan oleh ulama sebagai wakil tetamu yang sekaligus mengucapkan berbagai nasihat dan dakwah ketaqwaan setelah mengucapkan ta'ziyah untuk keluarga duka (biasanya ulama ini diundang oleh keluarga duka). Salah satu yang dilakukan ulama penceramah ini untuk meringankan duka keluarga yang ditinggal adalah dengan membacakan kisah-kisah duka Ahlulbait as. Lalu menutupnya dengan doa untuk yang meninggal dan keluarganya serta untuk semua kaum mukminin dan mukminat serta untuk kedatangan Imam Mahdi as.

7- Tambahan:
Dengan keterangan di atas, maka peringatan sampai tujuh hari juga tidak masalah sekalipun tidak utama. Tapi jelas boleh. Dan niat pembacaan qur an dan dzikirnya adalah sunnah mutlak karena secara mutlak bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Begitu pula niat penghadiahannya. Tapi ucapan ta'ziyahnya dengan berbagai cara di atas, jelas sunnah khusus dan bukan sunnah mutlak.
Lihat Terjemahan

Erba Syam Salam Ustad Sinar Agama.

Mau tanya...Apakah makna dari malam 1,2,3 dan malam 7 atau malam 40 dan hari setahunya.

Mengapa tidak sampai malam ke 1 dan 2 saja, atau malam 30 saja tdk malam 40 misalnya.

SukaBalas116 Mei pukul 11:35

Safrin Salam

Sinar Agama Erba Syam, itulah yang saya katakan bahwa pernah melihat hadits yang menerangkan perkara tiap malam pada malam-malam 1 sampai 7 dari hadits Imam Ja'far Shadiq as, yang setelah dicari lagi tidak ketemu. Kalau malam pertama itu memang banyak disebut di hadits yaitu malam yang sangat mengerikan dan menakutkan bagi yang meninggal. Yakni seperti malam yang sangat mengagetkan. Kaget dari perubahan yang baru dialami yang tidak pernah dialami sebelumnya, yaitu perubahan dari kehidupan dunia ke kehidupan alam kubur atau barzakh. Semoga kita semua selamat di alam sana, amin.
SukaBalas218 Mei pukul 10:52

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.