Monday, November 21, 2016

on Leave a Comment

Saya ingin bertanya. Apa dasar dari filsafat Islam? Maksud saya inti atau pokok yang mesti dipelajari dalam filsafat islam? Apa tujuan utama mempelajari filsafat Islam? Apa indikatornya paham inti filsafat itu apa ya ustadz?

Link : https://web.facebook.com/sinaragama/posts/1046278612152262


Salam Ustadz Sinar Agama..
1.Saya ingin bertanya. Apa dasar dari filsafat Islam? Maksud saya inti atau pokok yang mesti dipelajari dalam filsafat islam. Jika dalam filsafat barat dasarnya kan logika, epistemologi, metafisika, dan aksiologi. Apa belajar filsafat islam juga ada dasar dasarnya sebagaimana filsafat barat?
2.Apa tujuan utama mempelajari filsafat Islam?
3. Saya pernah membaca tulisan ustadz di situs milik ustadz bahwa mempelajari pemikiran filosof Islam atau sejarah filsafat Islam tidak menjamin pemahaman terhadap inti filsafat itu sendiri. Saya mau bertanya indikatornya paham inti filsafat itu apa ya ustadz?
Terima kasih sebelumnya.
(Maulida)
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- :

a- Kalau maksud dari filsafat Islam adalah esensi dan hakikatnya, maka semua ilmu diperlukan di dalamnya sekalipun hanya matematika. Setidaknya mempermudah kita memahami hakikat Islam.

b- Kalau maksud dari filsafat Islam adalah pelajaran filsafat, maka filsafat adalah ilmu yang membahas wujud dari dimensi wujudnya, bukan lainnya seperti matematika yang membahas dari sisi volume wujud, atau kesehatan yang membahas kesehatan wujud, atau falak yang membahas perbintangan wujud, atau fisika yang membahas fisiknya wujud. Tapi memhabas wujud dari sisi wujudnya itu sendiri. Inilah filsafat.

Kalau sudah demikian, maka tidak ada Barat dan Islamnya. Sebab semuanya membahas wujud dari sisi wujud.

c- Untuk mempelajari filsafat jelas dibutuhkan ilmu Logika. Sedang ilmu-ilmu lainnya hanya sebagai pembantu seperti epistimologi. Kalau aksiolgi maka kalau diartikan etika, maka dia bagian dari filsafat itu sendiri. Karena etika suatu hal yang ada dan karenanya layak dibahas di ilmu filsafat karena filsafat membahas ada dari sisi ada-nya.

d- Kalau filsafat muslim memang ada. Yakni teori-teori filsafat yang ditemukan oleh muslimin. Dulu fisalfat di Romawi itu hanya membahas sekitara 200 wujud. Dan sekarang, berkat sumbangan para filosof muslim sudah membahas 700 lebih wujud atau bisa saja sudah di atas seribuan.

e- Tentang metafisika itu adalah kesalahan barat dalam penerjemahan ilmu filsafat. Dulu Aritotles menulis buku yang salah satu sub judulnya adalah fisika. Setelah sub judul ini, masuk sub judul berikutnya tapi tidak diberi judul. Pembahasan berikutnya itu membahas tentang wujud dari sisi wujud, tidak seperti fisika yang membahas wujud dari sisi fisiknya.

Nah, karena tidak diberi judul, maka oleh penerjemah ke bahasa Arab diberi judul "Bahtsun maa ba'da al-Thabii'ah", yakni "Bahasan setelah bahasan Fisika". Lalu dari terjemahan ke bahasa Arab itu, diterjemah lagi ke bahasa Barat (karena di barat jelas primitif sewaktu Islam sedang cemerlang di dunia hingga menemukan ilmu-ilmu kedokteran, aljabar, fisika, falak dan seterusnya hingga untuk jadi dokter saja di Eropa kala itu, harus menguasai kedokterannya Ibnu Sina ra dan hal ini terjadi selama 300 tahun lamanya) dengan judul Meta Fisika.

Akhirnya ketika Eropa dikuasai meterialistis, maka jadilah pembahasan setelah fisika itu menjadi "di luar fisik" atau "non fisik".

Jadi, hakika metafisika itu adalah filsafat itu sendiri. Tapi sudah disalahkaprahkan di barat bahwa di adalah pembahasan akal semata tentang hal-hal di luar fisik hingga karena itulah tiddak dikategorikan sebagai ilmu atau sains, melainkan sebagai pengetahuan atau knowleg.

Maulida Fadhila Jadi kalau boleh saya simpulkan mempelajari filsafat itu intinya terletak pada bahasan logika dan metafisika utamanya soal wujud ya stadz?

Sinar Agama .

2- Tujuan mempelajari filsafat adalah mengenal wujud, terutama wujud Pencipta dan cikal bakal wujud ini, dari mana, di mana dan hendak ke mana. Apa juga filsafat adanya ada ini dan seterusnya. Termasuk mengenal diri kita, dari mana, di mana dan hendak ke mana. Apa pula hakikat alam ini. Apa hakikat agama, ada apa tidak. Kalau agama itu ada, maka apa esensinya dan apa hikmahnya. Dan setumpuk lagi pembahasan tentang wujud/ada.

3- Indikator belajar filsafat itu adalah di pelajaran filsafatnya, bukan pemikiran para filosofnya. Yakni di pembahasan wujudnya dan dalil-dalilnya. Kalau antum membahas wujud dan dalil-dalilnya, maka itu yang dikatakan filsafat. Tapi kalau sekedar belajar filosof Fulan berkata ini dan itu tentang Tuhan, akhirat, agama, manusia, psikologi, alam semesta dan seterusnya, dan filofof yang lain mengatakan ini dan itu yang lain, maka semua ini adalah Falsafah (yakni mengerti sejarah pemikiran filsafat dan pikiran para filosof), tapi bukan Filsafat (yang membahas wujud dari sisi wujudnya).

Maulida Fadhila Jadi inti filsafat itu adalah pembahasan tentang wujud dari sisi wujudnya. saya kalau belajar filsafat Islam apalagi soal wujud pasti ketemunya pemikiran Ibn Sina, Ibn Arabi, Mulla Shadra dll. padahal kata ustadz itu hanya falsafah. kalau begitu ustadz, boleh saya minta rekomendasi buku khusus mempelajari soal wujud ini yang memuat pembahasan paling baik? yang sudah ada terjemahan bahasa Indonesianya. Syukron.

Sinar Agama Maulida Fadhila, Antum/Anda salah menyimpulkan:

a- Filsafat itu pelajaran tentang wujud dari sisi wujudnya. Misalnya:

a-1- Ada itu ada karena ada bukan tiada.

a-2- Setiap keberadaan terbatas memiliki dua hal, esensi dan ada/wujud dengan alasan dia itu ada dengan gamblang dan begitu pula dia yang satu beda dengan dia yang lain dimana hal ini juga gamblang, seperti pohon dan manusia yang saling berbeda sekalipun sama-sama ada. Karena itu, pohon memiliki keberadaan (ada) dan sekaligus memiliki esensi, yaitu pohon.

b- Falasafah itu pelajaran tentang pemikirian fisalfat para fisolof. Misalnya:

b-1- Mulla Shadra ra mendasarkan sesuatu yang terbatas pada adanya, bukan pada esensinya. Dengan alasan ada itu yang menjadi penentu keberadaan sesuatu, bukan sesuatunya atau bukan esensinya. Kalau Ibnu Sina, belum membahas mana yang asas antara keberadaan dan esensi setiap sesuatu. Kalau Syuhrawardi mengasaskan atau mendasarkan kepada esensi dengan alasan karena sebelum ada dalam ciptaan esensinya sudah diketahui Tuhan. Jadi, yang dasar adalah esensi sementara yang menyusul adalah ada/wujud.

c- Semoga contoh-contoh di atas sudah jelas. Ketika membahas filsafat, seseorang tidak lagi menfokus siapa berkata dan apa katanya, melainkan pada apa masalah yang sedang dibahas dan apa dalilnya. Pelajaran filsafat ini masing langgeng di Hauzah Syi'ah (Pesantren Tradisional di Syi'ah), sedang secara umum di dunia selain Hauzah Syi'ah, sudah tidak ada lagi sebab mereka mencukupkan dengan Falsafah saja. Itulah mengapa sudah lama tidak ada filosof yang ada dari selain Hauzah Syi'ah sementara di Hauzah Syi'ah tiap saat selalu ada filosof.

d- Saya sudah sering menjelaskan terutama di catatan yang berjudul tentang "Kurikulum Hauzah" bahwa pelajaran Filsafat ini baru bisa diselesaikan dalam waktu sekitar 25-30 tahun. Baru setelah itu diteruskan ke Irfan sampai masa waktu sekitar 30-35 tahun. Setelah seorang santri belajar bahasa Arab, sastra dan mantiq/logika pada 4 tahun pertama, ia meneruskan (kalau penelusuran bidang ilmu-ilmu filsafat, bukan bidang fiqih dan ushulfiqih yang punya jenjang dan tahapan pelajaran yang berbeda) ke Ilmu Kalam yang mana buku pertamanya yang dipakai adalah Kitab Baabu al-Haadi 'Asyr ditempuh sekitar satu tahun. Setelah itu meneruskan ke Ilmu Kalam yang lain yang berjudul Syarh Tajriid.

Setelah itu baru ke filsafat dasar seperti kitab Bidaayatu al-Hikmah, lalu ke filsafat yang lebih rinci yaitu kitab Nihaayatu al-Hikmah (keduanya karya Allaamah Thaba Thabai ra), lalu ke filsafat yang lebih rinci kitab al-Hilaahiyyah al-Syifaa' (karya Ibnu Sina ra). Setelah itu baru ke kitab akhir yang dikarang Mulla Shadra ra yang berjudul al-Hikmah al-Muta'aaliyyah yang terdiri dari 9 jjilid yang mana kalau cepat sekali mempelajarinya dibutuhkan satu tahun untuk perjilidnya. Kalau normal-normal saja dibutuhkan 2 tahun perjilidnya. Kalau diulas luas satu jilidnya bisa sampai memakan waktu 5-7 tahun. Ketiga-tiga cara waktu yang ditempuh oleh para filosof itu saya pernah mengikutinya dengan ijin Allah (alhamdulillah).

Ada salah satu orang ustadz yang pernah ngirim tulisannya tentang Logika dan Filsafat yang ringkas di inbox yang rencananya saya akan rembukkan dengan teman-teman untuk dimasukkan saja ke dalam pencetakan catatan-catatan Sinar Agama yang sekarang sudah hampir selesai lay out nya. Kalau teman-teman setuju. Logikanya karena beliau hf dan filsafatnya semacam terjemahan Bidaayatu al-Hikmah di atas.

Maulida Fadhila Terima kasih banyak ustadz untuk jawabannya. Ternyata belajar filsafat itu lama ya tadz 

Sinar Agama Maulida Fadhila, iya lama kalau memang ingin jadi filosof atau ingin tahu detail-detailnya. Tapi kalau hanya ingin tahu pokok-pokonya saja, dan secara ringkas pula, maka setelah belajar Logika bisa belajar dalam satu tahun saja sudah cukup.






0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.