Friday, September 9, 2016

on Leave a Comment

Ustad Sinar Agama menjawab tuduhan Syiah Sesat, Mut'ah zinah, syiah benci sahabat.

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/videos/973578319422292/#

Masuknya Islam salah satu guru besar Karate yang bernama Watana yang merupakan pencipta Jurus Watanabegozoriyo dari Jepang di Iran dan langsung berziarah ke Makam Imam Ridha as. Semua atas pertolongan Allah swt, juga melalui usaha penerangan murid-muridnya yang dari Iran.
0:00
1,1 rb Tayangan
Suka
Komentari
74 Komentar
Komentar

Arief El Ghuroba Sama aja.. Moga diberikan hidayah oleh alloh agar bisa masuk islam yg benar.. Bukan agama syiah
SukaBalas34 Juli pukul 17:34

Juli Bin Haji Idris Jeneng mu Arif cangkemmu besok. Wes oleh sk teko Tuhan gawe nyesatno menungso

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Waduh percuma ini, semoga beliau mendapatkan ajaran yg sebenarnya yg diajarakan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Apit Sanjaya Wah itu jurus baru atau aliran baru? Selamat atas masuknya dalam Islam.

Sinar Agama Bobbi Jalu Putra Sanjaya, apakah ajaran perang antar sesama shahabat yang saling perang besar dan jatuh korban besar dimana di salah satunya saja yaitu Perang Jamal korban paling sedikit yang diakui sejarah Sunni adalah 18.000 lebih shahabat dan tabi'iin.

Emangnya dalam Islam ada ajaran lain selain Qur an dan Hadits Nabi saww. Kok baru dengar ada dasar Islam seperti itu.
SukaBalas14 Juli pukul 20:42

Arief El Ghuroba Kenapa aisyah sngt dibenci oleh syiah?
SukaBalas14 Juli pukul 21:08

Hatmu Rizal nggk ada yg brani jwab 

Suhardy dia pake jurus watana bego zoriyo rupanya ( ? )

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Sinar Agama Perang Jamal akibat terbunuhnya Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu diakibatkan fitnah. Sebenarnya dalam perang itu terjadi kesalahpahaman antara kaum muslimin yang sebenarnya Aisyah ra tidak ingin berperang melainkan ingin berdamai namun pasukan dari Aisyah ra dan Ali bin Abi Thalib ra mulai menyerang dan tanpa perintah dari Aisyah ra. Dan pada saat itulah syiah terlahir dan menghujat para sahabat.

Waduh yang bilang ada ajaran lain selain Quran dan hadits siapa toh mas. Ane yg baru dengar kalo syiah yang sangat menyimpang jauh itu termasuk islam.
SukaBalas14 Juli pukul 21:57

Sinar Agama Bobbi Jalu Putra Sanjaya, he he...kamu ini pertama tidak tahu sejarahnya. Ke dua, kamu membahas orang dan bukan shahabat. Jadi, baca atuh sejarah ulama Sunni dan jangan bahas orang, tapi shahabat yang saling perang sejak jaman khalifah Abu Bakar dimana Khalid bin Walid sebagai panglimanya berani membakar hidup-hidup beberapa orang shahabat di depan umum.
SukaBalas14 Juli pukul 22:13

Shangia Arasy kesalahpahaman,.?
jelas pembunuhan sampai menghilangkan nyawa para sahabat kala itu al pemberontakan,bukankah sebelum peristiwa itu jalan damai dr pada sang khalifah terbuka lebar

Sinar Agama Arief El Ghuroba, kenapa tidak bertanya ke Mu'awiyyah yang membunuh 'Aisyah, dan membakar mayat saudara 'Aisyah, Muhammad bin Abu Bakar setelah membunuhnya dan memasukkan jasadnya ke perut keledai?

Kalau orang Syi'ah hanya membahas sejarah dengan baik dan benar untuk mengambil ibrah/contoh dari sejarah masa silam dan mengambil Islam dari yang makshum. Karena itu untuk menjelaskan mengapa mengambil dari yang makshum as makanya harus menjelaskan alasan mengapa meninggalkan yang lainnya yang tidak sejalan dengan makshum. Itulah mengapa yang sekedar kajian dan kritikan, telah difitnahkan sebagai celaan dan kebencian.

Sinar Agama Suhardy, hanya karena lain pandangan dalam berIslam, antum mengatakan kata-kata itu kepada sesama muslim di bulan suci ini. Karena itu berubahlah sebelum kelak dimintai tanggung jawab di hadapan Allah swt.
SukaBalas14 Juli pukul 22:23

Suhardy jurus ciptaan beliau

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Sinar Agama sudah semua ane baca buku ke4 sahabat rasul, agan penyinaran agama. Yang jelas banyak perbedaan cerita antara yg Islam dan syiah, dan yg syiah itu banyak fitnahnya.
Yang mana rukun iman, rukun islam, Kitab sucinya pun berbeda melainkan mushaf fatimah, dan adzan nya pun aneh sangat berbeda dengan tempat kelahiran rasul saw yaitu arab saudi. Itu saja sudah melenceng apalagi sejarah islam yg sebenarnya terjadi. Oh iya ane mau tanya apakah kalian orang syiah menyembah imam2 kalian ?
SukaBalas24 Juli pukul 22:28

Bagaskara Poetra Sunni itu pengikut sunnah 3 khalifah dan para raja, banyak membuat hadits2 palsu dan tafsir2 Qur'an disesuaikan kepentingan para raja dinasti Islam yang zalim dan imperialis...Lihat Terjemahan

Sinar Agama MoRe SoPhie, mas Bobbi Jalu Putra Sanjaya ini tidak perlu diajak belajar sejarah karena bukan pelajar agama dan ahli kitab kuning. Hal itu dapat dilihat dari tulisannya. Mungkin saja saya salah. Karena itu saya tidak membawanya ke hakikat sejarahnya tapi kepada esensinya dari shahabat yang saling berperang. Apapun sebabnya ribuan shahabat perang dengan ribuan shahabat dan belasan ribu mati dalam peperangan itu. Nah, hal ini sudah cukup, tanpa harus menyebut pemberontakan 'Aisyah yang didampingi Thalhan dan Zubair.
SukaBalas25 Juli pukul 3:32

Bagaskara Poetra Mereka menyebut sahabat hanya terbatas pada 3 Khalifah dan golongan yg sepahaman dng 3 khalifah awal. Sementara sahabat2 yg relatif istiqomah seperti Abu Dzar, Miqdad, Amr bin Yasir, Salman cenderung tidak mereka "anggap" selain sekilas info saja.
Ada sahabat fasik, ada sahabat munafiq, ada sahabat yg istiqomah sampai ajal menjemput, ada sahabat yang berpaling sesudah nabi SAW wafat dll

Sinar Agama Bobbi Jalu Putra Sanjaya, ha ha ha...rupanya antum baru bertamu di page/akun kami yang sudah membahas semua yang kamu pertanyakan itu sejak tahun 2010. Kalau ingin tahu apa itu Syi'ah, atau ingin tahu terhadap semua jawaban pertanyaanmu itu, maka rujuklah ke catatan kami sejak tahun 2010 itu dan bisa dilihat di Group Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama atau situr sinaragama.org

Sejarah yang saya bicarakan di atas itu, adalah sejarah Sunni mas, lihat nih saya nukilkan dari catatanku di facebook ini, pada tanggal 21 Juni 2011:

Lihat sejarah Sunni tentang korban yang terbunuh di Perang Jamal, antara Imam Ali as dan ‘Aisyah:
- Muruuju al-Dzahab, Al-Ma’uudii, 2/367, menyatakan ada 20.000 korban.
- Al-Muntazhim, Ibnu Jauzii, 2/99, menyatakan ada 10.000 korban.
- Taariikh Thabari, Thabarii, 5/542-555, menyatakan ada 15.000 korban.
- Taariikh Khaliifah, Bin Khiyaath, menyatakan ada lebih dari 6.000 korban.
- Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 7/546 dan Fathu al-Baarii, 13/62, menyatakan ada 32.000 korban.
Islam Hakiki, Islam Relatif: Kajian & Diskusi
SINARAGAMA.ORG

Bagaskara Poetra Abdullah bin Saba', tokoh fiktif karua Umar Saif dibuat untuk menutupi peran "Aisyah" yang memprotes kebijakan Usman yang merugikan dirinya dan juga peran Aisyah yang menentang Khalifah yg sah, Imam Ali bin Abi Thalib as.

Lha wong pribadi Nabi SAW saja disebut bermuka masam (padahal muka masam adalah akhlaq buruk, sementa Nabi SAW diutus utk menyempurnakan akhlaq), belum lagi soal Khadijah yang perannya ditenggelamkan, belum lagi teguran Allah pada Aisyah dan Hafsah di At Tahrim yg selama ini banyak ditutupi dlsb

Arief El Ghuroba berarti ali lebih mulia dari Rasululloh?
SukaBalas16 Juli pukul 7:43

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Maaf agan Sinar Agama itu kan yang menulis adalah orang2 syiah jadi ane berhati2 dengan tipu daya yang menyesatkan.
Dari hukum dasar yang ane sebutkan seperti rukun islam, rukun iman, dll itu saja sangatlah berbeda, yang diajarkan baginda Rasulullah saw adapun apabila terdapat kesamaannya ane tak segan untuk menelitik lebih jauh dari ajaran syiah, yah pada kenyataannya dari dasarnya aja sudah sangatlah jauh menyimpang. Semoga sehabis bulan Ramadhan ini kalian mendapatkan hidayah dan meninggalkan ajaran fitnah nenek moyang kalian.

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Bagaskara Poetra sebegitu besar fitnah dan bencinya kalian terhadap sahabat Rasulullah saw yang sangat beriman. Luar biasa, ckckckck.
SukaBalas25 Juli pukul 5:58

Che Pai Masuk syiah langsung dapet jurus yang baru...

Biasanya mukulin orang pake tangan...
Sekarang mukulin badan sendiri sampe berdarah..

mukulin badan sendiri kayaa orang goblok...
SukaBalas25 Juli pukul 8:58

Sinar Agama Bobbi Jalu Putra Sanjaya, kalau aku tidak takut Tuhan, maka dari awal sudah kukatakan kalau kamu bukan orang terpelajar dan apalagi ingin tahu. Kamu adalah orang yang sudah mematri kepastibenaranmu. Dalilnya jelas keegoan, bukan perbandingan. Karena itu, dua saja pilihanmu: Belajar kitab-kitab Sunni dan/atau meneruskan kenekadanmu berjalan di muka bumi bagai nabi dan rasul yang sudah memastikan kebenaran diri, ilmu agama dan penerapannya.

Tinggal nanti kita lihat di akhirat, siapa diantara kita yang benar.

Listi Melani Zahra Allahumma sholli'ala Muhammad wa Aali Muhammad wa Ajjil farajahum

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..

Arief El Ghuroba Kalo semua imam2 syiah maksum, kenpa husain berbaiat kpd muawiyah? Apakah ini kesalahan atau sebuah kebenaran?
SukaBalas16 Juli pukul 4:09

Arthom Thom ariel, Kapan n dimana itu imam Husain berbaiat kepada Muawiah?? ga pantaslah

Sinar Agama Arief El Ghuroba, tidak ada imam makshum yang baiat pada para khalifah kecuali imam Ali as dikarenakan serangan ke rumah beliau. as.

Taqiah dalam menjafa kebersinambungan makshum as adalah ajaran Islam.

Lah kamu yang tidak mengikuti makshum kok sok yakin pada keberanmu, bukankah ini bertentangan?

Che Pai Sinar agama apa bener saidina umar &saidina abu bakar&saidatina aisyah ...

Syiah melaknati mereka???

Apa benar??

Sekadar bertanya .....

Gue ni jahil..
Lihat Terjemahan

Sinar Agama Che Pai,:

1- Yang benar adalah melihat sejarah mereka dengan kacamata ajaran Islam. Nah, yang tidak sesuai maka dikritiki secaar ilmiah dan tidak diikuti. Sedang yang benar, maka pasti ada di ajaran para Imam Makshum as hingga diambil hanya sebagai penguat saja karena dasar pijakannya sudah lengkap di ajaran Ahlulbait as yang membawa ajaran Nabi saww secara makshum.

2- Kritikan itulah yang kemudian dibesar-besarkan oleh para pensuci dan pemakshum shahabat sebagai laknat.

3- Laknat itu memiliki makna umum seperti mengutuk, membenci, mengumpat dan semacamnya. Arti umumnya yang mencakupi semua makna itu adalah "mengecam". Nah, yang ada di orang-orang Syi'ah, itupun kalau ada di sebagian orangnya, adalah "kecaman" terhadap penyimpangan yang dilakukan shahabat terutama yang telah menelankan korban puluhan ribu shahabat akibat perang antar shahabat itu sendiri.

4- Karena itu kadang orang Syi'ah berkata: "Kalau ngeritik shahabat tidak boleh dan disesatkan, lalu apa hukumnya yang mengutuk dan membunuh shahahat seperti yang dilakukan oleh para shahabat itu sendiri dimana jumlahnya sampai ribuan atau bahkan belasan ribu atau bahkan puluhan ribu, dan terjadi di berbagai peperangan besar antar shahabat itu sendiri (Perang Jamal saja menelan 20.000-an).

5- Intinya, di ajaran Syi'ah tidak ada kecemburuan atau kebencian khusus pada seseorang itu. Yang paling penting di dalam ajaran Syi'ah adalah beriman dan mengikuti Tuhan, Nabi saww dan Ahlulbait yang makshum as. Lain-lain tidak pernting.

6- Di Syi'ah memang tegas dan disiplin. Kalau salah maka disalahkan, siapapun saja orangnya. Syi'ah tidak mengenal pemakshuman dan pensucian sekalipun shahabat kecuali kalau yang jelas-jelas dinashkan dalam Qur an secara tegas, yaitu Ahlulbait Nabi saww seperti dalam QS: 33:33:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah HANYA ingin menjauhkan dari kalian wahai Ahlulbait dari segala dosa dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."

7- Jadi, ajaran Syi'ah adalah ajaran cinta walau sekaligus tegas (tapi santun dan tidak memaksa serta sangat menghormati pendapat orang lain).

8- Apapun itu, di Syi'ah tidak sampai terang-terangan seperti Bukhari (pengarang kitab Shahih Bukhari) dan berbagai ulama lainnya dari kalangan Ahlussunnah (bahkan umat Sunni secara umum) yang terang-terangan telah mengafirkan shahabat Nabi saww di jaman Abu Bakar, yaitu satu suku besar dari muslimin shahabat Nabi saww yang dikenal dengan Suku Banii Tamiim, yaitu yang diperangi Abu Bakar lantaran tidak bayar zakat.

Tentang murtadnya segolongan (bukan satu dua) shahabat secara umum bisa dilihat di hadits Sunni berikut ini:

3349 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ النُّعْمَانِ قَالَ حَدَّثَنِى سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً - ثُمَّ قَرَأَ - ( كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ ) وَأَوَّلُ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ ، وَإِنَّ أُنَاسًا مِنْ أَصْحَابِى يُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُولُ أَصْحَابِى أَصْحَابِى . فَيَقُولُ ، إِنَّهُمْ لَمْ يَزَالُوا مُرْتَدِّينَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ مُنْذُ فَارَقْتَهُمْ . فَأَقُولُ كَمَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ ( وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ ) إِلَى قَوْلِهِ ( الْحَكِيمُ )

Nabi saww bersabda:

"Sesungguhnya kalian -shahabat- akan dikumpulkan -di hari kiamat- tanpa alas kaki, telanjang dan tidak disunat. (lalu beliau saww membaca ayat) 'Sebagaimana Kami memulai pertama penciptaan Kami akan mengembalikannya, sebagai janji dari Kami, sesungguhnya Kami akan benar-benar melakukannya.' Dan yang pertama kali dibajui adalah Ibrahim. Dan sesungguhnya ada sekelompok dari shahabatku ditangkap tangan kirinya (celaka) lalu akupun berkata: 'Mereka itu shahabat-shahabatku, shahabat-shahabatku.' Lalu (Tuhan) berkata: 'Mereka telah menjadi murtad ke belakang sejak kamu meninggalkan mereka.' Akupun berkata sebagai hamba shalih (nabi Isa as): 'Dan aku menjadi saksi terhadap mereka ketika aku masih hidup bersama mereka...(dan seterusnya sampai pada kata: ...al-Hakiim).'."

Hadts tentang murtad dan kafirnya segolongan shahabat (bukan satu dua) di atas dapat dilihat di: Shahih Bukhari, hadits ke: 3349, 3447; Shahih Muslim, hadits ke: 5104; dan lain-lain yang banyak sekali hadits dan bentuknya di kitab-kitab hadits Sunni).

9- Kesimpulan:
Apapun pendapat kaum muslimin terhadap shahabat, bukan bagian dari rukun iman hingga dapat mengafirkannya atau bukan rukun Islam hingga dapat mengeluarkannya dari Islam. Karena perbedaan pandangan tentang shahabat ini, sama sekali tidak masuk dalam rukun iman dan rukun Islam atau tidak termasuk ajaran manapun dari ajaran Islam. Karena itu maka perbedaan yang ada di dalamnya, tidak mesti dijadikan alat saling berpecah dan tidak saling kenal dan mengasihi serta saling tolong menolong.
Lihat Terjemahan

Juli Bin Haji Idris Orang yg tidak memakai akal dan hatinya,ibarat peribahasa anak dipangkuan dilepasnya beruk/bedhes di rimba dipangkunya. Ya Rabb,ihdinashshirothol mustaqiim,jadikan kami orang yang tunduk dan patuh kepada kebenaran yang datang dariMU.

Sinar Agama Arief El Ghuroba, karena kamu baru menjadi tamuku di facebook ini, maka sangat ketinggalam dalam diskusi dan kajian selama ini. Karena itu, terheran-heran pada hal-hal yang sudah dijelaskan di sini beberapa tahun lalu. Ringkasnya:

1- Maqam keimamahan itu memang lebih tinggi dari maqam kenabian dan kerasulan. Ini jelas dikatakan dalam ayat secara gamblang sekali, lihat di QS: 2:124:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

"Dan ketika Ibrahim diuji dengan berbagai ujian dan dia menyelesaikannya dengan baik, berkata (Tuhan): 'Sesungguhnya sekarang Aku mengangkatmu sebagai imam untuk umat manusia.' Berkata (Ibrahi): 'Dan dari keturunanku juga?' Berkata (Tuhan): 'JanjiKu tidak akan mengenai keturunanmu yang zhalim.'."

Catatan Ayat:

a- Ujian bertubi-tubi kepada nabi Ibrahim as itu sudah tentu setelah menjadi nabi dan rasul, karena ujian beliau sangat dikenal oleh siapapun saja, dari memerangi raja zhalim dan berhala hingga dibakar di atas apin unggun yang agung, tidak punya anak sampai tua, punya anak tapi disuruh meletakkanya dan istrinya di Makkah tanpa siapapun, punya anak tapi disuruh menyembelihnya dan seterusnya. Jadi, ujian nabi Ibrahim as sampai tua dimana yang jelas setelah menjadi nabi dan rasul.

b- Sebagai penguat yang lain bahwa ujian itu datang setelah menjadi nabi dan rasul karena ujian itu diujikan Tuhan kepada beliau as dengan wahyu.

c- Kalau ujian-ujian itu diturunkan Allah kepada nabi Ibrahim as untuk mengangkatnya ke maqam/derajat imamah, maka berarti maqam imamah itu lebih tinggi dari maqam kenabian dan kerasulan.

d- Dari keturunan nabi Ibrahim as dijanjikan Tuhan untuk menjadi imam juga asal tidak zhalim seperti melakukan dosa karena melakukan dosa adalah zhalim untuk diri sendiri. Karena kalau tidak makshum maka tidak akan dijadikan imam oleh Allah sesuai dengan ayat di atas dan sebagaimana ayat di QS: 76:24:

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا

"Maka sabarlah dengan hukum Tuhanmu dan jangan ikuti orang-orang yang memiliki dosa dan orang-orang yang kafir."

e- Imam adalah memimpin dengan makshum lantaran sebagai syaratnya. Karena itu, yang makshum dari keturunan nabi Ibrahim as telah dijanjikan Tuhan untuk menjadi imam. Dan janji Tuhan adalah pasti.

f- Karena poin (e) di atas itu pula maka dapat dipahami bahwa maqam keimamahan itu tidak mesti harus menjadi nabi/rasul terlebih dahulu. Karena syaratnya hanya makshum saja sebagai bunyi ayat di atas.

g- Yang diminta nabi Ibrahim as adalah menjadi imam, karena itu pula maka tidak mesti menjadi nabi/rasul terlebih dahulu.

h- Imam-imam Ahlulbait as yang diikuti Syi'ah setelah nabi Muhammad saww adalah keturunan nabi Ibrahim as.

i- Kemakshuman Ahlulbait sangat jelas diukirkan dalam Qur an oleh Allah swt sendiri, yaitu di QS: 33:33:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah HANYA ingin menjauhkan dari kalian wahai Ahlulbait dari segala dosa dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."

j- Dengan semua penjelasan di atas, maka maqam imam itu lebih afdhal dari maqam kenabian dan kerasulan dan syaratnya hanya satu yaitu kemakshuman dan, sudah tentu, lelaki.

2- Maqam kenabian atau kerasulan dengan maqam imamah sama sekali tidak bertentangan. Karena itu bisa saja seorang imam itu juga nabi dan rasul dan bisa juga tanpa maqam kenabian dan kerasulan sebagaimana sudah dijelaskan. Karena itu, banyak nabi/rasul juga menjabat imam seperti nabi Ibrahim as itu sendiri atau nabi Muhammad saww sendiri.

3- Imamah itu adalah maqam pelaksanaan pemerintahan hukum Tuhan sedang kenabian dan kerasulan adalah penerimaan hukum Tuhan melalui wahyu. Karenanya, sekalipun imamah itu tidak memerlukan maqam kenabian dan kerasulan di dalam dirinya sendiri, akan tetapi perlu kepada kenabian dan kerasulan. Sebab tanpa kenabian dan kerasulan, maka apanya yang akan ditegakkan dalam pemerintahan negara berhukum Tuhan tersebut?

Karena itulah maka apapun yang terjadi, seorang imam memerlukan pada nabi/rasul, baik dirinya sendiri seperti nabi Ibrahim as dan nai Muhammad saww, atau bukan dirinya sendiri seperti para imam 12 dari Ahlulbait Nabi saww.

4- Semakin sempurna ajaran Tuhan yang diberikan kepada nabi dan rasul, maka nabi dan rasul tersebut akan semakin tinggi dibandingkan nabi dan rasul yang lain. Karenanya, lantaran ajaran Nabi saww adalah paling tingginya ajaran, maka kanjeng Nabi saww adalah paling tingginya nabi dan rasul Tuhan.

5- Karena poin (4) di atas maka imamah dalam agama Islam, akan lebih tinggi dari imamah sebelum Islam.

6- Dengan demikain, maka imam 12 dari Ahlulabit as, akan lebih tinggi dan lebih afdhal dari imam-imam sebelumnya, baik juga sebagai nabi dan rasul atau tidak merangkap kenabian dan kerasulan.

7- Karena poin-poin di atas itulah maka imam 12 dari Ahlulbait as, lebih afdhal dari para nabi/rasul sebelumnya akan tetapi sama sekali tidak demikian kalau dibandingkan dengan nabi Muhammad saww. Bagaimana mungkin murid dan penerus lebih afdhal dari guru dan pemulanya? Bukankah seluruh yang dikerjakan murid itu, pahalanya akan terus mengelir kepada gurunya dan tidak sebaliknya?

8- Karena poin (7) di atas itulah, maka teramat keterlaluan orang-orang yang menfitnah Syi'ah telah melebihkan para imam 12 yang makshum dari kanjeng nabi Muhammad saww. Wong Nabi saww yang mengangkat para imam itu kok. Lah kok bisa yang diangkat dan murid, lebih afdhal dari yang mengangkat dan gurunya dimana juga sama-sama makshumnya?

Sinar Agama Juli Bin Haji Idris, benar kata antum, ahsantum.

Orang-orang para pengikut yang tidak makshum itu, atau bahkan yang sama sekali tidak meyakini dan tidak membolehkan adanya makshum setelah Nabi saww itu, sangat menghrenakan karena beberapa hal:

a- Meminta jalan lurus kepada Allah. Lah, bagaimana bisa mendapatkan jalan lurus kalau ilmu Islam dan amalnya tidak lengkap seratus persen dan tidak benar seratus persen? Artinya bagaimana meminta jalan lurus sementara mereka meyakini tidak ada bahkan tidak boleh ada yang makshum setelah Nabi saww?

b- Nek ora onok makshume (kalau tidak ada yang makshum), lah dari mana bisa mendapatkan jalan lurus?

c- Sing paling uwaaaneh (yang paling aneh), mereka tidak meyakini dan tidak membolehkan adanya makshum setelah Nabi saww, akan tetapi sok makshum dan sok memastikan benar terhadap yang mereka ketahui dan yakini. Lah, ini kan aneh bukan?

d- Yang juga aneh adalah bagaimana mereka membenarkan firman Tuhan untuk meminta jalan lurus dan menaatiNya dalam permintaan jalan lurus itu hingga membacanya dalam fatihah setiap shalat, akan tetapi sekaligus juga mendustakanNya, baik sadar atau tidak. Karena kalau mengingkari adanya makshum kan mestinya mengingkari jalan lurus yang dimintanya itu sendiri bukan? Jadi, dari satu sisi membenarkanNya tapi dari sisi yang lain mendustakanNya.

Bagaskara Poetra menolak kemakshuman Imam Ahlul Bayt as, tetapi membuat konsep Ijtihad sahabat (tanpa rujukan Qur'an), Benar dapat 2 Salah dapat 1.....Lha koplak iki microprocessor XT basis DOS gak akan mampu memahami dan bekerja secara multitasking sebagaimana microprocesor Pentium Core i7 yang berbasis LINUX, Windows maupun lainnya...

Lucu lagi kala Nabi diceritakan hal buruk anteng2 bae....giliran sahabat dikritisi GOLOK diangkat... Koplak maning


Juli Bin Haji Idris Kalo kata orang jember,asal saya janganlah kita jadi islam kardi, kareppa dibik/karepe dewe. Lebih lebih kalo jadi kardiman...kareppa dibik pokoken nyaman...

Salman Al Khawarizmii Wahai para Syi'ah. Jangan kalian bodohi diri kalian sendiri. Andai kata kalian mati dlm keadaan masih jahil seperti ini. Kalian pasti ingin hidup kembali. Pelajari Al Qur'an dan Sunnah rosul. Jangan berlebihan terhadap Ali radhiyallahu Anhu. Beliau mantu Rasulullah. Tidak lebih mulia dri rosul. Beliau Khalifah ke 4. Bahkan Ali sendiri, dikala hidupnya mencari para Syi'ah dan akan mencambuk bagi para penganut Syi'ah dg cambukan pendusta. Kaji lagi deh sejarah Islam. Dlm surat abasa rosul bermuka masam. Karena rosul manusia. Pernah melakukan salah. Namun Allah telah bersihkan segala kesalahan nya. Tolong lah jangan ganggu Islam. Jangan lagi cari korban untuk agAma kalian. Selalu bahasan kalian berlebihan dengan imam kalian. Dan mencela sahabat yang sudah pasti masuk Al jannah. Lah kalian gimana ? Belum tentu kan. Sudahlah jangan taqiyyah lg. Berbohong dosa loh. Masa debu suci ??? Masa bayi bayi atau anak anak di pukul atau di sayat kepalanya dlm as syuro ??? Kalian sayang anak kan ??? Binatang aja ga rela anaknya digituin binatang lain. Lah kalian gimana toh ??? Ga sayang anak ya. Anak itu titipan loh. Nikah mut'ah dianjurkan. Kalian berani nikah mut'ah dg anak imam kalian ??? Imam kalian ga bakal memberi pd kalian wahai Syi'ah. Liat di YouTube. Punya ponsel kan. Imam kalian ga mau anak mereka di nikah mut'ah. Pdhl kan mut'ah itu dianjurkan ya....??? Jwb sendiri aja deh. Terus soal masalah Al Qur'an telah dirubah. Pdhl Allah ta'ala telah berfirman sendiri loh, bahwasannya Al Qur'an akan tetap dijaga sampai hari kiamat. Nah loh gimana tuh. Allah yg bilang sendiri. Ada lg nih. Celaan kepada 'aisyah radhiyallahu Anha. Pdhl Allah telah bantah kalian kaum Syiah bahwasannya itu semua hanya fitnah. Makanya baca Al Qur'an dimana yg Allah jaga. Bukan Al Qur'an buatan kalian. Nah loh gimana tuh ????? Waduh. Ada lg. Kalian suka bikin hadits palsu atas nama rosul. Pdhl rosul bersabda, kalau saja ada yg berdusta atas nama Allah dan namaku, silahkan ambil jatah dneraka. Renungkan.

Salman Al Khawarizmii Semoga Allah jaga muslimin dari makar Syi'ah. Jaga keluarga kita dari pemut'ah yang hanya mengincar syahwat atas nama agama. Menikahlah dg syar'i. Bukan tanpa wali. Jika kalian punya anak lalu anak yg nikah mut'ah sama anak kalian kau bagaimana ???????...Lihat Selengkapnya

Sinar Agama Salman Al Khawarizmii, sepertinya kamu baru jadi tamu di tempatku ini. Semua yang kamu tulis itu nyasar jauh. Karena itu baca catatan-catatanku yang sudah ribuan di akun ini, baik catatan yang sudah ternomori atau belum:

1- Syi'ah justru mengikuti Allah dan Rasul saww yang mewajibkan untuk taat pada imam dan imamnya 12 orang (Shahih Bukhari-Muslim). Lah, kamu ikut siapa?

2- Syi'ah ikut imam Ali as dan 11 imam lainnya as, karena perintah Allah dan Nabi saww. Mana ada yang melebihkan imam-imam dari Rasulullah saww. Kalau ada, maka dia telah kafir walau atas nama apapun.

3- Sejarah mana yang menulis Imam Ali as mau mencambuk Syi'ahnya yang sudah dirintis Allah dan Nabi saww walau bahkan sebagai namanya seperti yang banyak ditulis di tafsir Sunni yang mengatakan bahwa "Sebaik-baik umat adalah Ali dan syi'ahnya (yang mengikutinya)." Lihat tafsir seperti Durru al-Mantsuur dan lain-lain yang semuanya Sunni.

4- Nabi saww tidak pernah bersalah karena makshum. Abasa itu orang lain mas yang melakukannya, karena itulah memakai kata pengganti ghaib atau orang ke tiga, 'abasa yakni "dia telah berpaling", bukan Nabi saww mas. Lihat di tafsir-tafsir Sunni juga.

5- Imam-imam 12 itu dari Qurasy (Shahih Bukhari-Muslim), yakni Ahlulbait Nabi saww, dan mereka makshum dengan gamblang seperti yang difirmankan Tuhan dalam QS: 33:33:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah hanya ingin menjauhkan dari kalian wahai Ahlulbait dari segala dosa dan mensucikan kalian sesuci sucinya."

Lah, kamau mau ikut Qur an apa tidak mas? Kamu yang cari korban atau kami pengikut Qur an?

Sinar Agama .

6- Tentang shahabat kita sebagai Syi'ah tidak mencela mereka tapi tidak mau ikut mereka yang saling mengkafirkan dan saling membunuh satu sama lain dalam berbagai peperangan sampai-sampai dalam satu peperangan saja yaitu Perang Jamal, terjatuh korban dari shahabat dan tabi'iin sejumlah paling sedikitnya yang diakui Sunni di Tarikh Muruuju al-Dzahab (tarikh Sunni) sebanyak 18.000 lebih.

Nah, apakah kami kalau tidak ikut mereka itu termasuk orang celaka? Lalu apakah yang seperti mereka itu dijamin surga? Mana ayat dan riwayatnya mas?

7- Tentang mut'ah itu tidak dianjurkan di Syi'ah karena dia hukum darurat seperti di hadits-hadits Sunni seperti shahih Bukhari-Muslim yang banyak sekali menjelaskan tentang hal ini. Ayatnya di QS: 4:24:

وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً

"Dan dihalalkan bagi kalian selain itu (selain yang muhrim) untuk mencari istri-istri dengan harta kalian secara kawin dan bukan zina. Karena itu, kalau kalian bermut'ah (bersenang-senang) dengan para wanita itu dengan menggunakan harta kalian, maka berikanlah upahnya sebagai kewajiban."

Dan di Shahih Bukhari-Muslim dinyatakan bahwa mut'ah itu ada dan diharamkan setelah itu oleh Umar di masa Umar menjadi khalifah. Lah, kamu mau ikut ayat dan Nabi saww atau khalifah Umar mas?

8- Tentang Qur an, maka lucu sekali. Syi'ah berkata bahwa Qur an yang ada ini adalah asli, tapi Sunni yang justru berkata tidak. Kok malah dibolak balik mas. Syi'ah berkata bahwa Qur an sudah disusun Tuhan sejak di jaman Nabi saww, karena itu Tuhan berfirman di QS: 75:16-17:

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

"Jangan gerakkan lidamu (Muhammad) terburu-buru kepadanya (Qur an). Sesungguhnya hanya Kami yang berhak mengumpulkannya (Qur an) dan membacakannya."

Di seluruh tafsir Syi'ah yang diambil dari Nabi saww melalui Ahlulbait yang makshum as, mengatakan bahwa Qur an itu disusun Tuhan. Tapi malah di Sunni ditafsirkan bahwa pengumpulan itu di hati Nabi saww, bukan di ayat-ayat Qur an yang tertulis. Hal itu demi membala Utsman yang mengumpulkan dan menyusun Qur an.

Ada lagi mas. Di Syi'ah dikatakan bahwa semua bismillah itu dari Allah. Tapi di Sunni hanya yang di surat Fatihah saja yang dari Tuhan dan selebihnya dari Utsman dan timnya. Dengan demikian siapa yang meyakini asli dan tidak mas?

Bukanlah surat di Qur an itu ada 114 surat? Nah, kalau dipotong surat Fatihan yang bismillahnya asli, dan dipotong surta Taubah karena tidak ada bismillahnya, maka di Sunni diyakini ada 112 bismillah yang merupakan tambahan dalam Qur an yang ada ini mas. Tapi kalau di Syi'ah maka semua bismillah itu dari Allah sendiri. Jangankan Utsman, Nabi saww saja tidak boleh ikut campur dalam Qur an, baik pengumpulan dan pembacaannya.

Sinar Agama .

9- Tentang 'Aisyah itu justru Syi'ah yang habis-habisan membela bahwa dia tidak mungkin serong demi kehormatan Nabi saww. Lihat tuh di semua tafsir Syi'ah. Kalau tidak punya di rumahku ada puluhan ribu kitab Syi'ah dan Sunni.

10- Dengan semua itu, maka pembuat hadits palsu itu dapat ketahuan, apakah kami atau kamu mas?

11- Tentang rincian bahasa mut'ah dan hukumnya kamu bisa merujuk ke keterangan sebelum-sebelumnya yang sudah ada sekitar enam penjelasan mengenainya. Silahkan rujuk sebelum kamu menyesalinya nanti di alam kubur. Carilah di situs sinaragama.org
Islam Hakiki, Islam Relatif: Kajian & Diskusi
SINARAGAMA.ORG

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..

Hidayat Constantian Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa Aali Muhammad

Bobbi Jalu Putra Sanjaya TENTANG PERNIKAHAN MUT'AH yang sebenarnya.

Pernikahan merupakan sunnatullah pada alam ini, tidak ada yang keluar dari garisnya, manusia, hewan maupun tumbuhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, s...Lihat Selengkapnya

Bobbi Jalu Putra Sanjaya DEFINISI NIKAH MUT’AH
Yang dimaksud nikah mut’ah adalah, seseorang menikah dengan seorang wanita dalam batas waktu tertentu, dengan sesuatu pemberian kepadanya, berupa harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika masanya telah selesai, maka dengan sendirinya mereka berpisah tanpa kata thalak dan tanpa warisan.[4]

Bentuk pernikahan ini, seseorang datang kepada seorang wanita tanpa harus ada wali atau saksi. Kemudian mereka membuat kesepakatan mahar (upah) dan batas waktu tertentu. Misalnya tiga hari atau lebih, atau kurang. Biasanya tidak lebih dari empat puluh lima hari; dengan ketentuan tidak ada mahar kecuali yang telah disepakati, tidak ada nafkah, tidak saling mewariskan dan tidak ada iddah kecuali istibra` (yaitu satu kali haidh bagi wanita monopouse, dua kali haidh bagi wanita biasa, dan empat bulan sepuluh hari bagi yang suaminya meninggal), dan tidak ada nasab kecuali jika disyaratkan.[5]

Jadi, rukun nikah mut’ah -menurut Syiah Imamiah- ada tiga :
1. Shighat, seperti ucapan : “aku nikahi engkau”, atau “aku mut’ahkan engkau”.
2. Calon istri, dan diutamakan dari wanita muslimah atau kitabiah.
3. Mahar, dengan syarat saling rela sekalipun hanya satu genggam gandum.
4. Jangka waktu tertentu.[6]

NIKAH MUT’AH PADA MASA PENSYARIATAN, ANTARA BOLEH DAN LARANGAN
Nikah mut’ah, pada awal Islam -saat kondisi darurat- diperbolehkan, kemudian datang nash-nash yang melarang hingga hari Kiamat.

Sumber: https://almanhaj.or.id/2952-nikah-mutah-kawin-kontrak.html

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Di antara hadits yang menyebutkan dibolehkannya nikah mut’ah pada awal Islam ialah :

عَن الرَّبيِْع بن سَبْرَة عَنْ أَبِيْه ِرضى الله عنه أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : ياَ أَيَّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِي الاسْتِمْتاَعِ مِنَ النِّسَاءِ , وَ إِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذلِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ , فَمَنْ كاَنَ عِنْدَهُ مِنْهُنَّ شَيْءٌ فَلْيُخْلِ سَبِيْلَهُ , وَ لَا تَأْخُذُوْا مِمَّا آتَيْتمُوْهُنَّ شَيْئاً ” .

Dari Rabi` bin Sabrah, dari ayahnya Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: “Wahai, sekalian manusia. Sebelumnya aku telah mengizinkan kalian melakukan mut’ah dengan wanita. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkannya hingga hari Kiamat. Barangsiapa yang mempunyai sesuatu pada mereka , maka biarkanlah! Jangan ambil sedikitpun dari apa yang telah diberikan”.[7]

وَ عَنْهُ قَالَ : أَََمَرَناَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم باِلْمُتْعَةِ عَامَ اْلفَتْحِ حِيْنَ دَخَلْنَا مَكَّةَ ثُمَّ لَمْ نَخْرُجْ حَتَّى نَهَاناَ عَنْهَا

Dari beliau, juga berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mut’ah pada masa penaklukan kota Mekkah, ketika kami memasuki Mekkah. Belum kami keluar, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengharamkannya atas kami”. [8]

عَنْ سَلَمَةَ بْنِ اْلَأكْوَع ِرضى الله عنه قَالَ: رَخَّصَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَامَ أَوْطاَس فِي اْلمُتْعَةِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ثُمَّ نَهَى عَنْهَا

Dari Salamah bin Akwa`Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan keringanan dalam mut’ah selama tiga hari pada masa perang Awthas (juga dikenal dengan perang Hunain), kemudian beliau melarang kami”. [9]

Muncul pertanyaan, semenjak kapan Islam melarang mut’ah? Untuk menjawabnya, kita dapatkan riwayat-riwayat yang menerangkan masalah ini terkesan simpang-siur, disebabkan tempat dan waktu pengharaman mut’ah berbeda-beda.

Sumber: https://almanhaj.or.id/2952-nikah-mutah-kawin-kontrak.html
Lihat Terjemahan

Sinar Agama Bobbi Jalu Putra Sanjaya, sepertinya kamu tamu baru di rumah sederhanaku ini. Sudah ada sekitar 6 catatan panjang tentang mut'ah di sini. Kamu bisa merujuk situsku sinaragama.org

Sekedar pemberitahuan bahwa di banyak riwayat Sunni bahwa mut'ah itu tidak pernah dihapus Tuhan dan Nabi saww, tapi Umarlah yang menghapusnya.

Ini ayat mut'ahnya, QS: 4:24:

وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً

"Dan dihalalkan bagi kalian selain itu (selain yang muhrim) untuk mencari istri-istri dengan harta kalian secara kawin dan bukan zina. Karena itu, kalau kalian bermut'ah (bersenang-senang) dengan para wanita itu dengan menggunakan harta kalian, maka berikanlah upahnya sebagai kewajiban."

Ini Shahih Bukharinya yang menyatakan bahwa mut'ah itu telah dihalalkan Allah swt melalui ayatNya dan tidak pernah dilarang setelah itu sampai Rasulullah saww wafat dan baru setelah itu diharamkan Umar ketika ia berkuasa:

4518 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عِمْرَانَ أَبِى بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ - رضى الله عنهما - قَالَ أُنْزِلَتْ آيَةُ الْمُتْعَةِ فِى كِتَابِ اللَّهِ فَفَعَلْنَاهَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - ، وَلَمْ يُنْزَلْ قُرْآنٌ يُحَرِّمُهُ ، وَلَمْ يَنْهَ عَنْهَا حَتَّى مَاتَ قَالَ رَجُلٌ بِرَأْيِهِ مَا شَاءَ

'Imran bin Hushain berkata: "Telah turun ayat tentang mut'ah di dalam kitabullah karena itu kami melakukannya di jaman Nabi saww da tidak turun ayat setelah itu yang mengharamkannya sehingga beliau saww wafat dan setelah itu berkatalah seorang lelaki dengan pendangannya sendiri sesuai kemauannya sendiri (maksudnya Umar dikala menjadi khalifah)." (Shahih Bukhari, hadits ke: 4518).

Ini Shahih Muslimnya, perhatikan:

2192 - حَدَّثَنِي حَامِدُ بْنُ عُمَرَ الْبَكْرَاوِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ قَالَ
كُنْتُ عِنْدَ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ فَأَتَاهُ آتٍ فَقَالَ إِنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ وَابْنَ الزُّبَيْرِ اخْتَلَفَا فِي الْمُتْعَتَيْنِ فَقَالَ جَابِرٌ فَعَلْنَاهُمَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَهَانَا عَنْهُمَا عُمَرُ فَلَمْ نَعُدْ لَهُمَا

Abu Nadhrah berkata: "Aku berada di dekat Jabir bin 'Abdullah lalu datang seseorang kepadanya dan berkata: 'Sesungguhnya Ibnu 'Abbas dan Ibu Zubair berbeda pendapat tentang dua mut'ah (mut'ah haji dan mut'ah dengan wanita).' Lalu berkata Jabir: 'Kami melakukan keduanya di masa Rasulullah saww, kemudian Umar melarang kami, karena itu kami tidak melakukannya lagi.'."

Kalau masih kurang maka ini pernyataan Umar di Sunan Baihaqi, 7/204:
قال عمر : مُتعتان كانتا على عهد رسول الله ( صلّى الله عليه [ وآله ] وسلّم ) وأنا أنهى عنهما ، وأُعاقب عليهما : إحداهما : مُتعة النساء ، ولا أقدر على رجُل تزوَّج امرأة إلى أجلٍ ، إلاَّ غيَّبته بالحِجارة......

Umar berkata: "Ada dua mut'ah di jaman Rasulullah saww dan sekarang aku larang dari keduanya dan aku akan menghukumnya. Yang pertama mut'ah dengan perempuan (kawin dalam waktu tertentu sebagaimana maklum). Aku tidak sanggup melihat seorang lelaki mengawini wanita dalam waktu tertentu kecaulai kurajam dengan batu ...."

Ayat dari awal sudah turun. Dan semua tafsir Sunni mengatakan ayat di atas untuk mut'ah, sementara dihapusnya mut'ah di pandangan Sunni lewat hadits. Lah, mana ada Qur an dihapus dengan hadits? Bukankah justru Nabi saww bersabada bahwa kalau ada hadits yang bertentangan dengan Qur an itu berarti berarti hadits palsu?

Yang ke dua, hadits pelarangan itu selain bertentangan dengan ayat, juga dengan hadits-hadits shahih lainnya yang banyak sekali di Shahih Bukhari-Muslim dan kitab-kitab hadits Sunni lainnya. Karena itu, bagaimana mungkin mau mengambil yang bertentangan dengan Qur an lalu meninggalkan yang berkesesuaian dengan Qur an?
Lihat Terjemahan
Islam Hakiki, Islam Relatif: Kajian & Diskusi
SINARAGAMA.ORG

Salman Al Khawarizmii Semoga Allah beri hidayah kepadamu. Wahai agama Syi'ah. Syi'ah sudah terlalu berdarah. Jangan sampai berkembang di negeri tercinta ini. Kau dan aku lebih lebih dulu mana masuk Syi'ah ????? Saya dulu pemeluk agama Syi'ah. Tapi dengan izin Allah saya bisa keluar. Mengenal Islam yg lebih sempurna. Sesuai Al Qur'an dan hadits. Bukan seperti kalian yg doyan taqiyyah. Walau dg keluarga sendiri. Bertaubat lah sebelum kau menyesal. Buka hati mu. Wahai Syi'ah rofidhoh.

Salman Al Khawarizmii Aku takkan percaya sedikitpun pd ucapan mu dan yg bersama mu. Sekalipun kau menjadi saudaraku. Karena keseharian mu hanya bisa berbohong.

Salman Al Khawarizmii Saya lebih tau dari Anda tentang Syi'ah.

Salman Al Khawarizmii Pencipta syiah adalah Abdullah bin Saba Al Yahudi. Dia pemeluk Yahudi. Kau sudah tau tentang hal itu ? Kalau belum sekolah lg yang benar. Baca sejarah, sedikit saja. Akan nampak mana baik dan benar. Ga takut keluarga mu di mut'ah orang lain, hamil terus ditinggalin ????? Berpikir lah.

Salman Al Khawarizmii Hadits hadits yg anda sebutkan semua palsu. Atas nama Allah

Salman Al Khawarizmii Kalau memang Syi'ah itu benar. Kenapa harus taqiyah. Hihihi. Kayak anak kecil. Suka berbohong.

Salman Al Khawarizmii Syi'ah berdarah. Memukul diri. Menyakiti diri dengan benda tajam. Apalagi Ampe nyakiti anaknya sendiri. Itu Syi'ah di luar negeri. Kalau di info gmn ya. Cuma mut'ah doang ? Wah licik itu hahaha. Pgn enaknya doang.

Salman Al Khawarizmii Ibnu Siena seorang Syi'ah. Kau tau ?

Salman Al Khawarizmii Ah masih awam ya. Belajar lagi deh. Biar tau. Syi'ah itu apa.

Salman Al Khawarizmii Bukan fitnah tapi fakta.

Salman Al Khawarizmii Pencinta ahlubait tapi malah menjatuhkan nya. Mengkafirkan shahabat. Al Qur'an seenaknya dirubah. Syahadat. Sholawat.hadits. punya mushaf Fathimah segala, bikin sendiri. Nyakiti diri. Mut'ah. Taqiyyah. Tokoh pencetusnya dijadikan tokoh fiktif. Waduh gatau ya..zzzzz

Salman Al Khawarizmii Jangan doyan mut'ah. Kau ridho istri mu sendiri di pergauli lelaki lain ? Kau laki macam apa hah ? Sudah berapa perempuan yang kau mut'ah ???? Sadarlah

Salman Al Khawarizmii Kau benci Saudi. Padahal Dr sana awal muncul Islam. Kau buat sendiri tiruan Ka'bah di Karbala. Waduh plagiat hahaha. Doyan bikin gaduh di Mekkah pas haji. Gimana kalo ibu mu atau bapak mu lg haji, terbunuh oleh gerombolan syiah. Apa kau ridho ??? Pikirlah yang dewasa. Jangan ngurusi mut'ah doang.

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Sinar Agama belum selesai pak syiah, ini lanjutannya, bukan Umar saja yang melarang namun banyak yang meriwayatkan pengharamannya diambil dari riwayat yang paling kuat.

Berikut secara ringkas waktu PENGHARAMAN mut’ah, sesuai dengan urutan waktunya.[10]

1. Ada riwayat yang mengatakan, bahwa larangan mut’ah dimulai ketika perang Khaibar (Muharram 7H).
2. Ada riwayat yang mengatakakan pada umrah qadha (Dzul Qa`dah 7H).
3. Ada riwayat yang mengatakan pada masa penaklukan Mekkah (Ramadhan 8H).
4. Ada riwayat yang mengatakan pada perang Awthas, dikenal juga dengan perang Hunain (Syawal 8H).
5. Ada riwayat yang mengatakan pada perang Tabuk (Rajab 9H).
6. Ada riwayat yang mengatakan pada Haji Wada` (Zul Hijjah 10H).
7. Ada riwayat yang mengatakan, bahwa yang melarangnya secara mutlak adalah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu.

Berikut ini penjelasan tentang riwayat-riwayat tersebut.

• Riwayat yang menyatakan, bahwa larangan mut’ah dimulai pada umrah qadha [11], perang Tabuk[12] dan Haji Wada [13] tidak lepas dari kritikan, dan tidak dapat dijadikan pegangan.

Tinggallah tiga riwayat yang shahih, yang menerangkan pengharaman mut’ah. Yaitu saat perang Khaibar, Penaklukan kota Mekkah, perang Awthas. Riwayat-riwayat tersebut sebagai berikut :

Riwayat pengharaman nikah mut’ah pada masa perang Khaibar :

عَنْ مُحّمَّد بنِ عَلي أََنَّ عَليِاًّ رضى الله عنه قاَلَ لِابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما : إِنَّ النَِّي صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنِ الْمُتْعَة ِوَ عِنْ لُحُوْمِ الْأَهْليِة ِزَمَنَ خَيْبَرَ

Dari Muhammad bin Ali (yang dikenal dengan sebutan Muhammad bin Hanafiah), bahwa ayahnya Ali (bin Abu Thalib) berkata kepada Ibnu Abbas Radhiyalahu ‘anhuma : “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mut’ah dan daging keledai pada masa Khaibar”.[14]

Riwayat pengharaman nikah mut’ah pada penaklukan kota Mekkah, yaitu riwayat dari Rabi’ bin Sabrah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ayahnya berperang bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pada penaklukkan kota Mekkah. Kami tinggal lima belas hari. Kemudian, oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kami diperbolehkan untuk mut’ah. Akupun keluar bersama seseorang dari kabilahku. (Kebetulan) aku mempunyai sedikit ketampanan, sedangkan kerabatku tersebut lebih mendekati jelek. Setiap kami membawa sal, salku jelek, sedangkan sal anak pamanku tersebut baru dan mengkilap. Ketika kami sampai di kaki Mekkah atau di puncaknya, kami bertemu dengan seorang gadis perawan, panjang lehernya semampai. Kami berkata,”Apakah engkau mau bermut’ah dengan salah seorang dari kami?” Dia berkata,”Dengan apa kalian bayar?” Maka setiap kami membentangkan salnya. Lalu wanita itu melihat kami, dan sahabatku itu melihat ketiaknya dan berkata: “Sesungguhnya sal dia jelek, sedangkan salku baru, mengkilap”. Dia berucap,”Salnya tidak apa-apa,” dua kali atau tiga. Lalu aku melakukan mut’ah dengannya. Belum usai aku keluar dari Mekkah, kiranya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengharamkannya.[15]

Sedangkan riwayat yang mengharamkan nikah mut’ah pada saat perang Awthas, yaitu hadits Salamah bin al Akwa`.

• Mengkombinasikan antara riwayat-riwayat di atas, para ulama menggunakan dua metode.

Pertama : Metode tarjih (mengambil riwayat yang lebih kuat).
Sebagian para ulama mengatakan [16], bahwa lafadz hadits Ali, yaitu riwayat Ibnu Uyainah dari Zuhri ada kalimat yang didahulukan dan diakhirkan, karena beliau berucap kepada Ibnu ‘Abbas jauh setelah kejadian [17]. Seharusnya ucapan beliau, “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang makan daging keledai pada masa Khaibar dan melarang mut’ah”. Dengan demikian, larangan mut’ah dalam riwayat ini tidak lagi ada secara tegas waktu Khaibar.

Sumber: https://almanhaj.or.id/2952-nikah-mutah-kawin-kontrak.html

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Para ulama berselisih, apakah mut’ah dilarang pada masa Khaibar? Ada dua pendapat. Dan yang shahih, larangan hanya pada masa penaklukan kota Makkah, sedangkan pelarangan waktu Khaibar hanya sebatas daging keledai. Hanya saja Ali berkata kepada Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mut’ah pada hari Khaibar, dan juga melarang makan daging keledai untuk memberi alasan (pengharaman) pada dua permasalahan tersebut kepada Ibnu ‘Abbas. Maka para rawi menyangka, bahwa ikatan hari Khaibar kembali kepada dua hal itu, lalu mereka meriwayatkan dengan makna”.[18]

Sumber: https://almanhaj.or.id/2952-nikah-mutah-kawin-kontrak.html

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Sedangkan riwayat pengharaman mut’ah pada perang Awthas atau Hunain, yaitu hadits Salamah bin Akwa`. Berhubung perang Awthas dan tahun penaklukan Mekkah pada tahun yang sama, maka sebagian ulama menjadikannya satu waktu, yaitu pada penaklukan Mekkah.

Kedua : Metode jamak (menggabungkan antara riwayat-riwayat).
Melihat pada semua riwayat yang shahih tentang pengharaman nikah mut’ah, bahwa telah berlaku pembolehan kemudian pelarangan beberapa kali. Diperbolehkan sebelum Khaibar, lalu diharamkan, kemudian diperbolehkan tiga hari penaklukan Mekkah, kemudian diharamkan hingga hari Kiamat.

Sumber: https://almanhaj.or.id/2952-nikah-mutah-kawin-kontrak.html

Sinar Agama Salman Al Khawarizmii,: Parah nih kamu seperti pengunjung teramat baru di akunku yang sudah tahunan berusaha memberikan jawaban ilmiah terhadap musuh mausia yang terbesar, yaitu yang tidak diketahuinya.:

1- Abdullah bin Saba' itu tokoh fiktid dan dibuat-buat dalam sejarah. Berbagai kitab kuning telah ditulis tentangnya.

Kalaupun mau dikatakan ada maka riwayat Syi'ah dan Sunni sama saja, yaitu bahwa Abdullah bin Saba' itu dihukum mati oleh Imam Ali as karena menuhankan beliau saww. Tentu setelah diberi kesempatan taubat tiga hari tapi tidak bertaubat.

He he lucu amat. Orang Syi'ah itu mengikut Allah swt, Nabi saww dan 12 Imam as yang dimulai dari Imam Ali as. Lah, wong imam pertamanya menghukum bunuh Abdullah bin Saba' kok bisa Syi'ah beliau as yakni pengikut beliau as dikatakan pengikut Abdullah bin Saba'? Kan lucu mas.

2- Mut'ah jelas dihalalkan dalam ayat yang disepakati Syi'ah dan Sunni. Kok kamu nggak bilang ke Tuhan saja, bahwa ya Tuhan jangan halalkan mut'ah karena kami takut anak-anak kami dimut'ahi.

He he...mau menyerang mut'ah mesti tahu dulu definisinya, dasar ayat dan haditsnya serta tata cara dan syarat-syaratnya. Kamu lihat saja tulisanku di situs sinaragama.org yang sudah benyak menerangkan hal ini setidaknya ada 4 atau 6 catatan tentangnya.

Karena takut kamu seorang pemalas mencari tahu dan hanya semangat menyerangi yang tidak tahu, maka kukatakan padamu bahwa di seluruh kitab fiqih Syi'ah dijelaskan bahwa anak wanita yang belum janda manakala mau kawin, makwa WAJIB ijin dan mendapatkan ijin dari walinya, baik mau nikah daim/permanen apalagi mut'ah/temporer. Kamu sebaiknya jangan serang hukum Tuhan ini, sebaiknya kamu serang tukang pacaran dan perzinahan yang meraja lela di pantai-pantai, sudut-sudut jalan, sekolah-sekolah, kampus-kampus dan dimana saja dimana hal seperti tidak ditemui di negara Syi'ah seperti tidak akan pernah ditemui yang bermut'ah. Karena tidak mungkin ada orang tua mengijinkan anaknya yang belum janda melakukannya apalagi masih di bangku sekolah dan semacamnya. Btw.

Hamil dari nikah mut'ah itu sama dengan hamil dari kawin daim/permanen yang bercerai. Apa bedanya mas? Kedua ayah di kedua perkawinan itu adalah ayah yang dikandung istri yang telah selesai masa mut'ahnya atau istri yang dicerainya. Ayah dari kedua jenis perkawinan itu wajib bertanggung jawab terhadap biaya kehamilan anaknya, dan kalau lahir wajib menafkahi anaknya sampai kelak besar dan mandiri. Opo bedone mas anak mut'ah dan anak kawin daim/permane yang cerai? Makanya belajar dulu baru nyerang. Ngaku-ngaku saja memalukan. Saya yang sudah lama pasca Doktoral dari pendidikan yang hanya mempelajari Syi'ah, sampai sekarang tetap terus belajar karena merasa bodoh dan ilmu itu tidak terbatas. Lah, kamu belajar di mana tentang Syi'ah dan berapa ratus buku yang telah kamu baca mas kok ngaku lebih tahu dari kami tentangnya?

3- Kalau hadits tentang mut'ah itu palsu, ya ... jangan katakan ke saya mas, katakan pada Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dan kitab hadits-hadits Sunni lainnya, begitu pula pasa semua tafsir Sunni. Dan katakan juga hanya kamu yang benar.

4- Taqiyah itu kalau bahaya mas persis seperti sebab turunnya ayat taqiyah yaitu Ammar Yaasir yang karena kedua orang tuanya dibunuh di depan matanya lantaran tidak mau mengatakan tuhan Latta dan tuhan 'Uzza (tuhan-tuhan Arab waktu itu selain Tuhan Allah), maka diapun mengatakan "tuhan Lata dan tuhan 'Uzzaa". Barulah turun ayat bolehnya taqiah yang disepakati semua penafsir Sunni dan tidak satu orangpun penafsir Sunni yang tidak mengakui hal itu. Ayat taqiya itu ini, QS: 16:106:

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ

"Brang siapa kafir kepada Allah setelah imannya (maka akan diadzab) keduali yang dipaksa kafir sementara hatinya teguh dalam keimanan." (ayo bilang bohong lagi).

Di diskusi di facebook ini, sudah sejak dati tahun 2010, saya tidak pernah taqiyah dalam ilmu walaupun seperti yang sudah kuisyarati di atas bahwa ilmuku teramat sedikit walau sudah sepuluh tahunan yang lalu belajar di pasca Doktoral hanya tentang Syi'ah. Tapi tidak seharusnya saya tidak mengatakan dari sedikit yang saya tahu itu. Karena itu sangat lucu kamu yang baru jadi tamuku sudah teriak-teriak kami bertaqiyah. Sebab taqiah itu adalah kekafiran yang nyata dan akan diadzab Tuhan seandainya bukan karena terpaksa sebagaimana sudah dijelaskan di atas itu.

Lagi pula, kalau ada orang Syi'ah yang taqiyah, maka yang mesti ditanyakan bukan Syi'ahnya mas, tapi yang membuatnya taqiyah itu mas. Jadi, kamu salah bertanyanya hingga berkata "Kalau benar mengapa taqiyah?", tapi mesti bertanya: "Mengapa orang-orang di lingkungan Syi'ah tidak memberikan kebebasan kepada mereka?"

4- Yang menyakiti sendiri dengan benda tajam itu hanya segelintir orang di dunia Syi'ah dan mereka itu tidak mendasarkan perbuatannya pada ayat dan riwayat sama sekali. Saya sudah mengunggah video sekitar tahun 2011 yang lalu bahwa perbuatan itu justru dibawa oleh Kristen/Masehi dari sejak jaman Romawi. Nah, perlu kamu ketahui bahwa ulama berfatwa haram tentang itu. Jadi, kalau orang melanggar seperti perzinahan di negara kita ini, bukan berarti salah madzhab, agama dan negaranya, melainkan diri mereka si pelaku kesalahan itu sendiri. Karena, jangan campur aduk deh.
Islam Hakiki, Islam Relatif: Kajian & Diskusi
SINARAGAMA.ORG

Sinar Agama .

5- Kalau orang pingin enaknya doang, pasti kamu juga mau enak toh? Tapi mengapa kamu tidak masuk Syi'ah. Nah, ketika kamu takut masuk neraka kalau masuk Syi'ah, orang lain yang jadi Syi'ah juga demikian. Emang kamu doang yang takut neraka. Karena tidak mut'ah itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Dan masuk Syi'ah itu mesti dengan penelitian karena taruhannya adalah neraka atau surga walau memang, yang salah asal tawadhu' dan tidak didatangi kebenaran dalam hidupnya, maka masih akan dimaafkan oleh Allah. Tapi yang tidak tawadhu' untuk mencari dan bisanya hanya main ejek, nah orang seperti ini akan kena batunya kelak di akhirat. Maka dari itu, kalau kamu tidak taubat, kita tunggu bersama kelak bagaimana jadinya di akhirat. Siapkanlah dirimu karena kelak akan ditanya apa agamamu, apa dasarnya, dan apa yang kamu pahami dari agamamu dan apa dasar dalilnya, lalu yang sudah benar akan ditanya juga sejauh mana kamu mengamalkan dan sejauh mana ikhlash kamu. Siapin deh semua itu, semoga kamu termasuk orang-orang yang berusaha selamat dan mendapatkan keselamatan itu.

6- Tentang Syi'ah itu saya sudah berkali-kali bahwa tidak ada kafir mengafirkan dalam Syi'ah yang bermakna dari akidah keTuhanan dan keNabian. Kafir imamah memang ada, akan tetapi kafir imamah ini masih Islam karena imamah memiliki hukum dan konsekuensi khusus, karena itulah maka sebagian istri-istri para imampun bukan hanya tidak beriman pada imamah suaminya, melainkan menjadi pembunuhnya. Ada beberapa Imam as yang dibunuh istrinya seperti Imam Hasan as cucu Rasulullah saww.

Justru yang mengafirkan shahabat itu para shahabat sendiri hingga saling menghalalkan darah mereka dan berperang di berbagai peperangan besar. Salah satu korban mati dari shahabat dan tabi'in, di salah satu peperangannya saja, paling sedikit yang diakui oleh Sunni, adalah 18.000 lebih, yaitu di Perang Jamal. Yaitu perang antara khalifah/Imam Ali as dan para pemberontak yang dipimpin oleh Thalhah, Zubair dan 'Aisyah (yang menaiki onta besar hingga karena itulah perang itu dikenal dengan Perang Onta).

Justru yang mengafirkan shahabat itu adalah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ini haditsnya (ayo bilang bohong):

6576 - وَحَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ عَلِىٍّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنِ الْمُغِيرَةِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ( أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، وَلَيُرْفَعَنَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِى فَأَقُولُ يَا رَبِّ أَصْحَابِى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ) . تَابَعَهُ عَاصِمٌ عَنْ أَبِى وَائِلٍ . وَقَالَ حُصَيْنٌ عَنْ أَبِى وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - . طرفاه 6575 ، 7049 - تحفة 9292 ، 9276 ، 3341 - 149/8

Nabi saww bersabda:
"Aku mendahului kalian (shahabat-shahabatku) terhadap telaga (telaga surga). Kemudian dibawalah orang-orang dari kalian dan digiring menjauhiku. Akupun berkata: 'Ya Tuhan, mereka itu adalah shahabat-shahabatku.' Dijawab: 'Sesungguhnya kamu tidak tahu apa-apa yang terjadi setelah kamu (mati).'."

Hadits-hadits ini bisa didapat di: Shahih Bukhari, hadits ke: 6576, dan lain-lain-nya yang sudah disebut di Arabnya di atas itu; Shahih Muslim, hadits ke: 365, 367 ...dan lain-lain-nya.

Jadi, tanyakan ke Shahih Bukhari dan Shahih Muslim kenapa mereka meriwayatkan pengkafiran shahabat oleh Nabi saww setelah beliau saww wafat?

Kalau Syi'ah hanya tidak ikut shahabat, yang diikuti hanya Imam Makshum as. Dan kafir dari imamah itu seperti kafir nikmat, masih muslim dan mukmin karena itu halal dikawini dan wajib dihormati seluruh hak-haknya.

Sinar Agama .

7- Bukan hanya Ibnu Sina yang Syi'ah mas, tapi banyak yang lainnya seperti Muhyiddin Ibnu 'Arabi, Ghazali dan lain-lainnya. Apalagi seperti al-Jaabir pencetus ilmu matematik yang merupakan salah satu murid kesayangan Imam Ja'far Shadiq as.

8- Al-Qur an itu justru kamu yang merubahnya mas, setidaknya dalam keyakinanmu. Kalau di Syi'ah Qur an yang ada ini asli dari Allah, dari alif sampai ya'nya. Jangankan Utsman, Nabi saww saja tidak diijinkan oleh Allah untuk menyusun Qur an seperti yang difirmankan dalam QS: 75:17:

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

"Jangan gerakkan lidahmu (Muhammad) terburu-buru padanya (Qur an, sebelum diijinkan pembacaannya) (16) Sesungguhnya hanya Kami yang berhak mengumpulkan dan membacakannya (Qur an)."

Nah, Nabi saww saja dilarang mengumpulkan Qur an karena itu hak Tuhan, lah kamu malah mengatakan Qur an yang ada sekarang ini disusun Utsman dan timnya. Ini kan lucu. Lebih lucu lagi malah kamu menfitnah Syi'ah dengan tidak meyakini Qur an yang sekarang ini. He he dunia sudah kebalik rupanya.

Yang ke dua, di Syi'ah diyakini bahwa seluruh bismillaah itu asli dari Tuhan, tapi selain Syi'ah seperti Sunni meyakini bahwa hanya di sufat Fatihah saja yang asli dan selainnya dari Utsman dan timnya. Lah, ini kan bararti ada 112 ayat bismillah dalam keyakinanmu mas? Lalu setelah itu masih menuduh Syi'ah lagi, kan ra'syih/lucu?

9- Mushhaf itu dalam bahasa Arab artinya buku atau lembaran-lemarab pengetahuan. Kata-kata mushhaf ini sudah ada ratusan tahun sebelum Islam turun. Lah, kalau di Syi'ah dikatakan ada mushhaf Faathimah as, kok dimaknai kitabullah? Wong dari awal sudah jelas Mushhaf Faathimah as, yakni Buku Faathimah as.

10- Kalau wanita yang belum janda saja wajib ijin wali dan kalau tidak ijin lalu melakukan mut'ah maka hal itu dihukumi zina, lah apalagi kalau wanitanya punya suami, maka hal itu adalah zina muhshan. Sembarangan.

11- He he...Saudi itu bukan awal kemunculan Islam, tapi awal kemunculan Wahabi yang mengafirkan dan membantai Sunni habis-habis sebelum menjajahnya sampai sekarang. Saudi itu dari asal kata Aalu Sa'ud atau Keluarga Sa'ud. Mereka adalah Yahudi yang tinggal di Madinah, lalu tahun-tahun 1100 Hijriah pindah ke Najd salah satu kota di negara yang masih dikenal dengan Jazirah Arab. Lalu di Najd keluarga ini memperkenalkan diri sebagai muslim. Lalu dikenalkan dengan Muhammad bin Abdulwahhaab oleh intelejen Inggris. Intel itu menggosok keduanya untuk melalukan pemberontakan pada pemerintahan dan kekhilafahan Utsmaniyyah dengan dijanjikan akan dibantu peralatan perang dan bantuan. Lalu mereka memberontak dan membantai tidak terhitung orang Sunni dengan alasan yang sudah disepakati yaitu yang disesuaikan dengan pandangan Muhammad bin Abdulwahhaab itu, yaitu maulid Nabi saww itu bid'ah, tawassul pada nabi dan wali itu syirik, baca Qur an di kuburan itu bid'ah dan syirik dan semacamnya. Para Sunni itu dibantai habis, begitu pula yang ada di Makkah dan Madinah. Lalu Jazirah Arab itu dikuasai dan diganti namanya dengan nama kabilah atau sukunya yaitu Aalu Sa'uud. Jadilah sekarang negara itu bernama Sa'udi Arabiah. Seperti Indonesia dirubah menjadi Negara Republik Siregar atau Simatupang, atau Assegaf dan semacamnya.

12- Syi'ah yang haji sama seperti yang lainnya, hanya memakai dua helai kain. Bagaimana bisa menjadi pembunuh? Lah, ketika justru Syi'ah yang terbunuh, kok bisa dikatakan bahwa Syi'ah pembunuhnya? Apa kamu masih mau dibohongin Sa'udi seperti di tahun-tahun sebelumnya dimana orang Syi'ah dibantai habis di Makkah lalu Sa'udi mengatakan bahwa mereka dibantai karena mau membawa Ka'bah. Emangnya kamu percaya orang yang memakai dua helai kain tak berjahit, mau mencongkel Ka'bah lalu dipikul dari Makkah ke Iran. Ha ha.....mau ditindas seperti apa akalmu itu mas?

Bagaskara Poetra Namanya juga niatnya untuk provokasi dan memfitnah, segala upaya dilakukan meskipun tidak memiliki hujjah kuat. Yang penting message itu ditelan oleh kaum muslim dongok yang tak berakal

Arief El Ghuroba Syiah emang pande ngibul.. Abdulloh bin saba dibilang fiktif.. Nyata syiah bukan islam, mrk wukuf di karbala

Bagaskara Poetra Buruan jual OTAK anda kewww.bukalapak666.com dan ganti dengn microprocessor XT dijamin kinerjanya lebih baik dari OTAK anda

Arief El Ghuroba kalo anda syiah saya yakin anda tidak tertarik krna "kebenarannya" melainkan anda tertarik krna mut'ahnya.. syiah agama lendir

Salman Al Khawarizmii Hahaha saya sarankan untuk Akh Arief. Tinggalkan saja kaum Syiah yang hina. Jgn sampai termakan racun mereka. Awas hati hati. Fitnah menyambar. Abdullah bin Saba nyata. Mereka taqiyyah. Brdusta atas nama Allah dan rasulullah.

Sinar Agama Bobbi Jalu Putra Sanjaya, sepertinya kamu tidak teliti membaca tulisanku. Halalnya mut'ah itu ada di Qur an, bagaimakan mungkin dibatalkan pakai hadits mas? Bukankah justru Nabi saww pernah bersabda bahwa kalau ada hadits yang bertentangan dengan Qur an maka hadits itu pasti palsu mas? Yang ke dua, banyak hadits shahih di Sunni seperti Shahih Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahwa mut'ah itu tidak dilarang Tuhan dan Nabi saww sempai pada masa khilafah Umar dan dia yang mengharamkannya. Katanya kamu anti bid'ah, lah terapkan atuh di sini.

Bagaskara Poetra Mut'ah merujuk pada An Nisa 124....
Pengharaman dilakukan oleh Umar ibn Khattab di paruh kedua masa kekuasaannya.

Hebat manusia biasa mampu mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah. Agaknya Umar sudah menisbatkan diri menjadi tuhan penantang Allah

Sinar Agama Arief El Ghuroba. kamu terlalu sangat mengasihani. Wong orang Wahabi yang melarang Syi'ah dan Sunni Iran untuk haji tahun ini, bilangnya orang Syi'ah wuquf di Karbala. Kan edan-edanan namanya itu (kata orang Jawa).

Salman Al Khawarizmii Ga punya tipi ? Syiah jadikan Karbala Kiblat mereka ????? Bener ga yah tipi tuh wahai kaum hina !!!!!

Sinar Agama Bagaskara Poetra, ahsantum. Dunia dibalik-balik oleh orang yang suka membalik-malikkan dunia, tapi terus mengatakan bahwa dunia dibalik-balik orang Syi'ah. Kan lucu sekali memang. Minta ampun ....deh.

Bobbi Jalu Putra Sanjaya Sinar Agama sudah dilarang sampai hari kiamat.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Para ulama berselisih, apakah mut’ah dilarang pada masa Khaibar? Ada dua pendapat. Dan yang shahih, larangan hanya pada masa penaklukan kota Makkah, sedangkan pelarangan waktu Khaibar hanya sebatas daging keledai. Hanya saja Ali berkata kepada Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mut’ah pada hari Khaibar, dan juga melarang makan daging keledai untuk memberi alasan (pengharaman) pada dua permasalahan tersebut kepada Ibnu ‘Abbas.[18] SAHIH mas BROO.

Sumber: https://almanhaj.or.id/2952-nikah-mutah-kawin-kontrak.html

Arief El Ghuroba Bagaskara Poetra : saya katakan pada anda bahwa LAKUM DIINUKUM WALIADIIN..Bagi Kalian agama kalian dan bagi kami agama kami...dalam agama kami (Agama Islam) Zina Mut'ah itu HARAM dan DOSA BESAR..meskipun dalam agama kalian (Agama Syi'ah) itu di bolehkan bahkan di anjurkan dan di sebut dengan "Nikah",namun pada Agama Kami (Agama Islam) Itu adalah ZINA. dan ini Kesepakatan SELURUH PARA 'ULAMA ISLAM dari kalangan AHLUS SUNNAH dan AHLUL BAIT Shalawatullah Wa Salaamuhu 'Alaihim, baik Hanafi,maliki,syafi'i,atau Hanbali....Begitu juga dengan Ulama Ahlul Bait Radhiyallahu'anhum. nah oleh karena itu jangan sekali2 memaksakan Kami untuk meyakini dan membenarkan Ajaran Agama Kalian yang SESAT itu....
karena Sejatinya Kalian orang2 Syi'ah Bukanlah pengikut Ahlul Bait,tapi Justru Musuh Utama Ahlul Bait 'Alaihim Shalatu Wa Salam,,Di antara buktinya adalah:

1.Pemuka Ahlul Bait Sayyidu Syabaabi Ahlil Jannah Raihaanul-Musthofa Hasan Bin 'Ali Radhiyallahu'anhuma Berkata,"Demi Allah,Mu'awiyah Bin Abi Sofyan LEBIH BAIK Daripada orang2 yang mengaku sebagai Syi'ah (Pengikut)-Ku,Mereka berupaya membunuhku dan merampas hartaku. (Kitab Al-Ihtijaj Karya At-Thabrasi di halaman 148.).

2.Pemuka Ahlul Bait,'Ali Bin Husein Zainal 'Abidin berkata,"Orang2 Syi'ah bukan dari kami dan kami pun bukan dari mereka".(Kitab Rijaaul Kisyi halaman 111).

3.Imam Ahlul Bait Imam Ja'far Shaadiq 'Alaihi Salam Berkata,"Allah berlepas diri dari Orang2 Yang benci terhadap Abu Bakar dan 'Umar". yang di maksud dengan "Orang2 Yang membenci Abu Bakar dan 'Umar" tentu saja adalah orang2 Syi'ah Rafidhah.!!!!

Salman Al Khawarizmii Akhy..add saya. Kita lanjut inbox

Sinar Agama Bobbi Jalu Putra Sanjaya, silahkan ikut ulama yang antum maksud walau jelas-jelas menentang ayat dan riwayat Sunni seperti Shahih Bukhari dan Muslim. Kalau saya jelas akan ikut ayat dan hadits-hadits yang shahih terutama dari jalur Ahlulbait yang makshum as.

Sinar Agama Arief El Ghuroba, he he ... sepertinya kamu ini tidak mengerti sebab ilmu hadits sama sekali.

1- Tentang hadits Imam Hasan as di atas, yakni hadits pertama, maka:

a- Memiliki sebab wurud seperti sebab nuzul dalam ayat. Yaitu, ketika Imam Hasan as sudah siap berperang dengan Mu'awiyyah, lalu Mu'awiyyah memakai taktik menyogok berbagai ketua kabilah yang tadinya menyokong Imam Hasan as, untuk meninggalkan perang. Karena itu, banyak dari mereka yang bersedia membantu dan mengikuti (syi'ah) beliau as, kabur sebelum perang yang menentukan itu dimulai.

Karena itu Imam Hasan as menjawab pertanyaan Zaid bin Wahab al-Jahni yang menanyakan keadaan Imam Hasan as setelah peristiwa pengkhinatan umat tersebut, seperti yang kamu nukilkan itu. Ini perkataan Arabnya:

عن زيد بن وهب الجهني (1) قال: لما طعن الحسن بن علي عليه السلام بالمدائن أتيته وهو متوجع، فقلت: ما ترى يا بن رسول الله فإن الناس متحيرون؟ فقال:
أرى والله أن معاوية خير لي من هؤلاء، يزعمون أنهم لي شيعة، ابتغوا قتلي وانتهبوا ثقلي، وأخذوا مالي، والله لئن آخذ من معاوية عهدا أحقن به دمي، وأومن به في أهلي، خير من أن يقتلوني فتضيع أهل بيتي وأهلي، والله لو قاتلت معاوية لأخذوا بعنقي حتى يدفعوني إليه سلما، والله لئن أسالمه وأنا عزيز خير من أن يقتلني وأنا أسير، أو يمن علي فيكون سنة على بني هاشم آخر الدهر ولمعاوية لا يزال يمن بها وعقبه علي الحي منا والميت.

Dari Zaid bin Wahab al-Jahni berkata: "Ketika Hasan bin Ali as dikhianati di Madaain, aku mendatanginya sementara ia merasa sedih. Aku bertanya kepadanya: "Apa pandanganmu terhadap mereka (umat Imam Hasan yang mengkhianati beliau as hingga boikot dari ikut berperang) yang kebingungan itu wahai putra Rasulullah saww?"

Imam Hasan menjawab: "Aku meliha bahwa Mu'awiyyah itu lebih baik dari mereka kepadaku. Mereka mengira bahwa mereka mensyi'ahiku (menaatiku, mengikutiku). Mereka mengharap terbunuhnya aku dan menghalalkan milikku serta merampas hartaku. Demi Allah melakukan genjatan senjata dengan Mu'awiyyah untuk menjaga tertumpahnya darahku dan menyelamatkan keluargaku, lebih baik dari pada mereka membunuhku dan menyandra keluargaku. Demi Allah, kalau aku memilih berperang dengan Mu'awiyyah, maka mereka itu yang akan meringkus aku dan menyerahkanku padanya (Mu'awiyyah). Demi Allah, genjatan senjata dengannya (Mu'awiyyah) dimana saya tetap berharga/mulia, lebih baik dari pada aku dibunuhnya dalam keadaan aku tersandra (karena diserahkan oleh umat yang mengaku mengikuti beliau as itu) ..... (sampai akhir)."

b- Karena itu perhatikan dengan baik dan lengkap perkataan Imam Hasan as itu lengkap dengan sebab wurudnya.

c- Dari cerita atau riwayat di atas dapat dipahami dengan jelas bahwa ada kelompok dari pasukan Imam Hasan as:

c-1- Syi'ah sangkaan. Mereka ini adalah para pasukan yang mengaku-ngaku sebagai Syi'ah/pengikut akan tetapi munafiq. Karena itu Imam Hasan as mengatakan bahwa kalau beliau as memilih perang sekalipun, maka mereka-mereka itu yang akan menangkap Imam Hasan as dan menyerahkannya kepada Mu'awiyyah untuk dibunuh.

Mereka ini selalu kebingungan seperti yang dikatakan oleh Zaid yang menanyakan hal mereka itu. Mengapa bingung? Karena mereka bukan Syi'ah yang hakiki yang mengimani bahwa imam 12 Ahlulbait as itu adalah makshum ilmu dan makshum amal dan telah dipilih Allah dan Nabi saww untuk menjadi khalifah dan pemimpin kaum muslimin setelah Nabi saww. Karena itulah di Shahih Bukhari dan Muslim dikatakan bahwa mereka itu berjumlah 12 orang dan semuanya dari Qurasy.

Mereka itu bahkan bukan hanya bingung, akan tetapi lebih parah dari itu. Yaitu siap menyerahkan Imam Hasan as ke Mu'awiyyah untuk dibunuh. Nah, orang yang seperti apa bisa dikatakan Syi'ah Imam Hasan as?

c-2- Syi'ah yang hakiki. Mereka adalah yang tetap setia dengan Imam Hasan as walaupun pasukan beliau as sudah berkurang banyak. Mereka ini tidak kebingungan. Zaid sendiri adalah contohnya. Mengapa tidak bingung? Jawabannya jelas, yaitu karena mereka Syi'ah yang hakiki yaitu yang mengimani bahwa imam 12 itu adalah makshum ilmu dan amal sebagaimana dijelaskan secara lantang dalam Qur an, yaitu QS: 33:33.

d- Dengan semua penjelasan itu, maka Syi'ah yang hakiki dengan yang khayali sudah jelas. Dan, Syi'ah kami yang mengambil dari Syi'ah-syi'ah sebelum kami secara turun temurun adalah dari Syi'ah yang hakiki. Yaitu yang tidak mengkhianati Imam Makshum, tidak bingung dengan hakikat kebenarannya Ahlulbait yaitu tentang kemakshuman mereka as dan tentang dipilihnya mereka sebagai imam dari umat oleh Allah swt dan Nabi saww.

Karena itu, pakailah akal yang diberikan Tuhan kepadamu itu, untuk memahami apa saja yang kamu akan katakatan, tuliskan dan imani dalam dirimu.

Sinar Agama .

2- Tentang hadits Imam Ali bin Husain as itu, memang kamu telah mengambil dari Wahabi si jago fitnah dan potong-potong hadits atau bahkan karangan ulama, baik ulama Syi'ah atau Sunni seperti selama ini. Nih haditsnya kang:

191 - حدثني محمدبن مسعود، قال: حدثني أبوعبدالله الحسين بن أشكيب قال: حدثني محمدبن أورمه، عن الحسين بن سعيد، قال: حدثني علي بن النعمان، عن ابن مسكان، عن ضريس، قال قال لي أبوخالد الكابلي: أما أني سأحدثك بحديث ان رأيتموه وأنا حي فقلت صدقني، وان مت قبل أن تراه ترحمت علي ودعوت لي.
سمعت علي بن الحسين عليه السلام يقول: ان اليهود أحبوا عزيزا حتى قالوا فيه ماقالوا فلا عزيز منهم ولاهم من عزيز، وأن النصارى أحبوا عيسى حتى قالوا فيه ماقالوا، فلا عيسى منهم ولاهم من عيسى.
وانا على سنة من ذلك ان قوما من شيعتنا سيحبونا حتى يقولوا فينا ماقالت اليهود في عزيز، وماقالت النصارى في عيسى بن مريم، فلاهم منا ولا نحن منهم.

Abu Khaalid al-Kaabili berkata: " ......... Aku mendengar 'Ali bin al-Husain as berkata: 'Sesungguhnya orang-orang Yahudi karena menyintai 'Aziiz hingga berkata tentangnya seperti yang telah mereka katakan (anak Tuhan). Mereka itu bukan dari golongan 'Aziiz as dan bukan pula 'Aziiz dari golongan mereka. Dan sesungguhnya orang-orang Masehi karena menyintai 'Isaa hingga berkata apa yang telah dikatakan mereka ke atasnya (menuhankan nabi Isa as sebagai anak Tuhan). Bukanlah 'Isa as dari mereka dan bukan pula mereka dari kelompok 'Isa as. Sementara terhadapku juga akan berlaku seperti itu. Sesungguhnya sebagian dari Syi'ah kami, karena menyintai kami, akan berkata seperti apa-apa yang dikatakan Yahudi terhadap 'Aziiz as dan Masehi terhadap 'Isa as putra Maryam as. Mereka itu bukan dari kami (Ahlulbait 12 imam as), dan kami bukan dari mereka.'."

Nah, dengan lengkapnya penukilan hadits di atas, maka jelas siapa yang dimaksudkan bahwa mereka itu bukanlah Syi'ah, yaitu yang menuhankan para Imam as.

Sementara Syi'ah Itsnaa 'Asyariyyah (Syi'ah 12 Imam), tidak meyakini ketuhanan mereka sama sekali dan hanya menyakini bahwa mereka itu makshum, dipilih Tuhan dan Nabi saww untuk menjadi pemimpin umat ini.

3- Hadits ke tiga tidak perlu komentar karena tidak menyebutkan sumbernya. Wassalaamu 'ala man ittba'a al-hudaa.
Lihat Terjemahan

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..









0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.