Saturday, September 10, 2016

on Leave a Comment

Apa Arti " Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak" dalam Surat Albaqarah ayat 269.

Link :  https://web.facebook.com/sinaragama/posts/999934213453369


Salam, Smg Ustadz senantiasa dlm lindungan dan hidayahNya.
Afwan Ustadz.. ana mau tanya tentang maksud dan penjelasan dari "hikmah" dan "kebaikan yg banyak" yg ada di Surat Albaqarah ayat 269.
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَآءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ؕ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.
[QS. Al-Baqarah: Ayat 269]
Syukran..
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Seingatku, saya sudah pernah menjelaskan tetang hal ini. Intinya:

1- Hikmah itu adalah kokoh atau kuat. Memang memiliki akar yang sama dengan makna lain seperti hukum dan menghukum. Tapi kalau diliris pada akar yang paling dalamnya, tetap sama, yaitu kekokohan.

2- Dalam bahasa lainnya, hikmah diartikan dengan bijaksana. Nah, di sini yang menjadi kabur dalam bahasa Indonesia. Karena itu kalau kita melihat kamus Bahasa Indonesia, maka hikmah akan diartikan kebijaksanaa, sakti, makna yang dalam, berguna, memiliki kesaktian atau kekuatan ghaib.

3- Makna Indonesia itu sangat mungkin diakibatkan oleh adanya pengadobsian kata dari Arab ke Indonesia oleh orang umum atau sekalipun ulama akan tetapi lebih cenderung anti logika filsafat.

4- Nah, kekokohan yang kalau seseorang mendapatkannya berarti telah diberi kebaikan yang banyak dimana baik dan banyaknya ini fersi Allah sendiri dan bukan kita atau siapapun, dimana berarti sangat hebat dan tidak terbayang oleh kita lantaran jangankan banyaknya menurut Tuhan sedikitnya menurutNya saja sudah tidak terhitung bagi kita, adalah kekokohan argumentasi, baik dalam akidah, fiqih dan semacamnya yang menyangkut kehidupan. Tapi yang paling dimaksudkan itu adalah argumentasi agama yang meliputi akidah, fiqih dan ilmu-ilmu lainnya tapi tanpa meninggalkan keduanya.

5- Kalau ditanya mengapa menjadi kebaikan yang banyak? Jawabannya atau setidaknya rabaannya adalah karena kekohohan pandangannya disertai dengan dalil dan pengertian, tidak ortodoks (fanatik buta) sekalipun bergaya hidup modern dan ilmiah. Ciri fanatik atau tidak adalah punya tidaknya argumentasi yang kokoh dan terus-menerus menantang secara sopan dan terbuka kepada khalayak ramai (karena ingin mencari kebenaran). Kalau tidak, misalnya bersandar pada ustadznya atau profesornya dan semacamnya, maka dia taklid buta walau mendakwa punya seribu mata.

6- Tentu dalil itu macam-macam sesuai tingkatan ilmu dan pendidikan masing-masing orang. Tapi yang jelas, semakin tinggi maka semakin kebaikan yang diraihnya. Misalnya, dalil dalam akidah adalah akal. Dalil dalam fiqih dibagi dua, kalau mujtahid maka dalilnya Qur an dan Hadits tapi kalau bukan mujtahid dalilnya adalah fatwa mujtahid (seperti kesehatan dimana dokter yang berdalil dengan ilmu kedokteran tapi pasien berdalil dengan omongan dokternya).

7- Dari semua penjelasan di atas maka dapat dirabakan bahwa hikmah yang dimaksud secara meyakinkan adalah argumentasi dalam ilmu agama dan setelah itu secara kemungkinan juga argumentasi tentang ilmu selain agama yang dihalalkan agama dengan syarat tidak meninggalkan ilmu agama walau di takat atau di takaran minimalnya asal tidak sampai ke derajat minusnya.

Ammar Dalil Syukran ustadz.. dari pnjelasan yg ustad sampaikn dptkah saya pahami bhw dg slalu berargumen / brdalil secara benar, mk pintu kebaikan trbuka lebar stiap saat. hingga tak ada alasan lg untk bramal buruk, kecuali saat melemahnya argumen dikarenakn ketidak tahuan/kebodohan.. mohon pencerahanya lg ustadz.. Syukran wa Jazakumullah khaeron katsir..

Sinar Agama Ammar Dalil, tidak sepenuhnya seperti itu. Ilmu dan amal itu bisa terpisahkan secara umumnya. Karena itu banyak yang tahu tapi tidak diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan itu secara hakikinya memang bukan ilmu sekalipun merupakan kebaikan yang luar biasa dan mencarinya mendapatkan pahala yang tiada bisa dibanding dengan ibadah-ibadah lainnya. Akan tetapi itu tadi, kalau belum diamalkan belum mencapai ilmu hakiki menurut imam Ali as sebagaiman kata-kata beliau as yang sangat terkenal yang berbunyi:

"Ilmu tanpa amal, bukanlah ilmu."

Hal itu karena ilmu ada dua sebagaimana sudah sering dijelaskan:

a- Ilmu tentang obyek hakikatnya seperti tahu Tuhan itu Satu, Muhammad saww itu nabi, 12 imam as itu imam yang wajib ditaati, shalat itu wajib, babi itu haram, racun itu membunuh dan seterusnya dari ilmu-ilmu agama dan dunia.

b- Ilmu tentang konsekuensinya. Seperti mengimani dan menaati Allah sebagai konsekuensi dari ilmu tentang obyek Tuhan itu Satu. Begitu pula yang lainnya seperti mengimani dan menaati Nabi saww dan Imam Makshum as, melakukan shalat, meninggalkan babi dan racun.

Ammar Dalil Akhsantum.. dan yg ana maksudkn dg trbuka lebar pintu kebaikan setiap saat, krn ana melihat mahluk yg satu ini yakni argumen ini seperti mata tajam yg mampu menembus dinding tebal, tentunya argumen yg tepat. Selanjunya tinggal mau masuk atau tidak..
dan untk bs masuk srta mengamalkanya tentu dg rahmat dan taufiq dari Allah Swt pula.. Afwan Ustadz.




0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.