Monday, July 18, 2016

on Leave a Comment

Yang saya tahu Taqiah itu hukumnya ada wajib, boleh dan dilarang benarkah? Mohon penjelasan mengenai Qarin yang menyertai manusia?

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/953565288090262

salam usd.semoga dalam keadaan sehat. Maaf mau bertanya,
1.Dari seorang sy mendapat informasi kalau hukum taqiah itu ada yang bersifat wajib, ada yang boleh, dan ada yang dilarang. Benarkah seperti itu? Kalau benar bagaimana kita menerapkannya(kapan wajib dan kapan boleh)?
2.Yang sy tahu ada qarin yang menyertai manusia yaitu malakat dan syaitan. a. Apakah yang dimaksud syaitan disini adalah dr golongan jin yang mengajak pd dosa?
B. Apakah setiap manusia(para nabi dan manusia biasa) mempunyai qarin jin pendosan
C. Apakah manusia dari baru lahir sudah ada qarin syaitannya?
D. Apakah jin bisa menyakiti manussia secara fisik? Misal membunuh atau mendorong dan menendang
Trims
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- :

a- Sepertinya wajib itu tidak ada kecuali benar-benar diperintah oleh Makshumin as secara langsung pada obyeknya langsung dan dikatakan dengan jelas sebagai wajib tanpa pilihan. Tapi kalau hanya perintah saja, maka hal ini masih bisa dikondisikan/diqarinahi oleh perintah atau larangan yang lain yang juga datang dari Makshumin as.

Bisa juga diperkirakan wajib kalau taqiah diri kita akan menyebabkan keselamatan orang lain dari pembunuhan atau pemerkosaan.

b- Yang boleh itu seperti yang memberikan mudharat hanya pada diri sendiri. Mudharat yang dimaksud adalah pembunuhan, pemerkosaan, pemukulan dan perampasan harta kehidupan.

c- Yang tidak boleh itu seperti diamnya ulama ketika melihat kesalahan pada umat. Karena itulah saya selalu tidak taqiah dalam hal-hal ini, seperti tentang mega merah walau dunia menentangnya karena saya juga ikut meru'yat dan juga menyaksikan ru'yat orang alim dan adil lainnya. Memang saya belum tentu dimasukkan ke golongan alim dalam pandangan Tuhan walaupun sudah belajar puluhan tahun tanpa henti (karena alim secara hakiki itu tidak ditentukan hanya dari lamanya belajar dan dari lulusnya semua pelajaran yang dipelajari), akan tetapi saya mengambil sikap kehati-hatian (ihtiyath).

2- Ini saya nukilkan diskusi tahun 2012:

305. Qooriin atau Pendamping Manusia Dalam Qur an, seri tanya jawab Sarah Ba'alwy dengan Sinar Agama
https://www.facebook.com/.../qooriin-atau.../424700927540461

by Sinar Agama (Notes) on Monday, April 30, 2012 at 11:21am
Bismillaah: Qooriin atau Pendamping Manusia Dalam Qur an

Sarah Ba'alwy: Salam, pak ustadz, mohon penjelasannya tentang arti kata 'qorin' pada surah Al Qaf ayat 27 - 28. Pada terjemahan DEPAG, qorin di situ menunjuk kepada setan, tapi pada konteks kalimat tersurat penyangkalan 'qorin' akan tuduhan ia sebagai 'penyesat' Bila qorin itu setan, apa ada setan yang tidak 'nyeleneh' tidak mau menyesatkan manusia? Kemudian pada ayat 28 nya tersurat bahwa ALLAH memerintahkan untuk janganlah 'kamu' bertengkar dhadapanKU..siapakah yang dimaksud dengann 'kamu' itu? Syukron untuk penjelasannya.,afwan...

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Qarin manusia itu adalah yang selalu menyertai dan menemaninya di dunia. Qarin ini ada cua macam: Malaikat dan juga Syaithan.

(2). Malaikat yang selalu menyertai manusia, adalah malaikat yang mencatat amal-amalnya, sedang Syaithan adalah yang membisikinya kepada jalan sesat.

(3). Di ayat 23, yakni sebelum yang antum tanyakan itu, Allah juga menyebut Qariin ini:

"Berkata Qariinnya -manunia: 'Inilah kitab amal yang tersedia padaku."

Karena itu, ketika orang sudah melihat semua amal-amal keburukannya, dalam contoh ayat ini, maka Allah berfiman pada kedua Malaikat pencatat amal tersebut:

"Lemparkanlah oleh kalian berdua -malaikat pencatat amal- ke dalam jahannam semua pengingkar -kafir- dan keras kepala!"

(4). Kemudian ayat-ayat itu meneruskan penjelasannya sampai pada ayat ke 27 yang antum tanyakan itu, yaitu Qariin yang mengingkari bahwa ia telah menyesatkannya:

"Qariinnya berkata: 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh."

Nah, Qariin ini adalah yang ke dua dari yang selalu menyertai manusia, yaitu Syaithan.

(5). Maksud pengingkaran Syaithan ini, bukan tidak mengajak manusia sama sekali, akan tetapi mau mengatakan bahwa perbuatan manusia itu ditentukan pilihannya sendiri. Artinya, memang manusia ini sendiri yang memilih jalan itu dan Syaitan tidak memiliki kuasa apapun terhadap pilihannya tersebut.

Pahaman seperti ini ada di ayat lain, QS: Ibrahiim: 22:

وما كان لي عليكم من سلطان إلاّ أن دعوتكم فاستجبتم لي فلا تلوموني ولوموا أنفسكم

"Tidaklah aku memiliki kekuasaan atas kalian -manusia-manusia. Aku hanya mengajak kalian dan kalian menerima ajakanku. Karena itu, jangan salahkan aku akan tetapi salahkan diri kalian sendiri."

Dengan demikian, maksud syaithan pada ayat yang antum tanyakan itu adalah, bahwa manusia yang sesat itu, sebenarnya sesat karena kecenderungan dan pilihannya sendiri. Coba dari awal tidak cenderung dan tidak memilih sesat/dosa, maka biar diajak seperti apapun, ia tidak akan sesat dan tidak akan melakukan dosa.

Jadi, syaithan tidak mau ikutan campur atas kesesatan manusia-manusia itu. Karena semua itu merupakan dosa-dosa manusia itu sendiri yang disebabkan kecenderungan dan pilihannya sendiri.
Karena itulah, karena manusia pendosa -kafir- itu dan syaithan yang dari awal sudah kafir dan ingkar serta keras kepala ini, sama-sama bermaksiat pada Allah, maka kedua golongan ini, sama-sama mendapat siksa dari Allah sebagaimana tetah difirmankan, QS: Shaad: 85:

لأملأنّ جهنّم منك وممّن تبعك منهم أجمعين

"Aku sungguh-sungguh akan memenuhi jahannam denganmu -syaithan- dan dengan orang-orang yang mengikutimu."

Yakni yang mengikuti langkahmu dengan kecenderungan dan pilihannya sendiri.

Pesan:

1- Dengan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa syaithan sama sekali tidak memiliki kekuatan apapun pada kita.

2- Kekuatan syaithan hanya membisiki, bukan menyeret-nyeret kita.

3- Semua kesalahan kita karena kita sendiri, bukan syaithan.

4- Karena itu, jangan suka berapologi dan mencari-cari alasan untuk kesalahan-kesalahan kita karena hal itu akan meringankan diri kita sendiri dan akan membuat kita ringan mengulanginya.

5- Seperti yang saya sering katakan, bahwa bisikan syaithan itu di batin kita, bukan di telinga kita. Karena itu bisikan tersebut akan terasa sebagai suara hati dan keinginan kita sendiri. Karena itu, untuk menangkalnya, baik kehendak buruk itu datang dari diri kita sendiri atau bisikan syaithan, maka katakan saja pada diri kita bahwa setiap kehendak kita yang buruk ini, adalah bisikan syaithan. Karena kita sulit membedakan keduanya. Akan tetapi, kesimpulan pernyataan itu, menghasilkan hasil yang sama, yaitu tidak mengikuti kehendak yang buruk tersebut. Karena baik dari diri kita atau dari syaithan, menuruti kehendak yang buruk, tetap merupakan dosa.

Wassalam.

Khommar Rudin: Allah humma shalli alla Muhammad wa aali Muhammad ,..Allah humma shalli alla Muhammad wa aali Muhammad,..Allah humma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad wa ajjil farajahum.

Sarah Ba'alwy: Syukron jazakallah pak ustadz, penjelasannya gamblang, semoga ALLAH melimpahkan karunia usia yang panjang yang diliputi kesehatan yang berkah,ilmu yang terus bermanfaat dan curahan syafaat yang tak putus dari Rasul dan Ahlul Baytnya...
Wassalam.
SukaBalas12 Juni pukul 11:32

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.