Sunday, July 31, 2016

on Leave a Comment

Mengapa orang yang sudah meninggal meminta dikembalikan ke dunia untuk BERSEDEKAH?

Link : https://web.facebook.com/sinaragama/posts/961242143989243

Ali Asytari ke Sinar Agama
14 Juni
Salam ustad....
Dlm qs almunafiqun 10.
"wahai Tuhanku,seandainya Engkau berkenan menunda(kematian)ku sedikit waktu lg,mk aku dapat bersedekah"
pertanyaannya:
1.apakah semua manusia akan menyesal dn minta di kembalikan lg kedunia untuk beramal..?
2.knapa bisa terjadi permintaan pengembalian kedunia...?
3.mengapa pd ayat ini di sang mayit ingin bersedekah...bkn ingin solat....puasa..dll.
Mohon penjelasannya ustad....
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Ali Asytari Tambahan ustad...
4.sy pernah sakit hampir mati.lalu sy jg bermohon pd Allah agar di sehatkan dn akan kembali berbuat baik.
Mohon ustad bimbingannya pd keadaan aku yg mengalami permintaan ingin kembali berbuat baik.krn aku jd takut klw2 aku berbuat dosa.krn sdh berjanji pd Allah akan berbuat baik.
Tolong ustad nasehat2 dan bimbingannya dan doanya ustad jangan sampai aku berbuat dosa sekecil apapun krn aku sdh berjanji pd saat aku sakit parah hampir sekarat itu ustad.

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Secara lahiriah tidak semua orang, melainkan orang-orang yang bakhil tidak menggunakan hartanya di jalan Allah, baik yang wajib atau yang sunnah.

2- Karena mau menggunakan semua hartanya di jalan Allah swt, baik wajib atau sunnah yang tidak ia lakukan sebelum datangnya kematian.

3- Itu salah satu contoh kehidupan. Yakni sedang menyorot harta. Jadi, HANYA dalam masalah harta ini masalahnya seperti itu. Artinya kalau tidak digunakan di jalan Allah swt, baik wajib atau sunnah, maka akan menyesal dan akan meminta untuk ditunda umurnya walau sangat sedikit.

Sedang kalau mau menfokus seluruh kehitupan, maka sudah pasti kalau tidak shalat dan/atau shalat nya tidak benar, tidak puasa dan/atau puasanya tidak benar, maka ia akan meminta juga untuk dipanjangkan umurnya walau sedikit untuk menutupi semua kekurangannya itu.

4- Tidak ada nasihat yang lebih baik untuk mempelajari fiqih dengan benar dan mengamalkannya dengan benar serta ikhlash. Belajar fiqih akan tahu haram dan halal, wajib dan sunnah serta mubah. Berbuat baik adalah menaati fiqih. Ini yang paling baiknya kebaikan. Tentu setelah akidah dimana rata-rata kita sudah beriman. Kalau imannya belum kuat, maka harus berbarengan dengan sambil memperkuat iman dan ilmu-ilmu keimanannya.

Kalau antum sekarang masih malas belajar fiqih (dimana hukumnya adalah dosa kalau tidak mempelajari apa-apa yang tidak diketahui dari amal-amal keseharian baik pribadi, keluarga, sosial, budaya, politik dan lain-lainnya), atau tahu fiqih tapi melanggarnya, maka bisa saja mendapat dosa dua kali. Pertama karena dosa itu sendiri dan ke dua karena mengingkari janji kepada Allah. Karena itu, mesti lebih giat belajar sesuai dengan kewajiban-kewajibannya. Dan yang di luar kadar wajibnya itu, maka hukumnya tetap sunnah sekalipun hal itu tetep merupakan kebaikan.

Jadi, janji berbuat baik yang antum maksudkan itu kalau ditafsirkan dengan kacamata agama, maka setidaknya melakukan minimal kebaikan, yaitu belajar yang wajib-wajib dan haram-haramnya, mengamalkan yang wajib-wajib dan meninggalkan yang haram-haramnya. Sedang belajar yang masalah-masalah sunnah dan makruh, dan begitu pula pengamalan keduanya, tetap tidak wajib sekalipun hal itu termasuk kebaikan. Kasarnya dua yang terakhir ini, bisa dikatakan tidak masuk dalam janji antum.

Tapi kalau niat antum berbuat kebaikan itu sudah terfokus, maka yang wajib dilakukan karena janji antum itu adalah kebaikan yang antum fokus itu. Sedangkan kebaikan wajib lainnya atau kebaikan meninggalkan haram lainnya, tidak termasuk kewajiban karena janji, melainkan karena memang pada dasarnya agama telah mewajibkan yang wajib dan mengharamkan yang haram.

Ali Asytari Lalu ustad.....apakah sy salah at memberatkan diri dg janji itu......???

Sinar Agama Ali Asytari, kalau antum mau taqwa secara serius, sudah pasti tidak memberatkan diri. Mengapa taat kepada Allah itu menjadi hal yang berat sementara agama itu adalah mudah dan demi kemudahan kita manusia?

Perasaan berat dan kehantuan itu hanyalah nyanyian hawa nafsu dan syaithan yang suka menakut-nakuti terhadap kebaikan, taqwa dan surga serta ampunan Tuhan. Masak iya kita mau takut (setelah ditakut-takuti syaithan itu) pada yang semestinya kita cari dan dambakan?

Sinar Agama Kasarnya, taat saja dan titik. Yakni tidak usah pikir lagi bahwa antum masih akan mencari peluang untuk maksiat dan tidak taat.

Hal seperti ini, tidak perlu janji. Karena pencinta Tuhan yang hakiki, sangat menggebukannya/menginginkannya/

Ali Asytari Ok ustad......
Benar sekali ustad.knapa kita harus takut bertaqwa...?
Mungkin sj awalnya berat krn terbiasa dg dosa.

Terimaksih pencerahan...bimbingan dn nasehatnya.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.