Sunday, July 31, 2016

on Leave a Comment

Penjelasan mengenai Tauhid Dzat dan Tauhid Sifat, serta penjelasan Khutbah Imam Ali as "Kesempurnaan kesucianNya adalah menolak sifat-sifatNya".

Link : https://web.facebook.com/andika.yudhistira.505/posts/1175439025852755

Andika
17 Juni
Salam Ustad,
Saya sudah membaca kembali catatan ustad “Pokok-pokok dan Ringkasan ajaran Syiah” bolak-balik dan berulang, dan yang saya fahami adalah bahwa Syiah meyakini adanya Tuhan yang tidak terbatas yang telah menciptakan alam ini. Karena ketidak terbatasanNya itu Dia selalu ada, tidak pernah bermula dan tidak pernah berakhir. karena ketidak terbatasanNya maka Dia tidak dibatasi ruang dan waktu, maka semua sifat yang di nisbatkan kepadaNya berupa materi, fisik, jasad, rupa, warna dan bentuk bendawi lainnya atau Allah dapat dilihat di dunia maupun diakherat nanti harus dinafikan karena semuanya adalah keterbatasan dan tidak cocok dengan kesempurnaanNya sehingga akan membuatNya menjadi terbatas. Dimana kalau terbatas berarti ada awal dan ada akhir, sebelumnya tidak ada, kalau sebelumnya tidak ada berarti dia diciptakan dan kalau diciptakan berarti bukan tuhan.
Sifat-sifatNya dan AsmaNya adalah cara Tuhan mengenalkan diriNya kepada Mahluk. dan Sifat-sifat itu adalah pemahaman kita tentang Dia dimana Apapun yang kita fahami tentang Dia adalah Mahluk yang diciptakan oleh akal kita yang terbatas dan sama sekali bukan Dia yang sesungguhnya, inilah yang dimaksud dengan Surat Tauhid : Tidak ada sesuatupun yang menyamaiNya. Hal ini karena tuhan tidak terbatas. Sedangkan akal adalah terbatas, yang terbatas tidak mungkin mencapai yang tidak terbatas. Karena keduanya akan saling membatasi yang berarti keduanya terbatas dan keduanya bukan tuhan.
Di Ahlus Sunnah ada Sifat 20 dan 99 Asmaul Husna yang bisa dikatakan wajib untuk difahami. Begitu juga di Syiah ada 1001 Asma Allah dan sifat-sifat Allah, yang teridiri dari Sifat Dzat (Sifat tidak terbatas) dan Sifat Perbuatan (Sifat terbatas). Dikatakan sifat terbatas karena sifat ini ada karena dihubungkan dengan adanya mahluk. Memahami sifat ini adalah dengan mengembalikannya kepada sifat Azalinya yaitu sifat Dzat dimana meskipun tidak ada mahluk, Allah Maha Kuasa dan Maha Mampu untuk berbuat apa saja. Dengan demikian sifat Dzat maupun Sifat Perbuatan adalah hakikat yang sama.
Isykal :
1. Mohon koreksi jika pemahaman saya salah
2. Menurut saya memahami sifat-sifat ini adalah jalan untuk mengenalNya. Saya menganggap bahwa Sifat2Nya ini adalah sisi-sisiNya (sudut pandang kita terhadapNya) Bahwa Allah Maha sempurna dari sisi KuasaNya, maha Hidup, tak pernah berawal, hidup kekal dan tak pernah berakhir dari sisi HayyuNya. Apakah pemahaman saya ini berarti MembagiNya?
3. Mohon penjelasan kembali mengenai “Sifat-sifatNya adalah hakikat yang sama”.
4. Mohon penjelasan mengenai Khutbah 1, Imam Ali bin Abi Thalib a.s. dalam kitab Nahjul Balaghah berikut ini. Apa yang dimaksud kata Mengakui sifat-sifatNya berarti telah MenduakanNya:
“…... Pangkal agama (ad-Din) adalah makrifat (pengetahuan) tentang Dia, kesempurnaan makrifat tentang Dia adalah membenarkanNya, kesempurnaan membenarkanNya adalah mempercayai keesaanNya, kesempurnaan iman akan keesaanNya adalah memandang Dia suci, dan kesempurnaan kesucianNya adalah menolak sifat-sifatNya, karena setiap sifat merupakan bukti bahwa (sifat) itu berbeda dengan apa yang disifatkan, dan setiap sesuatu yang disifatkan berbeda dengan sifat itu sendiri. Maka barang siapa melekatkan suatu sifat kepada Allah (berarti) dia telah mengakui keserupaanNya, dan barang siapa mengakui keserupaanNya maka dia menduakanNya…… “
Trims Ustad Sinar Agama
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Santoso Taslim Mudah mudahan bener,klu ada yang kurang aku nyimak salam

Ki Agengkai · Berteman dengan Tan Malana
Logikanya tidak benar. Atau mungkin cara berfikir Anda begitu.

Oncex Suhud Superrrr,,,!!!!

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

Catatan sebelum jawaban:
Isykal itu mempermasalahkan atau memproblemkan. Karena itu tidak cocok kalau diberi judul isykal tapi isinya pertanyaan. Isykal itu adalah gugatan, problem dan semacamnya.

1- Sudah benar ahsantum. Satu saja yang paling akhir yang memberikan keraguan, yaitu tentang kesaman Sifat Perbutan dan Sifat Dzat yang dikatakan sebagai sama. Yang benar adalah bahwa Sifat Perbuatan itu tidak sama dengan Sifat Dzat, karena yang terbatas bagaimana mungkin bisa sama dengan yang tidak terbatas dan azali? Jadi, yang benar adalah bahwa Sifat Perbuatan itu tidak ada dalam kenyataannya dan mesti dikembalikan ke Sifat Dzat, seperti Kuasa. Jadi, sifat Mencipta, Mengampuni, Memberi HIdayah, Memberi Rejeki, Menyembuhkan, Menolong, Memberi Pahala, Menyiksa, Menyelamatkan, dan seterusnya dari sifat-sifat perbuatan itu, adanya hanya dalam pahaman dan tidak ada pada hakikat nyatanya. Tapi ketidakadaan ini bukan kenihilan, melainkan mesti diganti wajah dan rupanya, yaitu sebagai sifat Kuasa. Jadi, yang ada adalah sifat Kuasa dimana sifat ini tidak terbatas dan azali. Nah, sifat Kuasa inilah yang mejadi sumber dari semua sifat perbuatan itu.

2- Tidak salah, tapi mesti diiringi dengan keyakinan Allahu Akbar, yakni Allah Lebih Besar. Artinya lebih besar dari apa yang kita pahami tentangNya, baik memahami melaui DzatNya atau Sifat-sifatNya.

3- Kalau kita sudah paham bahwa sifat Tuhan itu tidak terbatas, seperti sifat Hidup, Ada, Kuasa, Ilmu (pada DiriNya bukan ilmu pada makhluk dimana pasti terbatas), Berdiri Sendiri, Qadim, Azali, Abadi, maka kita dapat memahami bahwa semua itu hakikat yang satu dan sama. Sebab kalau saling berbeda, maka sudah pasti saling membatasi. Mana ada yang tidak terbatas itu bisa terwujud pada dua atau lebih obyek yang berbeda? Kalau ada berarti sama-sama terbatas karena keduanya atau masing-masingnya akan saling membatasi.

Kalau kita sudah paham bahwa semua Sifat Dzat itu pada hakikatnya adalah satu, maka Sifat Dzat dan DzatNya itu sendiri, juga pasti satu. Karena kalau keduanya saling berbeda, maka akan saling membatasi. Yakni Dzat dibatasi Sifat dan begitu pula sebaliknya. Jadi, keduanya adalah hakikat yang sama.

Dalil lain: Kalau tidak sama, berarti DzatNya bukan SifatNya. Kalau demikian, maka dari mana datangnya SifatNya itu? Kalau dari DzatNya, berarti DzatNya sudah punya sebelum membuat SifatNya. Karena yang tak punya tak mungkin memberi. Lalu buat apa punya Sifat, lalu mencipta Sifat sebelum kemudian memakainya.

Kalau Sifat itu dari selain DzatNya, berarti ada tuhan selain Dia. Hal ini sudah tertolak di argument keEsaanNya.

Dengan demikian, maka SifatNya itu pada hakikatnya tidak lain selain DzatNya itu sendiri, bukan kesatuan dari keduanya, melainkan benar-benar satu dan sama.

4- Kalau fokus antum pada khothbah Nahju al-Balaghah itu adalah di masalah sifat dan dzat, maka sudah dijelaskan di atas. Kesimpulannya:

a- Kita tidak boleh mensifatiNya dengan sifat Dzat kalau diterbedakan atau dibedakan dari/dengan DzatNya. Ini kalau Sifat Dzat. Jadi, cara pensifatanNya yang boleh adalah dengan cara, di samping mensifatiNya dengan Sifat Dzat, juga mengiringinya dengan keyakinan pada Allahu AkbarNya, yakni Allah lebih besar dari yang kita tahu dan kita sifati dengan Sifat Dzat itu dan juga diyakini bahwa Sifat DzatNya itu tidak terbatas hingga sebenarnya semua Sifat Dzat itu tidak lain kecuali hakikat DzatNya.

b- Kita tidak boleh mensifatiNya dengan Sifat Perbuatan yang tidak diiringi dengan keyakinan sebagai kembali ke Sifat Dzat dan pada akhirnya kembali ke Dzat sebagaiman sudah dijelaskan di atas. Wassalam,


Andika Salam ustad, mengenai kata esykal selama ini ustad sering menggunakannya seperti kata "sikit" jadi saya fikir itu bahasa malaysia. Yang suka gabungan bahasa Indonesia sama bahasa Ingris. Yang berarti pertanyaan.. afwan.

Jadi Sifat Dzat yang banyak itu adalah satu ya ustad. Dan Sifat Dzat dan DzatNya juga adalah satu dengan dalil ketidak terbatasannya itu.


Andika Dan karena Dia tidak terbatas maka Dia adalah Dia.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tanyakan mengenai bagaimana menerapkan keyakinan ini dalam kehidupan sehari-hari. Tapi saya masih belum dapat bentuk pertanyaannya.


Sinar Agama Andika, pemahaman antum sudah benar dan sudah banyak saya sisipi jurus-jurus untuk dipakai dalam kehidupan seperti Allahu Akbar itu.

Tapi ingat, sering kita mau memuja dan memuji Tuhan, tapi pada obyek yang hanya kita yang mengiranya benar padahal tidak benar adanya. Karena itu, mesti berhati-hati dan banyak ilmu untuk menerapkannya secara lebih meyakinkan.

SukaBalas319 Juni pukul 0:13

Andika Baik ustad.. Allahu Akbar sdh pasti karena akal tidak akan mampu menjangkauNya tetapi disatu sisi juga tidak akan membantah kesempurnaanNya.. Syukron akan saya tanyakan lagi jika ada pertanyaan lanjutan. Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad.
SukaBalas219 Juni pukul 5:12

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.