Saturday, December 24, 2016

on Leave a Comment

Mohon penjelasan mengenai alam akherat? apakah ada pengajian atau doa bersama? Apakah ada teknologi modern seperti di film2 hollyword?

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1091983680915088


Salam. Semoga Ustadz selalu berada di dalam rahmat dan rida-Nya. Afwan ustadz, ada beberapa pertanyaan yang ingin diajukan. Seperti biasa sebagian masih kelanjutan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.
1. Ustadz, antum kan sudah menjawab pertanyaan yang harus konfirmasi dulu ke kantor rahbar yang soal transaksi seperti jual emas kredit itu padahal sebenarnya ada yang mau minjem uang ke dia. Dan jawaban kantor Rahbar itu ga boleh sama saja dengan riba. Yang ingin ana tanyakan kalau sudah telanjur bagaimana? Artinya, uang itu udah dipakai dan habis. Apakah dia punya kewajiban membayar sesuai perjanjian yaitu 4 x Rp375.000 = Rp1.500.000 padahal uang yang dia dapat kan cuma 1 juta bahkan kurang karena dipotong biaya administrasi? Tapi, kalau tidak, pasti orang yang dipinjaminnya itu tidak akan terima dan bisa-bisa nyuruh debt collector atau malah lapor polisi. Gimana ustadz menurut hukum Islam?
2. Kalau kita berpikir bahwa seseorang yang kita kenal yang baru meninggal itu pasti sedang disiksa di alam kuburnya. Karena kita tahu semasa hidupnya dia seorang syiah yang tidak melaksanakan fiqih dengan konsisten. Masih banyak salat yang belum diqadha dsb. Bolehkah kita berpikir seperti itu Ustadz?
3. Kalau alam kubur itu dari beberapa yang pernah saya baca termasuk juga dari penjelasan antum kok beda-beda ya ustadz. Kalau menurut antum kan siksanya itu ditimbulkan oleh penyesalan karena kita sudah tahu hakikat akan masuk surga atau neraka. Nah, misalnya yang suka ghibah dia sampai menarik-narik mulutnya karena menyesalnya itu. Kalau saya pernah baca juga jadi kalau kaum mukminin itu di sana ada komunitasnya ketemu lagi sesama mukminin dan di sana seperti baca doa dan zikir bersama. Itu kan baru dari kalangan syiah sendiri belum kalau dari ulama suni atau dari kristen dalam menceritakan alam kubur versi mereka masing-masing. Sebenarnya apa sebenarnya penyebabnya sehingga bisa beda-beda seperti itu Ustadz?
4. Ustadz, apakah di alam surga itu ada yang seperti di film2 hollywood yang bertema futuristik kaya teknologi yang serba canggih gitu atau karena semuanya sudah ada jadi tidak perlu yang namanya teknologi?
5. Ustadz, antum pernah menjelaskan kalau di alam kubur atau ketika sakaratul maut itu orang Syiah akan ditemani oleh maksumin. Berapa lama mereka itu ditemani? Apakah cuma sebentar saja atau selamanya? Sewaktu malaikat yang bertugas menanyai si mayat itu datang, apakah maksumin masih menemani?
6. Ketika kita bersedekah karena Allah tapi ada niat lain yaitu agar dimudahkan segala urusan kita. Apakah boleh niat seperti itu?
7. Kenapa kok ashabul kahfi itu sudah tau kondisi umat kristen seperti itu termasuk keturunannya juga kan berarti. Tidak ada keinginan untuk berdakwah memperbaiki kondisi umat kristen dan mengembalikan mereka ke ajaran kristen yang sesungguhnya yang dibawa nabi Isa as malah minta untuk meninggal. Ini kan seperti meninggalkan ladang jihad untuk kepentingan mereka sendiri?
Syukron
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Perlu saya tekankan bahwa jual beli kredit itu jelas boleh. Yang tidak boleh adalah yang tadinya niat pinjam lalu berhilah (cari jalan keluar) dengan yang tidak dianggap sah oleh Rahbar hf, yaitu dengan pura-pura jual emas dengan harga sedikit. Ini yang pertama.

Yang ke dua, tentang yang antum tanyakan itu maka jawabannya mudah saja. Rubah saja niatnya dari perjanjian laba kredit menjadi hadiah. Sudah selesai. Bilang ke yang menghutangi bahwa: "Cara hilah tersebut belum bisa dianggap syar'i yang barang kali karena jual belinya hanya main-main saja. Tapi saya akan tetap memberikan lengkap dengan tambahan 500.000-nya sebagai hadiah."

Saya memahami dari fatwa Rahbar hf tentang niat ini, cukup diniatkan sendiri dan tidak perlu dikatakan pada yang memberi hutang. Tapi kalau dikatakan tentu bagus untuk syi'ar dan pasti tidak merusak mu'aamalahnya.

2- Sekali lagi saya katakan bahwa tidak semua pikiran yang ada di benak dan hati atau akal kita itu adalah dari kita sendiri. Seringnya dari syaithan yang kita kita suara hati dan pikiran kita. Karena itu, maka jangan terlalu memusingkan apa-apa yang sering berkecamuk dalam hati dan akal.

Jawaban Soal: Kalau serius dipikirkan, maka memang sangat besar bahwa hal itu pikiran antum sendiri, bukan syaithan lagi walaupun bisa saja awalnya dari syaithan. Nah untuk obeyk pikirannya dimana sekarang adalah tentang diadzabnya orang di alam kubur, maka cara Islamnya adalah:

a- Dari mana kepastian disiksanya. Artinya, kepastian bahwa yang kita ketahui secara lahiriah itu adalah sebab pasti dan satu-satunya bagi akibat yagn sedang kita pikirkan (adzab)? Tidakkah sebab akibat itu banyak sekali terhadap adzab dan ampunan yang kita tidak tahu?

b- Kalau hanya memungkinkan maka tidak dilarang. Yang dilarang adalah memastikannya tanpa mendengar bukti seperti mendengar dari Makshum as atau malaikat Jibril as atau Allah swt langsung.

c- Sekalipun pemungkinannya tidak dilarang, akan tetapi tidak berhak mengatakannya kepada orang lain. Islam melarang hal tersebut. Beda dengan Wahabi yang jangankah urusan dunia dan hati dan kedudukan iman dan kafirnya manusia, alam kubur dan akhiratpun dianggap milik mereka sendiri dan memastikan bahwa Allah akan berbuat seperti yang mereka ketahui dan yakini, yakni mentauhidkan dan mensurgakan orang yang memiliki keimanan dan amal fiqih seperti mereka dan mensyirikkan, mengkafirkan, mebid'ahkan dan menerakan yang sebaliknya.

d- Dari pemungkinan itu dapat diambil pelajaran, seperti:

d-1- Mendoakan yang dikira tersiksa itu.

d-2- Berlindung kepada Allah dari perbuatannya.

d-3- Tidak melakukan seperti yang dikiranya itu.

d-4- Selalu mawas diri beramal fiqih yang benar dan ikhlash.

d-5- Jangan sok memastikan diri bahwa yang kita lakukan sudah pasti cocok lahir batin dan diterima Allah swt. Tapi tidak boleh meyakini tidak diterimaNya. Jangan sok pasti bahwa kita sudah diterimaNya. Itu saja.

d-6- Selalu memelas kepadaNya agar Dia sudi memaafkan kesalahan dan kekurangan kita dan menerima amal taat kita yang tidak seberapa dan belum tentu sudah benar semuanya secara lahir batin itu, dengan sebaik-baik penerimaan, pahala dan ampunanNya.

Sinar Agama .

3- Kalau penjelasan saya sendiri jelas sama di mana saja. Kadang saya hanya mengakatakn siksa kubur, kadang menjelaskan maksud siksa kuburnya. Saya perlu menulis ini sebab bisa dipahami dari tulisan antum bahwa penjelasan saya tentang siksa kubur saling berbeda walau bisa saja dimaknai bahwa penjelasan saya beda dengan yang lainnya. Btw.

Jawaban Soal:
Menurut ana, keberdaan itu disebabkan tidak samanya memahami teks, baik Qur an atau Hadits. Dan beda pemahaman teks ini, SEBAB TERBESARNYA, adalah karena ada yang memahami filsafat dan ada yang tidak.

Saya sewaktu masih berkelana dalam keterombangambingan ilmu-ilmu akidah yang cukup mendasar (tapi bukan ushuluddin), berkelana di alam pemikiran Ilmu Kalam. Dan saya tetap tidak terobati. Bertahun-tahun di hauzah, bertemu dan berdebat dengan guru-guru hebat Ilmu Kalam, tidak bisa mendapatkan ketentraman hati. Selalu yang saya rasakan adalah ancaman dan penekanan, bukan penyelesaian masalah sampai ke akar-akarnya. Intinya Ilmu Kalam saya rasakan sebagai ilmu yang menakut-nakuti. Tentu di selain iman dasar dan yang paling minim dan pokoknya.

Misalnya tentang siksa kubur, hari akhirat, hakikat siksa dan neraka. Jangankan itu, tentang Tuhan sekalipun, kalau sudah masuk ke daerah yang tingginya, Ilmu Kalam sudah mulai main ancaman, seperti ancaman kafir lah, musyrik lah, sesat lah dan semacamnya.

Selesai belajar Ilmu Kalam sapai tuntaspun, saya masih banyak memiliki ganjalan sana sini. Ingat, di tingkatan tingginya dan kalau di tingkatan rendahnya menyangkut hal-hal yang tidak pokok alias bukan ushuuluddin dan juga bukan ranting yang teramat penting. Misalnya tahu hakikat kuburan dan akhirat. Kan tidak terlalu penting. Sebab yang dipentingkan adalah yakin ada alam kubur dan akhirat dan yakin di akhirat ada hisab dan surga serta neraka. Tapi tahu hakikatnya, bagaimana nanti di sana pakai baju atau tidak, makan apa, hakikat shirath itu seperti apa, api neraka itu seperti apa, surga itu seperti apa dan seterusnya, maka hal ini tidak penting dalam keimanan WALAU, kalau mengetahui tentu akan menambah derajat ilmu, iman dan bisa berefek baik pada ketaatan dan ketaqwaan.

Kegundahan inilah yang membuat saya berani menabrak ancaman sesat dan nerakanya Ilmu Kalam hingga menelusuri alam pemikiran filsafat. Inilah yang membuat saya terlambat mempelajari ilmu ijtihad (dalam fiqih dan ushulfiqih) sebagaimana yang saya katakan di mukaddimah buku yang akan diterbitkan.

Ketika saya belajar filsafatpun saya anti banget pada Ilmu Irfan. Karena bagi saya sangat tidak masuk akal, yakni Wahdatu al-Wujud itu. Tapi kebiasaan saya tidak mengejek yang saya tidak tahu dan belum mendengar penjelasannya dari yang ahlinya, walau sekalipun mengejek dalam hati. Karena bagi saya, sekalipun hukumnya lisan dan hati itu beda, tapi dari sisi berakhlak di hadapan Tuhan, keduanya (ejekan lisan dan hati), tidak berbeda.

Akhirnya bertahun-tahun saya belajar filsafat secara serius, dari guru yang paling bawah sampai ke menengah dan sampai ke atas dan sampai belajar pada allaamahnya (suhu of the suhu). Saking rajinnya dan saking diberinya kekuatan oleh Allah swt, maka pelajaran yang mesti diselesaikan dalam 27 tahun, saya selesaikan hanya dalam 10 - 12 tahun saja.

Anehnya dalam pada pembelajaran Filsafat itu, saya tersedot pada Ilmu Irfan. Tapi setelah mendalam belajar filsafatnya. Yakni sudah di kitab-kitab yang super tinggi seperti Asfaaru al-Arbaa'ahnya Mulla Shadra ra. Itupun bukan di awal-awal belajar kitab tersebut.

Akhirnya sayapun tenggelam dalam Ilmu Irfan setelah selesai belajar kitab tertinggi Filsafat. Yang semestinya diselesaikan dalam waktu sekitar 8 tahunan, saya selesaikan dalam waktu sekitar 3 - 4 tahun saja.

Nah, setelah lengkap belajar Filsafat dan Irfan itulah, dan dengan bimbingan para Suhu of the Suhu itulah, maka pandangan saya terhadap Qur an dan Hadits menjadi jauh berbeda. Yang tadinya sana sini masih ada yang tidak terpecahkan disebabkan salah pemahaman, menjadi terpecahkan karena dari dasar pemahamannya sudah dibenahi dengan ilmu alat yang namanya ilmu Filsafat dan Irfan itu. Jadi, kedua ilmu itu, sebagai ilmu alat untuk memahami Qur an dan Hadits sebagaimana ilmu-ilmu alat lainnya, seperti bahasa Arab, sastra Arab, Fiqih, Ushulfiqih, Logika, Rijal, Study Hadits dan lain-lainnya.

Tentu saja, semua penerapan ilmu-ilmu alat ke ayat dan riwayat itu, bukan juga saya karang sendiri. Tapi memang sudah terbimbing oleh Suhu of The Suhu itu setidaknya begitulah yang saya pahami dari pelajaran mereka.

Kesimpulannya: Beda pemahaman teks ayat dan riwayat itu, disebabkan bedanya ilmu alat yang dipakai. Secara global hanya ada tiga golongan: Ada yang memakai semua ilmu alat selain Filsafat dan Irfan; Ada yang memakai semua ilmu alat selain Irfan; Ada yang memakai semua ilmu alat termasuk Irfan.

Sinar Agama .

4- Kalau antum sering membaca tulisan paling faqirnya orang di dunia ini, dan mengingatnya dalam hati, akal dan amal keseharian, maka antum dengan mudah menjawab pertanyaan nomor 4 antum ini. Sebab sudah sering dijelaskan bahwa surga-neraka itu bukan alam materi, tapi Barzakhi. Lah, kalau sudah barzakhi maka ruang dan waktu sudah tidak berarti lagi. Kalau ruang dan waktu sudah tidak berarti lalu buat apa teknologi.

Kalau orang barat membuat film-film seperti yang antum katakan itu, hal itu karena mereka Materialis, yakni tidak percaya non materi. Karena itulah menakwil ruh dengan ini dan itu, menakwil kiamat dengan ini dan itu (black hole), menakwil keakhiratan dengan ini dan itu, menakwil mimpi dan mukjizat dengan ini dan itu, dan seterusnya.

Kalau dulu dunia ini dipenuhi dengan film-film yang mewakili anti non material yang disebut modern atau modernism, tapi sekarang sudah banyak film-film yang mewakili post modernism yaitu jaman yang sudah mulai percaya pada adanya non materi walau masih belum bisa diilmiahkan (meminjam istilah mereka, yakni belum bisa dilaboratoriumkan). Film Matrix bisa dikatakan awal film postmodernism yang diluncurkan ke dunia modern. Tapi apapun itu, tidak lain hanyalah kebuntuan mereka menghadapi hakikat keberadaan lantaran mereka dari sejak abad pertengahan sudah menjauhi filsafat, yakni sejak masuknya awal-awal jaman yang dikatakan modernisme itu.

Karena itu, kalau tidak mengerti Islam, filsafat dan Irfan, lalu lihat film-film seperti itu, maka tidak akan menambah apapun selain kebingungan dan bahkan kesesatan terutama kalau disertai pembenaran pada film yang dilihatnya.

Sebelum ajal menjemput kita, maka ada baiknya kalau agama ini dipelajari secara serius dan pantang lelah apalagi bosan. Sebab dunia ini sudah dipenuhi dengan kepalsuan, baik yang atas nama Qur an dan Hadits, atau yang terang-terangan menentang keduanya. Qur an-Hadits yang sesungguhnya dilupakan umat hanya karena kebutuhan dunia yang sangat sementara ini. Karena itulah, pelajari keduanya dengan baik, dengan merujuk pada ulama yang ulama, bukan yang lainnya.

5- Seperti yang sudah saya katakan bahwa kalau sudah mati, seperti alam kubur dan akhirat, maka sudah bukan alam materi lagi, melainkan barzakhi. Yakni non materi tapi masih memiliki sifat-sifat materi di selain panjang, lebar dan tebalnya yang biasa disebut dengan volume. Karena itu, sudah tidak berlaku lagi pertanyaan "Berapa lama", karena lama merupakan volume waktu.

Yang diterangkan dalam hadits bahwa kedatangan mereka as itu untuk membantu meringankan umat menghadapi maut dan keterkejutannya ketika masuk alam kubur untuk pertama kalinya. Mengurangi beban di kedua hal itu, dengan syafaat mereka as, adalah salah satu tekanan yang menonjol di dalam hatisnya. Selain itu, maka kita serahkan kepada Allah swt. Semoga kita semua memang layak dikunjungi mereka as di kedua keadaan tersebut sesuai yang dijanjikan mereka as sendiri, amin.

6- Boleh, tapi mungkin akan mengurangi pahalanya. Tapi saya yakin pahalanya tidak hilang seluruhnya sebab meminta kepada Allah swt juga berpahala. Apalagi bertawassul dengan sedekah yang memang dianjurkan agama. Tapi sering-seringlah juga bersedekah hanya dan hanya karena Allah sekalipun harus masuk ke alam bencana yang sangat dakhsyat sekalipun. Semoga kita dijauhkanNya dari ujian yang tidak bisa kita pikul, amin. Ingat, bersedekah karena Allah yang juga diiringi niatan agar kita dimudahkanNya, sama sekali tidak aib/jelek dalam kaca mata Islam standart. Yang kurang baik hanya kalau dilihat dari kacamata Islamnya para auliaa' atau juga mukminin teramat sejati.

Kesimpulannya lakukan sedekah seperti yang antum tanyakan itu, tapi sesekali lakukan yang murni karenaNya sebagai latihan kemurnian. Jangan dipaksakan memurnikan diri ketika kita masih menyukai dunia halal. Tapi latihan dalam hal ini, sama sekali tidak mudharat dan tidak berbahaya. Beda dengan hal-hal lain yang kalau yang tinggi dipaksakan, maka yang tingakatan bawahpun akan menjadi hancur. Misalnya latihan meninggalkan cinta dunia dengan meninggalkan istri ke gunung-gunung dan gua-gua atau tidak menjimaknya lagi. Hal seperti ini akan menhancurkan dasar-dasar keIslaman dan bisa saja kimanannya.

7- Kalau merujuk ke film itu, dapat dirasakan bahwa tidak semuanya sudah menyembah salib. Karena itu disindiran mereka ra, adalah sudah terlihat adanya bahaya dan gejala. Mereka ra mengatakan kami dulu perang melawan berhala, tapi sekarang hal itu bisa dirasakan gejalanya. Ini sindiran yang sangat halus tapi mendentum.

Mereka sudah melakukan dakwahnya di depan hampir seluruh penduduk kota, karena bisa dikatakan semua orang datang ke kaki bukit tempat gua mereka ra berada.

Dakwah lisan yang disertai oleh dakwah amal, yaitu tidak mencintai dunia dan meminta mati kepada itulah yang justru dakwah yang super dakhsyat sekalipun dibanding berjilid-jilid bukunya orang hina seperti Sinar Agama ini.

Kita mesti jadi orang yang beriman, yang taqwa secara hakiki, yang tidak menduakan Tuhan dalam cinta hati, maka barulah kita akan berlisan beda dengan yang sekarang. Hal itu karena dasarnya sudah beda, yaitu qalbu, akal dan jiwanya. Tapi kalau banyak kemusyrikannya ini, bagaimana bisa memahami dan apalagi merasakan yang dituturkan dan dilampakan (dicontohkan) para wali-wali Tuhan. Orang yang hanya tahu bahasa Indonesia, bagaimana bisa memahami orang yang bicara dengan bahasa Arab atau Inggris atau bahasa lainnya?

Sekali lagi, kalau antum fokus sewaktu melihat serial itu, maka akan lebih mudah mengerti apa yang antum tanyakan di atas. Tapi memang kadang, yakni kalau serius dan fokuspun, masih perlu adanya arahan dari yang mengerti agama secara baik dalam "segala sisinya".

Pecinta Sinar Agama wah syukron ustadz penjelasannya panjang sekali..mudah-mudahan saya bisa memahaminya dengan baik jawaban antum ini...ahsantum...







0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.