Sunday, April 15, 2018

on Leave a Comment

Mohon penjelasan tentang MUSHAF ALI BIN ABI THOLIB

Assalamualaikum,
Saya non muslim, ingin mencari pengetahuan tentang mushaf ali bin abu thalib, apakah ada member grup yang paham sejarah awal mulanya sebelum mushaf ustmani di kanonisasi?
Matur suwun
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Akuy Junior Selamat bergabung di Ustadz sinar agama,,,
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas3m

Regod Orsa Wah jadi anda tuan rumah nya... Akuy Junior
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas3m

Akuy Junior Bukan,,, saya hanya menyarankan Anda untuk bertanya kepada Ustadz sinar agama,,, supaya anda bisa mendapatkan jawaban yang sangat puas. Mohon bersabar untuk menunggu jawaban dari Ustadz sinar agama, sebab beliau sangat sibuk.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas3m

Denny Cahya Wiguna Regod Orsa@ baiknya menurut sy klw pgn tahu ajaran Islam yg di bawa Ahlulbait a.s.. Krn anda non Muslim, baiknya memahami dasar dasar agama.. Maka yg di tanyakan hal itu dulu, nanya tentang musap tadi terlalu jauh menurut sy klw anda non Muslim
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas3m

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Regod Orsa Belum ada respon😭
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Mushhaf itu atinya tulisan yang ditulis di atas apa saja yang bisa ditulis, baik tulang kering, dedaunan, kulit pohon, kulit binatang dan semacamnya. 


2- Kata Mushhaf ini sudah ada sejak adanya bahara Arab, bukan hanya di waktu Islam datang. 

3- Ketika Islam datang, dan memiliki kitab suci yang dikatakan al-Qur'an, maka pemakaian kata mushhaf lebih banyak digunakan untuk kitab suci ini. Walau, tentu saja pemakaian yang lama tetap dipakai. 

4- Lama kelamaan, kalau kata "Mushhaf" diucapkan tanpa embel-embel, maka secara umum dipahami bahwa maksudnya adalah Qur an. Jadi, yang dulunya dipakai secara umum, setelah itu berubah sedikit menjadi khusus untuk Qur an. TENTU, kalau tidak diembel-embeli. TENTU juga bahwa kalaupun tidak ada embel-embelnya tetap bisa dipakai kepada selain Qur an, akan tetapi biasanya audien sudah langsung memahami bahwa maksud yang berkata adalah Qur an. Jadi, kalau terjadi salah paham, maka tidak ada yang salah dalam hal ini. Sebab yang salah paham itu memahami sebagai kita suci al-Qur an karena lebih banyak dipakai dan tanpa embel-embel. Sedang yang berkata juga tidak bisa disalahkan karena tidak ada kewajiban dalam tata bahasa Arab bahwa kata mushhaf sudah dipindahkan ke makna Qur an. 

Hal ini persi seperti kata "Kodak" yang mana dulunya merk dari suatu kamera, akan tetapi semakin lama semakin memiliki maksud kameranya itu sendiri. Karena itu, jangan heran kalau ada orang yang berkata: "Kodakku merk-nya kodak", atau "Kodakku merknya Sony".

5- Nah, sewaktu Rasulullah saww wafat, dalam sejarah Islam, terdiri dari dua kelompok:

a- Syi'ah: Mengatakan bahwa Qur an. sudah disusun Tuhan hingga karena itu pula disebut Kitab, tapi masih dalam bentuk berbagai alas tulis, seperti kulit binatang, tulang dan lain sebagainya. Dan Qur an itu sendiri yang mengatakan bahwa yang berhak mengumpulkan/menyatukan Qur an itu, hanyalah Allah swt. Hal ini ada di QS: 75:17:

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

"Sesungguhnya hanya Kami (Tuhan yang menugaskan malaikat Jibril as) yang berhak mengumpulkannya (Qur an) dan membacakannya."

b- Selain Syi'ah seperti Sunni: Mengatakan bahwa Qur an belum disusun Nabi saww ketika beliau saww wafat. Karena itu shahabat yang bernama Utsman mengusulkan agar Qur an disusun. Nah, dikumpulkanlah atau disusunlah Qur an sesuai dengan Utsman dan timnya. 

6- Di lain pihak, Imam Ali as, menyusun Qur an yang bermakna sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Nabi saww. Yakni Qur an yang ada penjelasannya dan dikatakan bahwa surat-surat dan ayat-ayatnya ngacak. Karena beliau as, menuliskan ayat pertama adalah ayat yang turun pertama kali. Ayat berikutnya adalah yang turun berikutnya. Tapi dengan penjelasan seperti bahwa ayat ini adalah bagian dari surat fulan dan ayat ke sekian. 

7- Tujuan Imam Ali as, bukan membuat atau menyusun Qur an, karena Qur an memang sudah tersusun sejak awal kenabian. Yakni Allah swt selalu memerintahkan Nabi saww ketika turun ayat, bahwa ayat tersebut bagian dari surat fulan dan ayat ke sekian. 

Tujuan beliau as (sudah tentu banyak dan yang saya tulis ini hanya sebagiannya saja dari yang dapat diraba), sekalipun hanya beliau as yang tahu, akan tetapi dapat diraba yaitu ingin membuat umat mengerti ayat mana yang turun duluan dan ayat mana yang berikutannya, agar nantinya tahu sejarah Islam, tahu maknanya karena diiringi sebab turunnya ayat, dan juga supaya tahu ayat mana yang diganti dengan ayat yang mana (sebab tidak mungkin ayat yang lebih lama mengganti ayat yang lebih baru dalam sejarah turunnya).

8- Nah, karena Qur an yang ditulis oleh Imam Ali as yang lengkap dengan sejarah turunnya perayat dan sebab turunnya dan apa maksud dan maknanya sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi saww, tidak diterima oleh penguasa dan staf-stafnya, maka Imam Ali as menyimpannya sebagai warisan bagi putra-putra makshum beliau as. Sebab Qur an itu, tidak akan dipahami secara benar, kecuali HANYA oleh orang makshum seperti yang difirmankanNya dalam QS: 56:79:

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79)

"Sesungguhnya dia adalah Qur an Mulia (77) (Ada) Dalam kitab yang terjaga (Lauhu al-Mahfuuzh) (78) Tidaklah ada orang yang dapat menyentuhnya (Qur an) kecuali HANYA orang-orang yang suci (dari dosa)."

9- Para shahabat yang lain, juga mengumpulkan Qur an sesuai dengan bimbingan Tuhan pada Nabi saww. Misalnya Utsman dan timnya, Ibnu Ma'uud dan lain-lainnya. Anggaplah bahwa mereka mencetak ulang Qur an kalau memakai bahasa sekarang. Tapi tidak enaknya, oleh selain Syi'ah, khusus yang dicetak Utsman dan timnya, dikatakan sebagai Qur an yang disusun Utsman, bukan Tuhan. 

10- Dengan penjelasan di atas itu, maka banyak kata mushhaf yang dipakai pada banyak Qur an. Tentu saja, selain dari makna selain Qur an itu sendiri. Untuk yang Qur an, muncullah istilah-istilah seperti "Mushahaf Utsman", "Mushhaf Ali", "Mushhaf Ibnu Mas'ud" dan lain-lain. Sekian.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Regod Orsa Salam dan terimakasih juga karena sudah merespon ustad Sinar agama. "Tapi" yang saya ingin klarifikasi dari versi mushaf Ali adalah :
1. Apakah Ali bin Abu Thalib menyerahkan mushafnya pada Ustman untuk di musnahkan?
2. Ditulis dalam huruf dan dialek a
pakah mushaf Ali bin Abu Thalib? 
3. Apakah terdapat 'tanda titik' sebagai tanda akhir harakat atau titik hiasan pada susunan tulisannya? Bukan tanda baca, tapi hanya titik.

Syukron ustad sinar agama
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Regod Orsa Alangkah lebih baik setiap jawaban ada riwayat mutawatir sanad dan matan nya, tad.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Sinar Agama Regod Orsa, :

1- Pada awalnya Imam Ali as ingin menyerahkan pada umat melalui Khalifah Pertama yang bernama Abu Bakar dan yang selalu didampingi Umar. Tapi mereka menolak menerimanya. 


Imam Ali as waktu menulis Qur an yang lengkap dengan keterangannya Nabi saww itu, sampai-sampai tidak keluar rumah kecuali untuk hal-hal darurat. Setelah selesai barulah ditawarkan kepada Khalifah Abu Bakar yang kemudian ditolak olehnya dan para penasihatnya terutama Umar. 

Karena mereka tidak mau, maka Qur an tersebut disimpan oleh Imam Ali as dan diturunkan kepada para anak-anak beliau saww yang makshum sampai sekarang Qur an yang penuh penjelasan tersebut, ada di tangan Imam Mahdi as yang akan keluar dengan ijin Allah di akhir jaman dimana perjuangannya memberantas kezhaliman di muka bumi ini, dibantu oleh nabi Isa as.

2- Ditulis dengan apa adanya sudah tentu. Tidak ada dialek tertentu pada masa itu. Memang antar suku bisa saja ada beda dialek secara tipis, akan tetapi hal tersebut sama sekali tidak mempengaruhi penulisan Qur an. Artinya, Qur an itu, huruf perhurufnya tidak ada yang berubah sebab Tuhan sendiri yang mengatakannya dalam Qur an bahwa Dia yang menurunkan Qur an dan Dia pula yang menjaganya (dari segala perubahan apapun, QS: 15:9).

3- Penulisan bahasa Arab pada masa itu, tidak ada titik-titiknya, apalagi tanda bacanya. Sebab bagi mereka tidak diperlukan. Misalnya dalam menulis bismillah, seperti ini:

بسم الله الرحمن الرحيم

Titik pada huruf pertama yakni baa' dan pada nuun serta yaa', tidak ada sama sekali. Bahkan masih rada atau ada yang mencar-mencar tulisannya. Tidak menyambung rapi seperti sekarang. 

Akan tetapi, lama kelamaan, ketika banyak orang bukan Arab masuk Islam, maka mereka tidak bisa dengan mudah membacanya. Maka diberilah titik baa', nuun, yaa', faa', dan lain-lain. Bahkan dibubuhkan juga tanda bacanya, apakah dibaca a (fathah) seperti ba atau dibaca u (dhammah) seperti bu atau dibaca i (kasrah) seperti bi. 

Penutup:
Saya tidak perlu menyebutkan riwayat mutawatir atau apa, sebab periwayatan Qur an ini, melebihi ribuan mutawatir. Sebab ditulis sejak di jaman Nabi saww, dijaga Tuhan dan juga diturunkan dari generasi ke generasi dengan penulisan dan hafalan pada setiap generasi perawinya, mencapai ratusan atau ribuan dan bahkan seluruh umat muslim. Kalau mutawatir itu kan diriwayatkan atau dinukilkan atau dikabarkan oleh 9 orang minimalnya. Lah, ini melibatkan semua shahabat tanpa terkecuali. Apalagi di generasi setelah shahabat yang biasa disebut dengan Taabi'iin. 

He he .... kamu beragama Masehi yang merupakan saudara kami juga, hebat banget, sebab tahu istilah mutawatir segala he he .. Jempol untuk kamu dariku.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Regod Orsa Tenang aja tad saya penggemar Ali bin Abu Thalib juga, dan pro iran kok hahaha, menurut saya cuma Ali bin Abu Thalib aja yang paling pinter ilmunya daripada khalifah lainnya... 
Hanya jawaban yang anda berikan belum memadai sebagai referensi saya. 
Aga
ma berdiri atas dalil, tanpa saksi riwayat agak sulit mencerna sebagai bahan hipotesa. 
Saya masih ada bbrp tanya yang krusial, smoga anda bersedia menjawabnya.
Syukron tad
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Sinar Agama Regod Orsa, pembahasan terhadap hal-hal yang terang, tidak perlu membawah riwayatnya. Seperti kesupertawatiran periwayatan Qur an. Dan hal itu cukup buat antum/Anda yang tidak memeluk agama Islam. Terlalu banyak kitab yang secara spesifik menulis tentang sejarah Qur an. Apalagi secara hadits. 

Intinya Qur an ini tidak seperti Injil yang sekarang, sebab dia atau mereka (beberapa kitab), bukan kitab Injil melainkana biografi dan sejarah nabi Isa as. Memang dalam kitab tersebut banyak menyebut ayat, akan tetapi bukanlah semuanya ayat. Jadi, kitab Injil yang ada ini bukan kitab Injil yang tercampur, melainkan memang bukan sama sekali kitab Injil, melainkan biografi nabi Isa as, seperti bagaimana beliau as mengajarkan ayat yang berbunyi fulan, di tempat fulan dan seterusnya. Karena itulah empat kitab yang ditulis oleh para murid nabi Isa as jauh beberda. Karena mereka para murid ra itu, menulis sesuai dengan apa yang ingin mereka tulis tentang nabi Isa as dan ayat-ayat yang diajarkan serta petuah-petuah yang diajarkan beliau as sendiri (yakni selain wahyuNya).

Btw, tanyakan saja apa yang antum ingin tanyakan, kalau saya bisa menjawabnya, maka insyaaAllah akan saya jawab. Kalau menurut saya perlu dijawab global saja, maka saya akan jawab global, seperti pertanyaan antum tentang sejarah al-Qur an itu yang ingin meninjau dari sisi keotentikannya. Karena itu saya jawab bahwa Allah swt sendiri telah menjamin penjagaannya. Satu ayatpun tidak bisa disaingi keindahan sastranya oleh siapapun walau semua jin dan manusia berkumpul dan bersekutu. Lalu saya tambahi dengan jawaban global dari tinjauan sejarah yang tidak perlu sama sekali merujuk ke sumber-sumbernya. Sebab penukulan Qur an itu seperti wajibnya shalat, puasa dan semacamnya (baca: bukan cara shalat dan puasa, tapi asal hukumnya). Jadi, saya jawab antum dengan yang global saja. 

Kalau antum tidak merasa puas, maka maafkanlah saya. Tapi seandainya antum periset, lalu serius meriset, lalu ada surat perintahnya untuk meriset, dari mana dan oleh siapa, untuk tingkatan S1, S2 atau S3, dan seterusnya, maka mungkin saya akan banyu secara rinci (tapi saya tidak janji duluan). Tapi kalau sekedar ingin tahu saja, buat apa kita bahas misalnya nama satu perawi Qur an, lalu berapa ikhtilaf dan perbedaan pendapat tentang perawi Qur an tersebut, di kitab apa saja, dan menurut siapa saja, dan seterusnya?
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Regod Orsa Saya periset, pembaca sejarah tad, saya membaca banyak kitab, bukan hanya kitab kitab islam (ahlussunah kebanyakan), tapi dari banyak dari agama lain walau tidak formal. 
Pernyataan anda di atas, mengenai bahasan global, jika tanpa riwayat yang sahih, 
saya yakin mampu mematahkan pernyataan anda mengenai ke-ajaiban Alquran. 
Saya sudah melepaskan segala bentuk dogma agama untuk menyerap semua.
Jika anda keberatan membahas di page publik ini mengenai pertanyaan saya, anda bisa memberikan referensi riwayat, kitab kitab yang kurang lebih membahas masa quran pra Ustmani, atau mushaf primer versi Arthur Jeffrey. 

Syukron tad sinar agama.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Regod Orsa Ini pertanyaan no.4 saya :
Apakah mushaf Ali bin Abu Thalib memiliki RASM turunan pada masa setelahnya? 
Mengingat alquran ustmani punya 14 rasm, bukan hanya 7, yang di runut pada kanonisasi ke 2 era khalifah Abbasiyah.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Adlimi Lamsuan Ikut nyimak
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m

Sinar Agama Regod Orsa, :

a- Rasm itu sama sekali tidak merubah hakikat dan esensi Qur an. Justru Rasm itu malah yang membuat Qur an Utsmani itu tidak lagi Utsmani. 


b- Karena itulah maka hal tersebut dapat dijadikan dalil yang gamblang bahwa Qur an itu adalah Mushahaf Tuhani, bukan Utsmani atau Ali sekalipun. 

c- Rasm itu justru adanya beberapa pembacaan yang berbeda di antara para shahabat. Tapi sekali lagi, tidak merubah esensi Qur an. Misalnya: di ayat yang mengatakan bahwa saudara-saudara nabi Yusuf as setelah mengira membunuh beliau as, lalu melumuri bajunya dengan darah "Kadzib". Dalm bacaan lain dikatakan "Kadzi'b". Arti yang pertama adalah "Bohongan" yakni darah bohongan maksudnya darah binatang yang dikatakan sebagai darah nabi Yusuf. Tapi kata ke dua bermakna "Seperti srigala", yakni dilumuri dengan darah binatang seperti srigala hutan. 

d- Sedang Qur an yang ditulis Imam Ali as, adalah yang terbenar dan sama sekali tidak memiliki Rismun. Mengapa terbenar? Karena Imam Ali adalah bagian dari Ahlulbait yang makshum sebagaimana dinyatakan di QS: 33:33.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2m




Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1561613637285421



0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.