Sunday, April 15, 2018

on Leave a Comment

Apakah praktik nikah mut'ah sering dilakukan di Iran

salam ustadz. Apakah praktik nikah mut'ah sering dilakukan di iran mengingat nikah mut'ah menurut mahzab syi'ah halal hingga akhir zaman? Apakah ada yang mempraktikkan nikah mut'ah sebagai media pelacuran di iran? Terima Kasih.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Secara Hukum Islam (rangkuman dari berbagai catatan dan jawaban yang sudah sering saya berikan di faceboook ini):


a- Hukum kehalalan Mut'ah itu ada di Qur an yang diakui oleh semua madzhab, baik Syi'ah atau Sunni. 

b- Dalam Syi'ah hukum itu terus berlaku karena tidak ayat yang menhapusnya (menasahkhnya).

c- Dalam Sunni, ada dua jalan:

c-1- Secara ayat, maka tidak ada yang menghapusnya. Memang sebagian ulama mengarang-ngarang dinasakh dengan ayat tertentu tapi sangat tidak berhubungan seperti ayat waris dan lain sebagainya yang tidak jelas hubungannya dengan kawin Mut'ah. Lagi pula banyak ayat yang diajukan sebagai nasakhnya itu, diturunkan di Makkah. Lah, bagaimana ayat Makkiyyah menasakh ayat Madaniyyah?

c-2- Secara riwayat, banyak riwayat di Shahih Bukhari dan Muslim yang menjelaskan bahwa ayat Mut'ah itu turun dan dilakukan di jaman Nabi saww dan bahkan di jaman Abu Bakar serta setengah masa Umar, dan tidak ada ayat yang menghapusnya, akan tetapi Umar yang melarangnya. 

c-3- Secara pandangan ulama, hampir bisa dikatakan sepakat bahwa di Sunni, nikah Mut'ah ini sudah tidak dibolehkan. 

d- Dalam Syi'ah, sekalipun mut'ah ini halal, akan tetapi tidak dianjurkan kecuali kalau memang terpaksa dan takut jatuh dalam zina. Jadi, yang punya istri, istrinya bersama dirinya, tidak dianjurkan untuk mut'ah. Bahkan sudah saya nukilkan hadits para Makshumin as di catatan-catatan sebelumnya itu, bahwa Makshumin as tidak menyukai orang yang sudah punya istri, akan tetapi masih melakukan mut'ah. Contohnya:

d-1- Ada murid Imam Ja'far as yang tertanya tentang mut'ah, akan tetapi Imam as hanya melihat tajam padanya sebelum berkata: 

"Apa urusan kamu dengan mut'ah, bukankah kamu sudah mempunyai istri?"

Si murid menajwa: "Saya hanya ingin tahu hukumnya."

Imam as menjawab: "Hukumnya halal."

d-2- Makshumin as pernah berkata (nukilan maksud): 

"Janganlah kalian sakiti hati para wanita itu dengan mut'ah, sebab kalau hati mereka sakit, maka kami sebagai imam kalianlah yang menjadi tumpahannya. Janganlah kalian menjauhkan mereka dari kami."

(leterleks dan detail-detailnya, sudah saya tulis dalam beberapa catatan tentang mut'ah ini, setidaknya ada enam catatan).

2- Secara Budaya Iran:

a- Iran paling ajibnya negara. Hampir bisa dikatakan bahwa Iran tidak tersentuh budaya bejat barat. Teknologinya bisa ambil dari barat (tuntutlah ilmu walau ke negeri China), tapi budaya bejatnya tidak masuk ke Iran. 

b- Kalau kita selami mengapa Iran terjaga dari budaya bejat barat, maka jawabannya ada pada keterikatan mereka pada marja' taqlidnya. Keterhubungan dengan marja' taqlid sebagai wakil umum Imam Mahdi as, merupakan paling pentingnya benteng keterjagaan mereka dari budaya bejat barat (bukan budaya teknologi). Memang iman, Islam, Ahlulbait as menjadi porosnya. Akan tetapi tanpa aplikasi dalam pewujudan taat pada Allah swt melalui Nabi saww, ketaatan pada Nabi saww melalui Imam Makshum as, ketaatan pada Imam Makhshum as melalui para marja', semua poros itu tidak akan kokoh menghadapi gempuran budaya bejat barat. 

c- Di Iran, kalau ada seorang lelaki mengganggu wanita, si wanitanya merasa direndahkan dan langsung marah di depan umum atau mengambil sepatunya langsug dilemparkan kepada si pengganggu. Dulu ada pelajar dari luar negeri yang tidak tahu Iran, lalu menyapa dengan genit seorang wanita Iran di jalanan, dia langsung buka sepatunya dan dilemparkan kepada pelajar tersebut. 

d- Memang, selama belum di surga, pastilah ada pengecualian. Akan tetapi dari tinjauan umum dan menyeluruh, wanita Iran seperti itu. 

e- Terkadang orang luar negeri di Iran terkecoh dengan sebagian karakter wanita Iran yang masih menghargai lelaki yang tidak terlalu kasar mengganggu. Mereka kadang tersenyum dan mungkin mau diajak berbincang. Akan tetapi di keramaian. Dan kalau sekali pembicaraannya menjurus ke arah yang bejat, maka wanita cantik yang senyum tadi, bisa jadi singat betina. Kadana ada yang hijabnya tidak terlalu rapat, tapi jangan coba-coba diganggu. Dia akan marah di tempat itu pula, sekalipun di keramaian. 

f- Budaya pacaran, apalagi. Sama sekali tidak ada. Karena pacaran itu, dianggap menghina wanita, tentu selain maksiat kepada Allah. Pencemaran pada martabat wanita, di Iran sangat sensitif dan diperhatikan bukan hanya oleh penegak hukum, melainkan oleh masyarakat itu sendiri. Kadang ada orang berduaan di taman terbuka yang baru kawin, didatangi polisi dan ditanya surat nikahnya. Kalau sudah berumur biasanya sudah dianggap suami-istri. Tapi tidak di malam hari tentunya sekalipun di taman terbuka. 

g- Dari sejak sekolah SD sampai dengan SMA, sekolah lelaki dipisah dari sekolah wanita. Kalau ada anak-anak muda lelaki nongkrong di depan sekolah wanita, walaupun agak jauh beberapa meter dari pintu gerbangnya, langsung didatangi polisi dan dinasihati untuk pergi. Kalau masih, maka dinasihati lagi. Kalau masih untuk yang ketiga kalinya, maka mereka akan diangkut ke kantor polisi dan dipanggilkan orang tuanya untuk menasihati anaknya. Dan hal ini, kalau terjadi, walau untuk anak lelaki, maka sudah merupakan aib besar, hingga kelak kalau mau mencari istri, akan sangat kesulitan. 

h- Dengan semua penjelasan itu, bukan hanya wanita yang menjaga dirinya dari aib, melainkan anak-anak lelakinya juga demikian. Sebab akan menjadi omongan dalam keluarga dan sulit mencari jodoh di masa depan. Terlebih di Iran, lebih suka mengawinkan anak-anak mereka dengan keluarganya sendiri seperti sepupu dan semacamnya. Jadi, kalau aib-nya sudah menjadi pembicaraan keluarga, apakah pernah berduaan di taman di siang hari (anggap ada yang nekad dan keluar dari budaya umum bangsa Iran) atau nongkrong di depan atau dekat sekolah wanita, maka biar anak lelaki, akan kesulitan diterima lamarannya oleh sepupunya. Apalagi kalau terjadi pada seorang anak wanita. 

i- Di setiap taman di Iran, ada penjaganya. Sebenarnya tidak perlu penjaga, akan tetapi demi mengadakan pencegahan, maka selalu ada pos keamanannya, keamanan dari kriminal dan dari maksiat yang semua penjaga itu terhubung secara langsung pada polisi terdekat. 

j- Dulu ketika jaman perang bertahan melawan serangan berbagai negara yang diwakili Iraq, banyak suami yang masih muda yang jatuh syahid. Karena pemerintah Iran takut peperangan akan berkepanjangan, maka Iran memerlukan generasi penerus. Akhirnya yang waktu itu Rafsanjani ra menjadi presiden, menganjurkan pada para janda syahid, untuk kawin lagi. Tapi anjuran itu bukan hanya tidak disambut mereka, melainkan mereka demo anti anjuran itu. Sebab bagi mereka adalah menjaga kesucian diri itu adalah harga diri seorang wanita dan juga telah mencadangkan dirinya untuk mendapat pahala keluarga syahid dan syafaat suaminya di akhirat. 

Memang, kawin lagi itu tidak mencederai kesucian dan martabat kewanitaan mereka, akan tetapi dalam perasaan umum wanita Iran, dijamah lebih dari satu lelaki dalam hidup, walaupun dengan jalan yang halal, merupakan pantangan. Inilah harga diri wanita Iran. 

3- Jawaban Soal:
Dengan semua mukaddimah di atas, dapat dipahami bahwa jangankan mut'ah, kawin lagi saja bagi seorang wanita Iran, sudah sangat sulit. Sebab bagi mereka hal itu dipandang sebagai aib dalam keluarga, sekalipun tidak aib dalam agama. Yakni menimbulkan rasa malu yang sangat dalam. Karena itu, kalau ada yang kawin lagi, cukup akan menjadi pembicaraan sekitarannya. Bukan menjelekkan yang kawin, akan tetapi cukup mengagetkan lingkungannya saja.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m

Hasan AL Mujtaba Salam Ustadz, saya ingin bertanya lagi namun di luar topik ini.
1. Pada awalnya tercipta nya Sunni dan Syi'ah karena perbedaan pendapat tentang siapa yang semestinya menjadi pemimpin umat muslim. Jika benar demikian merupakan alasan tercipta nya Sunni 
dan Syiah, mengapa banyak terdapat perbedaan di kedua nya seperti tata cara shalat (Sunni shalat dengan bersedekap), dan hal mendasar lainnya seperti waktu berbuka puasa?

2. Apakah ada dalil (jika ada dalil dari imam as) yang menyatakan abu bakar dan kawan2nya merupakan seorang sahabat nabi yang utama atau seorang penghianat?

3. Nabi SAW pernah berkata bahwa Ali as merupakan pintu ilmu dan Nabi adalah kotanya, ini menunjukkan Ali as merupakan seorang yang memiliki ilmu yg luas. Apakah keturunan nya juga memiliki ilmu yang setara dengan Ali as?

4. Mengapa Para Imam as selalu mati dengan mengenaskan dan tidak pernah memegang kekuasaan terhadap umat muslim? 

5. Seperti apa peran imam as (sesudah Hussain as) mengingat mereka bukanlah seorang Khalifah (karena kekhalifahan dikuasai Bani Umayyah dan Abbasiyah)?

6. Siapakah Abdullah bin Saba?
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m

Hasan AL Mujtaba Terimakasih ustadz.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m

Sinar Agama Hasan AL Mujtaba,:

1- Terciptanya Syi'ah bersamaan dengan terciptanya Islam itu sendiri. Sebab dari sejak awal Islam sudah menekankan ketaatan pada Imam Makshum as selain taat kepada Nabi saww. Misalnya:


a- Sewaktu Nabi saww pertama kali berdakwa untuk keluarga beliau saww, setelah semua suku Qurasy dikumpulkan dan diberi makan, dimana hanya dengan kambing satu tapi tidak habis-habis sempai semuanya kenyang, lalu beliau saww berpidato mengumumkan bahwa beliau saww adalah Rasul dan uturan Allah. Dan beliau saww bertanya, siapa yang menerimaku sekarang ini sebagai Nabi saww, maka dia akan kujadikan sebagai washi dan khlaifahku. Waktu itu tidak ada yang menyambut selain Imam Ali as yang masih berumur 10 tahun. Tapi Nabi saww menyuruh Imam Ali as duduk. Dan bertanya dua kali lagi, tapi tetap saja Imam Ali as yang menjawab bahwa beliau as menerima kenabian kanjeng Nabi saww. Lalu Nabi saww berkata (nukilan maksud): 

"Baiklah ya Ali, engkau washi dan khalifahku. Dengarkanlah dia dan taatilah!"

Orang-orang tertawa. Dan Abu Lahab berkata: "Wahai Abu Thalib, lihat tuh, kamu disuruh taat pada anakmu."

Riwayat di atas, ada di Syi'ah dan juga Sunni. 

b- QS: 4:59:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah (secara mutlak), dan taatilah Rasul (juga secara mutlak) dan pemimpim di antara kalian (juga secara mutlak)."

c- QS: 76:24:

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا

"Maka sabarlah dengan hukum Tuhanmu dan jangan taati dari mereka yang memiliki dosa (tidak makshum) atau orang-orang yang kafir."

d- QS: 33:33:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا 

"Sesungguhnya Allah HANYA ingin menjauhkan kalian wahai Ahlulbait dari segala dosa dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."

JADI, ketaatan pada imam makshum setelah Nabi saww yang disebut dengan Khulafaa-u al-Raasyiduun (lurus/makshum), sudah ada sejak jaman Nabi saww itu sendiri. Ketaatan pada ketua dan wakil yang sama-sama makshum, tidak akan melahirkan dualisme kepemimpinan seperti nabi Musa as dan nabi Harun as, atau nabi Ya'quub as dan nabi Yusuf as. 

e- Jumlah imam-imam makshum as itu ada dua belas orang, tidak lebih dan tidak kurang. Perhatikan hadits Shahih Bukhari, hadits ke: 7222 dan 7223; Shahih Muslim, hadits ke: 3393 dan 3394:

7222،7223 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَكُونُ اثْنَا عَشَرَ أَمِيرًا فَقَالَ كَلِمَةً لَمْ أَسْمَعْهَا فَقَالَ أَبِي إِنَّهُ قَالَ كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ

Nabi saww bersabda: "Setelah aku ada 12 pemimpin yang semuanya dari Qurasy.

JADI, kalau semua ayat dan dirayat itu dikumpulkan, maka hasilnya adalah kepemimpinan 12 orang makshum as itu merupakan ajaran Islam sejak awal dan wajib ditaati sejak jaman Nabi saww. 

Makanya Nabi saww mengatakan bahwa Syi'ah Imam Ali as itulah paling baiknya manusia, perhatikan tafsir Sunni ini seperti al-Suyuuthi, ketika menafsirkan ayat Khairulbariyyah (sebaik-baik manusia, QS: 98:7):

وأخرج ابن عساكر عن جابر بن عبد الله قال : « كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم فأقبل عليّ فقال النبي صلى الله عليه وسلم : » والذي نفسي بيده إن هذا وشيعته لهم الفائزون يوم القيامة ، ونزلت { إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية } «

Jabir ra berkata: "Kami bersama Nabi saww lalu datang Ali, lalu Nabi saww bersabda: 'Demi yang jiwabku ada di TanganNya, sesungguhnya dia (Ali) dan Syi'ahnya (pengikutnya) adalah orang-orang yang menang di hari kiamat.' Lalu turunlah ayat yang berbunyi:

'Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka merekalah sebaik-baik manusia.'."

JADI, imam makshum yang 12 orang yang wajib ditaati, lalu Syi'ah mereka, semua itu diucapkan dan disabdakan Nabi saww serta difirmankan Tuhan sendiri sejak awal-awal keIslaman. 

Kalau madzhab Sunni, maka baru ada di abad ke 3 Hijriah. Para Shahabat dan tabi'iin, sama sekali tidak mengenal istilah Ahlussunnah wal jamaa'ah. Istilah ini muncul dalam sejarah Islam di abad ke tiga ketika Abu al-Hasan al-Asy'ari mencetuskan akidah Ahlussnnah waljamaa'ah.

f- Untuk cara shalat itu, jangankan Syi'ah dan Sunni, sesama Sunni sendiri terdapat banyak sekali perbedaan. Karena itulah dalam Fiqih Sunni ada setidaknya 4 madhzab, kalau ditambah lagi dengan Wahabi yang anti madzhab dan anti taqlid, maka paling sedikitnya sudah menjadi 5 perbedaan. 

Semua itu hal biasa. Ya mutawatir itu hanyalah kewajiban shalatnya, kewajiban puasanya dan yang jelas-jelas lainnya, seperti Takbir Ihram, ruku' dan sujud.
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1mTelah disunting

Sinar Agama .

2- Ketika Qur an sendiri menerangkan bahwa yang punya dosa itu, yakni yang tidak makshum itu tidak boleh diikuti, maka sudah jelas dalam penerapannya. Artinya tidak perlu kepada komentar. Apakah ada yang lebih jelas dari Qur an ketika melarang taat 
pada yang aatsim atau punya dosa atau tidak makshum? Sementara di ayat lain dikatakan bahwa taat pada Allah, Rasul saww dan imam itu adalah wajib. 

Kalau hadits Imam Ali as tentang ketiga khalifah sebelumnya itu, dapat antum lihat di khuthbah 13 Nahju al-Balaaghah. Di sana dinyatakan bahwa telah dirampas Abu Bakar, lalu Umar dan setelah itu urusan khalifah ini dijadikan musyawarah hanya dengan beberapa orang oleh Umar dan seterusnya. 

3- Maksud pintu ilmu Nabi saww itu maksudnya tahu semua ilmu Nabi saww. Karena di haditsnya itu dikatakan:

"Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin ilmu maka masuklah lewat pintunya."

Jadi, hadits ini menunjukkan bahwa Imam Ali tahu semua Ilmu Nabi saww, tentu dengan diajari Nabi saww. 

Kalau antum bertanya apakah keturunannya memiliki ilmu yang sama? Maka jawabannya, tidak. Yang memiliki ilmu yang sama, hanyalah keturunan yang makshum. Makshum adalah ilmunya lengkap dan benar seratus persen dan diamalkan seratus persen. 

QS:33:33 di atas sudah merupakan jaminan Tuhan akan hal tersebut. Apalagi Tuhan sendiri mewajibkan kita shalat, dan dalam shalat diwajibkan membaca sufat Faatihah, dan salah satu ayat di surat al-Faatihah itu adalah meminta jalan lurus. Lurus artinya tidak ada kurangnya, tidak ada bengkoknya, tidak ada salahnya (wa laa a-l-dhaalliin). 

Nah, kalau Tuhan mewajibkan umat Islam meminta jalan lurus, yaitu jalan Islam yang lengkap, tidak relatif, benar seratus persen dan diamalkan seratus persen, lalu tidak ada orang makshumnya, maka berarti Tuhan telah main-main dengan perintahNya itu. Karena Dia menyuruh kita meminta jalan lurus (shirathalmustaqim) akan tetapi jalan tersebut tidak ada dan yang ada hanya jalan Islam yang teramat sempit dan relatif. 

4- Karena para Imam ditunjuk Allah swt. Sementara yang lain, ingin memilikinya tanpa ditunjuk Allah swt dan Nabi saww. Jadi, tidak ada jalan lain, kecuali membungkam para Makshumin as tersebut. Sungguh justru sangat aneh kalau mereka tidak mati tidak syahid. Karena itulah Imam Mahdi as dipanjangkan umurnya dan tidak diperkenalkan kepada siapapun sampai datang waktunya. Kelahiran, kebersembunyian (ghaib) dan kedatangan beliau as tersebut, sangat banyak disebutkan di hadits-hadits Sunni dan apalagi Syi'ah. 

5- Nabi saww telah bersabda di hadits Sunni dan Syi'ah sambil menunjuk ke Imam Hasan as dan Imam Husain as, bahwa mereka as adalah pemimpin dan imam serta khalifah, baik memegang pemerintahan atau tidak. 

Artinya, apapun yang dilakukan umat tentang kekhalifahan, maka hanya makshumlah yang berhak dan yang lainnya tidak. Lihat ayat-ayat dan hadits-hadits di atas. 

Jadi, Imam Husain as yang tidak memiliki pemerintahan, begitu pula imam-imam setelahnya, bukan merupakan kesalahan mereka, melainkan umat sendiri. Nabi Ibrahim as setelah tua dan bertubi-tubi diuji Tuhan, baru diangkat menjadi Imam (QS: 2:124), akan tetapi apakan beliau as memiliki pemerintahan?

Allah sudah memilih nabi/rasul dan imam, sementara umatlah yang bertanggung jawab mau menerima atau tidak. Dan agama Tuhan, di dunia ini, tidak mengenal paksaan. Para nabi/rasul/imam, kebanyakan mereka as, bukan hanya tidak memiliki kekuasaan, melainkan dibunuh oleh umat mereka sendiri. Perhatikan QS: 3:21:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir atas ayat-ayat Allah, dan membunuh PARA NABI tanpa kebenaran, dan membunuh ORANG-ORANG YANG MEMERINTAHKAN KEADILAN, maka kabarkanlah kepada mereka akan adzab yang pedih."

6- Abdullah bin Saba' itu ada dua versi:

a- Fiktif, tidak ada orangnya dan merupakan tokoh yang diada-adakan. 

b- Seorang yang menuhankan Imam Ali as dan telah dihukum bunuh oleh Imam Ali as setelah diberi kesempatan tiga hari untuk taubat akan tetapi tidak bertaubat. Hadits tentang hal ini, ada di Syi'ah dan di Sunni. Tapi sebagian ulama mengatakan bahwa haditsnya sangat lemah dan maudhuu' (dipalsukan).

Apapun itu, orang Syi'ah sama sekali tidak ada hubungannya dengan Abdullah bin Saba', sebab dia menuhankan Imam Ali as sedang orang Syi'ah mengimani Imam Ali as hanya sebagai Imam Makshum atau Khalifah Raasyiduun (lurus tanpa kekurangan dan kesalahan, baik ilmu atau amal, yakni makshum).
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m

Hasan AL Mujtaba Terima Kasih atas seluruh jawabannya ustad. Salam
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m

Galih salam rindu mas ustadz
jawaban pertama
1-1-->b-->1-->2--.menhapusnya-->menghapusnya
...Lihat Lainnya
Kelola
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas1m




Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1569204423193009

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.