Saturday, June 3, 2017

on Leave a Comment

Seorang ustad takfiri memberikan artikel yang menurut saya tidak bertentangan dengan nila-nilai islam. apakah saya boleh memberikan jempol tanda like?

Salam
Semoga ustadz selalu diberi rahmat dan rida-Nya. Afwan Ustadz, ada beberapa hal yang ingin ditanyakan.
1. Saya itu suka dapat postingan di grup wa berupa artikel, video, dsb. Nah, kadang ada yang suka mengirim artikel yang merupakan tulisan dari seorang ustadz. Kadang ada penulisnya itu Bahtiar Natsir, kalau lihat dari tulisan yang dikirim tersebut tidak ada yang salah tidak ada yang bertentangan dengan nilai-nilai islam yang saya pahami. Apakah boleh saya memberikan jempol terhadap tulisan tersebut meskipun saya tahu bagaimana reputasin dia itu terhadap syiah, yaitu dia seorang takfiri?
2. Atau dari suatu postingan tersebut sebagiannya saya setuju tapi sebagiannya tidak setuju, apakah saya boleh memberi jempol atau tidak kalau kasusnya seperti itu?
3. Kalau batas akhir tahun khumus itu katakanlah 30 April 2017. Itu batas waktu akhirnya itu pas waktu maghrib atau tengah malam jam 12 malam?
Syukron
PSA
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- :


a- Kita harus betul-betul mengerti Islam dengan sempurna atau setidaknya maksimal, yakni belajar secara profesional dalam waktu beberpa puluh tahun, agar kita dapat mengerti Islam secara lebih baik. Baru setelah itu menilai apakah tulisan seseorang tentang Islam itu, sudah benar atau tidak. Sekalipun belajar beberapa puluh tahun itu bukan jaminan lantaran kita tidak makshum, akan tetapi bolehkan telah bisa dianggap secara relatif mencukupi untuk menilai tulisan orang lain. Jadi, yang belajar Islamnya tidak di tempat pendidikan secara profesional, atau di tempat yang profesional akan tetapi baru beberapa tahun, maka hindari dulu untuk memastikan penilaiannya terhadap tulisan orang lain yang apalagi bukan segolongan atau semadzhab, terlebih lagi kalau termasuk orang takfiri atau intoleran. 

b- Memang kita harus menilai dengan sedaya upaya ilmu kita walau teramat sedikit, akan tetapi terlibat dalam tulisan orang lain, seperti mendukungnya, maka hal itu mesti dihindarkan terlebih dahulu, terutama ketika orangnya adalah takfiri dan semacamnya. 

c- Menjempoli tulisan yang benar dari seseorang, akan mendapatkan pahala yang sama atau besar. Itulah mengapa saya sering katakan bahwa sangat mudah mencari pahala di sisi Tuhan. Sebab kita walau tidak belajar secara profesional, dan tidak perlu penelitian membaca beberapa kitab kuning untuk menulis, tidak perlu melek/begadang malam karena pencarian dan penelitiannya itu, dan hanya dengan menjempoli saja sudah bisa mendapatkan pahala yang sama atau setidaknya besar sekali, 

d- Kaidahnya pahala itu (begitu pula dosa) adalah hadits yang mengatakan siapa yang ridha dan mendukung kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahalanya. Begitu pula dalam kebatilan dan maksiat. 

e- Kita selalu diperintahkan oleh agama dan akal, untuk mengambil informasi dari orang tsiqah/jujur dan profesional alias ahli. Jadi, orang yang menyampaikan itu merupakan suatu obyek bahasan dalam Islam. Maksudnya adalah mengetahui orangnya, adalah hal penting dan merupakan mukaddimah sebelum menanggapi tulisan dan/atau perbuatannya. Karena itu, kalau orangnya memang antum yakini sebagai takfiri atau intoleran, maka jangan coba-coba mendukung tulisannya, sebab antum atau kita semua (yang mendukung), bisa kena dosanya dengan ukuran yang sama atau dosa besar. 

f- Meneruskan poin (e), bahwa kalau orangnya sudah tidak baik, maka sekalipun kata-katanya baik, bisa saja ditujukan untuk ketidakbaikan. Karena itu, ikut campur dalam urusan dia, sangat berbahaya bagi diri kita sendiri, agama dan umat Islam. 

2- Kalau yang baiknya saja seperti poin (1) di atas, maka apalagi poin (2) ini. 

3- Sebaiknya pas waktu malam saja. Sebab sekalipun boleh menggunakan tanggalan Masehi atau Syamsiyyah, akan tetapi mengetahui kapan waktu perubahan tanggalnya sangat mudah. Sebab secara hakikinya, perubahan tanggal itu tidak di jam 24.00, melainkan tidak menentu. Kadang siang hari, sore hari, petang, menjelang pertengahan malam, pertengahan malam, setelah pertengahan malam, menjelang shubuh, shubuh, setelah shubuh, pagi dan seterusnya.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
3
1 Mei pukul 10:06

Pecinta Sinar Agama syukron ustadz....sudah cukup jelas, ini kebetulan dapat postingan berupa poster yang isinya itu ajakan untuk aksi bela islam pada hari jumat 5 Mei 2017 itu untuk menuntut ahok agar dipenjara...nah di poster itu ada foto habib rizieq dan bahtiar natsir...gimana ustadz satu sisi kan saya setuju dengan tuntutannya itu, satu sisi kok fotonya lagi-lagi bahtiar natsir...hiks...?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2 Mei pukul 20:34

Pecinta Sinar Agama 3. maksudnya mengetahui kapan waktu perubahan tanggalnya sangat mudah itu gimana ustadz?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas2 Mei pukul 20:35

Sinar Agama Pecinta Sinar Agama, :

--- "ini kebetulan dapat postingan berupa poster yang isinya itu ajakan untuk aksi bela islam pada hari jumat 5 Mei 2017 itu untuk menuntut ahok agar dipenjara...nah di poster itu ada foto habib rizieq dan bahtiar natsir...giman
a ustadz satu sisi kan saya setuju dengan tuntutannya itu, satu sisi kok fotonya lagi-lagi bahtiar natsir...hiks...?"

--- Sementara ini tentukan sendiri saja dulu. Kalau mau turun bukan karena mereka tapi karena Allah dalam menuntut Ahok. Tapi untuk diadili secara adil, bukan menentukan jenis hukumannya seperti layaknya pengadilan. 

3- Sudah diterangkan di atas. Yakni kalau permulaan tanggalan itu dimulai dari permulaan malam, maka sangat mudah menentukannya. Kalau yang hakikinya, maka sangat sulit dan harus orang yang ahli falaq.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
4 Mei pukul 11:47

Pecinta Sinar Agama oh gitu ustadz...syukron atas penjelasan dan jawabannya...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas4 Mei pukul 19:32



Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1247977645315690




0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.