Monday, February 12, 2018

on Leave a Comment

Kronologis Penyerbuan Rumah Hdh Faathimah bintu al-Nabi saww


Duka Keluarga Nabi Muhammad saww



Bismillah: 
Kronologis Penyerbuan Rumah Hdh Faathimah bintu al-Nabi saww

Beni Aris:
Salam, 
bisa dijelaskan kronologi ancaman pembakaran thd rumah Fatimah Ra menurut kitab syiah dan sunny. 
Trims sebelumnya

Dhi Dhin menyukai ini..

Sang Pecinta: 
Salam, ust pernah menceritakan peristiwa ini

Sang Pecinta 

lensa (Bgn 11) Sikap Diam Imam Ali as. Oleh Ustad Sinar Agama

Arsip Sinar Agama..

Beni Aris: 
trims infonya

Dhi Dhin: 
Salam ust. ikut nyimak tulisannya....

Sinar Agama:
Salam dan trims pertanyaannya:

Perhatian:
Saya tidak siapapun yang menjadikan sejarah ini alat bagi memecah umat muslim. Sejarah yang dikutip ini, hanyalah untuk menjadi alat petunjuk bagi yang menginginkannya dan menghormati bagi yang tidak menginginkannya. Karena Allah memerintahkan kita untuk saling menyayangi dan tidak mensyarati saling sayang itu dengan seide, semadzhab dan sepemikiran. Syarat satu2nya hanyalah sesama muslim (QS: 48: 29 = رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ). Semua nukilan yang ada di tulisan ini adalah dari riwayat-riwayat dan kitab-kitab sunni (sudah tentu tidak semua kitabnya dinukil, karena akan tetalalu banyak) dan sedikit Sekali dari syi’ah yang mana juga nanti akan disebutkan supaya tidak bercampur antara kedua periwayatan.

Tahapan2 Pembakaran Rumah hdh Faathimah as:

(1). Rasulullah saww Mengutus Pasukan Untuk Menyerang Romawi.
Ketika Rasulullah saww sakit di hari2 akhir beliau saww (kira-kira dua minggu sebelum wafat), beliau saww mengutus pasukan untuk menyerang Romawi yang dipimpin oleh Usaamah bin Zaid bin Haaritsah dimana memerintahkan semua pemuka  muhajirin dan anshar termasuk abu bakar dan umar untuk ikut di dalamnya dan taat pada kepemimpinan Utsamah (Thabaqaatu al-Qubraa, 2/190; Taariikh Ya'quubii, 2/93 atau 2/74; Taariikh al-Kaamil, Ibnu Atsiir, 2/17; Syarah Nahju al-Balaaghah, Ibnu Abi al-Hadiid, 1/53 dan 2/21; Sinthu al-Nujuum al-'Awaalii, 'Abdulmalik al-'Aashimii al-Makki, 2/224; al-Siiratu al-Halabiy al-Syaafi'ii, 3/207; al-Siiratu al-Nabawiyyati, Zainu Dahlaan bihaamisyi al-Siirati al-Halabiyyati, 2/339; Kanzu al-'Ummaal, 5/312; .....dll yang semuanya ini adalah kitab-kitab sunni).

(2). Pembangkangan Shahabat Terhadap Perintah Penyerangan ke Romawi.
Walaupun Raulullah saww sudah memerintahkan shahabat (kecuali beberapa orang seperti imam Ali as), akan tetapi mereka (muhajirin dan anshar) banyak yang keberatan pergi dan bahkan tidak taat kepada Nabi saww dengan dua alasan: Pertama, karena Nabi saww dalam keadaan sakit. Alasan ini Sebenarnya untuk golongan yang keberatan pergi. Utsamah sendiri semacam memohon kepada Nabi saww untuk tidak meninggalkan beliau saww dalam keadaan sakit. Ke dua, karena Nabi saww memilih Utsamah Sebagai panglima dan pemimpin. Alasan ini dijadikan alasan oleh orang-orang yang tidak taat kepada Nabi saww, seperti abu bakar dan umar.

- Untuk alasan pertama ini, maka Nabi saww tetap menekankan kepada Utsaamah untuk pergi memimpin pasaukan, beliau saww bersabda:

"Pergilah ke tempat terbunuhnya ayahmu dan kuasailah dengan pasukan kudamu. Aku telah mengangkatmu menjadi pemimpin pasukan ini.......dst.” (Syarhu Nahji al-Balaaghah, karya Ibnu Abi al-Hadiid, 1/53; al-Maghaazii, karya al-Waaqidii, 3/1117; al-Siiratu al-Halabiyyah, 3/207; al-Siiratu al-Nabawiyyah, karya Zaini Dahlaan, bihaamisyi al-Siirati al-Halabiyyati, 2/339; Thabaqaatu al-Kubraa, 2/190; ...dll yang banyak Sekalidi kitab-kitab sunni).

-Untuk alasan ke dua, yaitu tidak perginya para shahabat bersama Utsaamah, maka Rasulullah saww dengan badan yang gemetaran karena sakit, keluar rumah dan memasuki masjid lalu menaiki mimbar dan bersabda:

"Wahai hadirin, apa yang telah sampai kepadaku dari perkataan sebagian kalian tentang penunjukanku kepada Utsamah? Kalau kalian mencela penunjukanku kepada Utsaamah hari ini, sesungguhnya kalian sebelum itu telah mencela penunjukanku kepada ayahnya .....” (ibid).

Catatan:
Paling kerasnya penentang keputusan Nabi saww adalah umar dan abu bakar. Karena mereka tidak mau pergi, dan Setelah Nabi saww marah dan naik mimbar itu, baru mereka pergi, akan tetapi sesampai di daerah Jurf (di luar Madinah) mereka kembali ke Madinah dan membuat pertemuan Saqifah Setelah wafatnya Nabi saww yang kemudian dengan baiatnya umar, abu bakar menjadi khalifah (lihat semua kitab-kitabsejarah sunni berkenaan dengan pembaiatan abu bakar ini).

Dalam beberapa riwayat juga ditakan bahwa Nabi saww bersabda:

"Ikutlah tentara Utsamah, laknat Allah bagi yang memboikotnya.” (al-Milal wa al-Nihal, karya Syahristaani al-Syafi’ii, 1/23).

Dalam riwayat juga dikatakan bahwa umar mengecam keras Utsamah ketika itu dengan berkata:

"Kalau Rasulullah mati, kamu akan menjadi pemimpinku?!” (al-siiratu al-Halabiyyah, 3/209; Kanzu al-‘Ummaal, 15/241, hadits ke: 710; al-Siiratu al-Nabawiyyah, karya Zaini Dahlaan, bihaamisy al-Siiartu al-Halabiyyah, 2/341)

Dan ketika Abu Bakar menjadi khalifah, dan ingin mengirim pasukan ke Romawi, Umar tetap ngotot meminta Abu Bakar untuk mencabut kepemimpinan Utsaamah (Taariikhu al-Thabari, 3/226; al-Kaamil, 2/335; al-Siiratu al-Halabiyyati, 3/209; al-Siiratu al-Nabawaiyyah, 2/340.).

(3). Petaka Hari Kamis.
Peristiwa ini, dikenal dalam kitab-kitab hadits dan sejarah Sebagai Petaka Hari Kamis atau "Raziyyatu Yaumi al-Khamiis”. Yaitu ketika Rasulullah saww sudah sakit dan menjelang wafat beliau saww, pada hari kamis, beliau saww meminta sekitarannya menyiapkan kertas dan pena untuk menuliskan wasiat beliau saww. Beliau saww besabda:

"Aku akan menuliskan sebuah tulisan –wasiat- buat kalian sehingga kalian tidak akan pernah sesat setelahnya.”

Akan tetapi Umar melarang memberikannya dan berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah saww telah dilampaui sakitnya, Sementara kita sudah punya Qur an, cukuplah Qur an bagi kita.” (Shahih Bukhari, 7/156; Shahih Muslim, 5/75; Musnad Ahad bin Hanbal, 4/356; ....dll yang banyak Sekali).

Maksud Umar adalah mengigau, meracau, ngaco dan semacamnya, seperti yang diriwayatkan di hadits-hadits lainnya yang mengatakanbahwa beberapa shahabat Nabi saww mengatakan bahwa beliau saww telah "Mengigau/meracau” (Shahih Bukhari, 2/118 atau hadits ke: 3053; Shahih Muslim, hadits ke: 3090; ..dll yang banyak Sekali di sunni).

Akhirnya Rasulullah saww mengusir mereka dari hadapan beliau saww. (Shahih Bukhari, hadits ke: 114, 3053, 4432; Shahih Muslim hadits ke: 3091, 4322; dll yang banyak Sekali di kitab-kitab sunni).

(4). Kewafatan Nabi saww.
Untuk hari kewafatan Nabi saww ini, disepakati oleh syi’ah dan sunni jatuh pada hari Senin. Akan tetapi tanggalnya berbeda-beda, bahkan bulannya.

Kalau di sunni, kebanyakan tgl 12 Rabii’u al-Awwal  Sebagaimana dikatakan dalam kitab Subulu al-Hudaa wa al-Rasyaad, 12/305; Fathu al-Baarii, 8/98. Tapi ada juga yang mengatakan tgl 1 Rabii’u al-Awwal, Sebagaimana dikatakan Ibnu ‘Uqbah dan Khurazmi (ibid), atau tgl 2 Rabii’u al-Awwal (Fathu al-Baarii, 8/98) Sebagaimana menukil dari Abi Makhnaf dan al-Kalbi yang diyakini oleh Sulaiman bi Tharkhan dalam kitabnya Maghaazii dan Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dari Muhammad bin Qais dan juga diriwayatkanoleh Ibnu ‘Asaakir dari Sa’d bin Ibrahmim dari al-Zuhri dan juga dari Abi Na’iim al-Fadhl bin Dakiin (Fathu al-Baarii, 8/98; Imtinaa’u al-Simaa’, 2/126).

Akan tetapi di syi’ah, yang masyhur (umum) jatuh pada hari Senin tgl 28 Shafar. Disini Saya tidak akan membawakan dalil-dalil lebih kuatnyayang syi’ah karena tidak menyangkut pembahasan.

(5). Nabi saww tidak dikubur selama 3 hari.
Dalam hal penguburan Nabi saww ini, ada perbedaan antara syi’ah dan sunni. Pada umumnya sunni mengatakan bahwa Nabi saww dikubur pada hari Kamis. Seperti yang diriwayatkan dari ‘Aisyah yang berkata:

ما علمنا بدفن رسول الله «صلى الله عليه وآله» حتى سمعنا صوت المساحي في جوف ليلة الأربعاء

"Kami tidak tahu apa-apa tentang penguburan Rasulullah saww hingga kami dengar orang-orang yang mengukur tanah (untuk penguburan, atau orang-orang yang meratakan kuburan Setelah penguburan) pada malam Rabo.” (al-Bidaayatu wa al-Nihaayatu, 5/270 dan 291; al-Siiratu al-Nabawiyyatu, karya Ibnu Ktsiir, 4/505 dan 538; Nailu al-Authaat, 4/137; al-Siiratu al-Nabawiyyatu, karya Ibnu Hisyaam, 4/242; Taariikhu al-Umami wa al-Muluuki, 2/455 dan 542; al-Kaamil fi al-Taariikh, 5/270; Usdu al-Ghaabah, 1/34; al-Sunanu al-Kubraa, karya Baihaqii, 3/409; Musnad Ahmad, 6/62 dan 242 dan 274; ..dll dari kitab-kitab sunni).

Akan tetapi ada juga riwayat-riwayat di sunni yang mengatakan bahwa penguburan Nabi saww di malam Selasa (al-Bidaayatu wa al-Nihaayatu, 5/292; Taariikhu Madiinati Damisyq, 3/68; Kanzu al-‘Ummaal, 12/445; al-Siiratu al-Nabawiyyatu, karya Ibnu Katsiir, 4/540 dan 541).

Ada juga yang mengatakan dikuburkan pada waktu sahar malam Selasa (Thabaqaatu al-Kubraa, 2/305; Taariikhu al-Khamiis, 1/191; Taariikhu al-Islaam, karya Dzahabii, 1/327; ..dll).

Ada juga di sunni yang mengatakan bwh penguburan itu terjadi pada hari Selasa (Kanzu al-‘Ummaal, 7/270 dan 271; al-Mushannaf, Ibnu Syaibah, 8/569; al-Bidaayatu wa al-Nihaayatu, 5/292; al-Muwaththa’, 1/23; Thabaqaatu al-Kubraa, 2/273 dan 274 dan 305; dll).

Akan tetapi kalau di syi’ah penguburan Nabi saww itu langsung pada jam2 pertama kewafatan beliau saww. Sebagaimana dikatakan oleh Allamah al-Majlisii:

ووضع خده على الأرض، موجهاً إلى القبلة على يمينه، ثم وضع عليه اللبن، وأهال عليه التراب، وكان ذلك في يوم الإثنين لليلتين بقيتا من صفر سنة عشرمن هجرته «صلى الله عليه وآله»، وهو ابن ثلاث وستين سنة

"Pipi beliau saww diletakkan di atas tanah –di dalam kubur- menghadap kiblat dengan miring kanan, kemudian ditelakkan bata dan kemudian ditimbuni tanah. Peristiwa itu terjadi pada hari Senin, dua hari sebelum berakhirnya bulan Shafar, pada tahun ke sepuluh dari hijarah beliau saww. Beliau saww pada itu memiliki usia 63 th.”(Bihaaru al-Anwaar, 22/519; ... dll-nya).

Catatan:
Ahli sejarah kontemporer Allamah Sayyid Ja’far Murtadha al-‘Amini mengatakan bahwa periwayatan tentang penundaan pemakaman Nabi saww bisa saja disebabkan keinginan pengkisah/perawi tsb untuk memasukkan orang-orang yang berduel di balairung Saqifah untuk saling berebut kepemimpinan itu, ke dalam orang-orang yang ikut menyolati dan memakamkan Nabi saww. Hal itu karena adanya riwayat di sunniyang mendukung kenyataan ini dan mendukung kebenaran periwayatan Ahlulbait as yang mengatakan bahwa Nabi saww dimakamkan pada hari Senin juga dan Setelah pemakaman imam Ali as menanyakan tentang berita orang yang berduel di balairung Saqifah itu. Artinya, orang-orang itu tidak ikut menyolati dan memakamkan Nabi saww.

Ibnu Sa’d meriwayatkan dari Ibnu Syahaab yang berkata:

"Rasulullah saww wafat pada hari Senin ketika matahari sudah condong. Akan tetapi orang-orang meninggalkan pemakamannya dan sibuk mengurusi pemuda  Anshaar (maksudnya yang berkumul di balairung Saqifah), hingga Nabi saww hampir terbengkalai dari pemakaman. Karena itu, keluarga beliau saww yang memakamkan beliau saww. Banu Ghanam (keluarga kabilah Banu Ghanam) sendiri baru mendengar suara orang-orang yang meratakan makam Nabi saww (selesai penguburan), akan tetapi mereka masih di dalam rumah (semacam tidak berani keluar rumah).” (Thabaqaatu al-Kubraa, 2/304; al-Tamhiid, karya ‘Abdulbir, 24/396).

Hal di atas ini, yakni riwayat Ibnu Sa’d ini, sejalan dengan yang ada di syi’ah. Yaitu yang meriwayatkan bahwa imam Ali as menanyakan hal ikhwal Saqidah Setelah pemakaman Nabi saww di riwayat Syi’ah (al-Amaalii, karya Sayyid Murtadha, 1/198).

Tambahan Catatan:
(-). Setidaknya, dengan adanya peristiwa Saqifah yang sangat terkenal dan tidak ada satu orangpun yang mengingkarinya itu, baik sunni dan apalagi syi’ah, dapat dipahami bahwa mereka-mereka itu telah mementingkan hal-hal lain selain dari mengurusi kanjeng Nabi saww.

Saya tidak perlu berkomentar akan kecintaan dan keterhebatan mereka dari umat2 selain mereka (shahabat), akan tetapi bagi yang membuka hati, maka sudah tentu akan mempertanyakan, apakah urusan-urusan lain atau bahkan kiamat sekalipun, lebih penting dari kehilangan kanjeng Nabi saww dan mengurusinya Sebagai pengabdian dan perpisahan terakhir??!

Terlebih lagi, bahwa mereka meributkan apa-apa yang bukan merupakan hak mereka. Karena kepemimpinan itu sudah ditunjuk dan wajib ditaati sejak Nabi saww masih ada, seperti QS: 4: 59:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan pemimpin/imam  diantara kalian”

Dimana imam ini harus maksum, seperti: QS: 76: 24:

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا

"Sabarlah dengan hukum Tuhanmu dan janganlah kami taati orang-orang yang memiliki dosa atau orang-orang yang kafir.”

(-). Kalau kita perhatikan, sejak tidak maunya mereka pergi ke Romawi dan pencegahan akan penulisan wasiat terakhir Nabi saww dan mengatakan bahwa Nabi saww telah meracau, ditambah dengan meninggalkan penguburan dan pergi berduel dalam perebutan kepemimpinan di Saqifah hingga saling pukul, maka akan dapat dengan mudah ditangkap, bahwa semua itu sudah direncanakan atau, setidaknya, disengaja.

(-). Mungkin ada yang bertanya, mengapa Nabi saww tidak jadi juga menuliskan wasiatnya? Jawabnya, wasiat itu bisa diucapkan dengan lisan. Dan Nabi saww telah mengucapkannya berkali-kali di berbagai tempat dan peristiwa. Dan teakhir di Ghadir Khum saja, di depan sekitar 120.000 shahabat, Nabi saww telah meresmikan pengangkatan imam Ali as dan menyuruh mereka berbaiat satu persatu di tangah padang pasir yang panas itu supaya dapat diingat sepanjang masa. Jadi, Nabi saww telah mewasiatkan hal terpenting ini, yakni kepemimpinan orang maksum Setelah Nabi saww. Karena tanpa orang maksum, yang ilmu Islam dan amalannya lengkap dan benar 100%, maka Jalan Lurus atau Shiraatulmustaqim, tidak akan pernah terwujud dan, dan sudah tentu Tuhan akan menjadi penipu manusia, karena mewajibakn shalat dan mewajibkan pembacaan alfatihah dimana di dalamnya ada permintaan jalan lurus, Sementara jalan lurusnya tidak ada karena ketidak adaan orang maksum (na’udzubillah).

Jadi, kalau Nabi saww menuliskannya juga waktu itu dan menerima usulan penulisan itu Setelah Nabi saww mengusir para pengacau2 itu,maka jelas tulisan tsb akan dikatakan Sebagai tulisan orang meracau yang tidak akan dihargai. Karena itu, disamping Nabi saww harus menjaga kehormatan kenabian yang diemban beliau saww, juga tidak mau dikatakan bahwa pengangkatan2 sebelumnya itu, sama denganmeracau karena sama dengan isi tulisan wasiat beliau saww yang ditulis dalam keadaan meracau/mengigau.

Apapun kejadian2 itu, kita serahkan kepada Allah. yang jelas, kita kalau mengkajinya hanya karena ingin tahu hakikat Sebenarnya dan, sudah tentu, ingin mengambil dan mentransfer Islam ini dari yang paling slamet dan paling aman. Karena jangan sampai kita menyesal di akhirat dan berkata seperti di QS: 25: 28:

يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

"Celakalah aku. Duhai seandainya aku tidak menjadikan si fulan itu Sebagai kepercayaanku/pemimpinku/penasihatku/teman-akrabku.”

(6). Perebutan Kepemimpinan di Saqifah:
Ketika Rasulullah saww wafat, sebagian besar shahabat, baik Anshar atau Muhajirin, mininggalkan Nabi saww dan pergi berduel memperebutkan kepemimpinan di balairung Saqidah bani Saa’adah.

Untuk masalah perawiannya tentang hal ini, tidak perlu Saya nukil disini, karena semua hadits-hadits sunni dan tafsir2nya menyebutkan tentanghal ini. Dari Shahih Bukharinya yang meriwayatkan +/- 5 hadits (hadits ke: 2462, ، 3928 ، 4021 ، 6829 ، 6830 ، 7323) dan shahih Muslim +/- 4 hadits (hadits keL 3747, 3828, 5354, 5479) ...dst sampai ke kitab-kitab hadits-hadits yang lainnya dan kitab-kitab tafsir serta sejarah2 sunni. Semuanya dipenuhi dengan peristiwa ini.

(7). Terpilihnya Abu Bakar di Saqifah.
Setelah adanya debat dan pertengkaran dan bahkan pemukulan dan ancaman (sesuai dengan berbagai fersi) serta tantangan perang, danSetelah adanya yang setuju dan tidak setuju, maka akhirnya Abu Bakar dipilih Sebagai khalifah di Saqifah itu.

(8). Penentangan Banyak Tokoh Shahabat Terhadap Pembaiatan Abu Bakar.
Banyak tokoh-tokoh shahabat yang menentang perbuatan dan pembaiatan Abu Bakar di Saqifah itu, seperti Ahlulbait as dimana pemukanya adalah imam Ali as (shahih Bukhari, kitab al-Maghaazii, bab Ghazwati Khaibar, 5/82; Shahih Muslim, kibta Jihad wa al-Sair, 5/152; ..dll.).

Begitu pula yang lain-lain dari shahabat2 Nabi saww seperti, Abbas bin Abdulmuthallib, ‘Utbah bin Abi Lahab, Salmaan al-Faarisi, Abu Dzar al-Ghifaari, ‘Ammaar bin Yaasir, al-Miqdaad, al-Barraa’ bin ‘Aazib, Ubai bin Ka’ab, Sa’d bin Abi Waqqaash, Thalhah bin ‘Abiidillah, Zubair bin ‘Awaam, Khaziimah bin Tsaabit, Farwah bin ‘Umar al-Anshaari, Khaalid bin Sa’iid bin al-‘Aash, Sa’d bin ‘Ubaadah al-Anshaari, Fadhl bin ‘Abbaas .....dll.(al-‘Aqdu al-Fariib, 4/259-260; Syarhu Nahji al-Balaaghah, Ibnu Abi al-Hadiid, 1/131-134; Muruuju al-Dzahab, 2/301; Usudu al-Ghaabah, 3/222; Taariikh Thabarii, 3/208; al-Siiratu al-Halabiyyatu, 3/256; ...dll).

(9). Mualinya Penyerbuan ke Rumah hdh Faathimah as.
Setelah semua sejarah di atas itu, kini mulailah penyerangan ke rumah hdh Faathimah as itu. Abu Bakar, mengutus Umar untuk memanggil imam Ali as dengan berteriak di luar rumah imam Ali as supaya yang ada di dalam, semuanya keluar. Akan tetapi imam Ali as dan yang lainnya tidak keluar. Kemudian Umar meminta orang-orang untuk mengumpulkan kayu dan berkata:

"Demi nyawa Umar yang ada di tanganNya, mereka keluar dari rumah ini, atau kubakar rumah ini dengan pasti dengan seluruh siapapun yangada di dalamnya.”

Ada orang yang berkata kepadanya:
"Sesungguhnya di dalam rumah itu juga ada Faathimah.”

Umar mejawab: "Sekalipun.”

Disitulah hdh Faathimah as berteriak penuh kemazhluman:

"Tidak ada urusanku dengan kalian yang datang kemari dengan seburuk-buruk kedatangan. Kalian telah meninggalkan bahkan jenazah Rasulullah saww di tangan kami (tidak memperdulikan) dan sibuk dengan urusan kalian sendiri (di Saqifah), kalian tidak meminta kami (Ahlulbait) menjadi pemimpin (Sebagaimana Allah dan NabiNya saww telah mengangkatnya) dan tidak mengembalikan hak-hak kami (hak kepemimpinan dan harta seperti Fadaq).”

Lalu Umar kembali menemui Abu Bakar dan berkata:

"Mengapa kamu tidak memaksa mereka para pembangkang itu untuk berbaiat padamu?”

Lalu Abu Bakar mengirim budaknya yang bernama Qunfudz untuk memanggil imam Ali as. Setelah sampai di Imam Ali as, beliau as bertanya:

"Apa keperluanmu?”

Qunfudz menjawab: "Khalifah Rasulullah saww, memanggilmu.”

Imam Ali as menjawab: "Betapa cepatnya kalian berdusta atas nama Rasulullah?”

Qunfudz kembali ke Abu Bakar dan memberitahukan ucapan imam Ali as itu. Lalu Abu Bakar menangis lama Sekali. Umar berkata kepadanya:

"Tidakkah kamu paksa pembangkang ini berbaiat kepadamu?”

Lalu Abu Bakar berkata kepada Qunfudz: "Kembalilah kepada Ali dan katakan: ‘Khalifah Rasulullah memanggilmu untuk berbaiat kepadanya.’.”

Kemudian Qunfudz mendatangi imam Ali as dan mengatakan apa-apa yang diperintahkan kepadanya oleh Abu Bakar. Ketika imam Ali as mendengar perkataannya, beliau as berkata dengan suara keras:

"Subhanallah, ia –Abu Bakar- telah meng-aku2i sesuatu yang bukan haknya.”

Qunfudzpun kembali ke Abu Bakar dan mengabarkan apa yang terjadi. Lalu Abu Bakar menangis lagi lama Sekali. Kemudian Umar dengandiiringi beberapa orang mendatangi rumah hdh Faathimah as dan menggedor pintunya. Ketika hdh Faathimah as mendengar gedoran dan suara mereka, beliau as menjerit dengan suara tinggi:

"Wahai ayah, ya Rasulullah! Apa yang kami jumpai Setelah kewafatanmu dari anak Khaththab dan anak Abu Quhaafah ini?”

Setelah mendengar suara itu, orang ikut menangis dan pergi dalam keadaan menangis, seakan jantung2 mereka semburat keluar dan hati mereka tercabik-cabik. Akan tetapi Umar tetap disitu dan orang2nya. Kemudian mereka mengeluarkan imam Ali as dan membawanya ke Abu Bakar. Mereka –Umar dan orang2nya- berkata kepada imam Ali as dengan paksa:

"Berbaiatlah.”

Imam Ali menjawab: "Aku tidak akan melakukannya.”

Mereka berkata: "Kalau demikian, maka demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, maka akan kami penggal lehermu.”

Imam Ali as menjawab: "Apakah kalian akan membunuh hamba Allah dan saudara Rasulullah?”

Berkata Umar: "Kalau hamba Allah, maka benar katamu. tapi saudara Rasulullah, maka tidak demikian halnya.”

Abu Bakar hanya terdiam tanpa berkata-kata. Umar berkata kepadanya:

"Tidakkah kamu perintahkan kami?” (untuk memukul atau membunuh atau memaksa dengan lebih keras supaya imam Ali as berbaiat).

Abu Bakar menjawab:

"Aku tidak ingin memaksanya –dengan kekerasan- selama Faathimah masih disisinya.”

Kemudian imam Ali as pergi ke makam Nabi saww dan mengadukan mereka sambil menangis dan berkata seperti yang dikatakan nabi Harun as ketika dipegang jenggotnya oleh nabi Musa as karena marah dikira membiarkan umatnya menyembah berhala ketika ditinggal pergi berkhalwat memenuhi panggilan Tuhan:

"Anak ibuku, mereka itu melemahkanku dan ingin membunuhku.” (QS: 7: 150).

Catatan:
1-Kisah di atas diambil pokok masalahnya dari kitab sunni al-Siyaasatu wa al-Imaamatu, karnya Ibnu Qutaibah. Dan riwayat seperti di atas itu, ada juga di kitab-kitab sunni lainnya dengan cerai berai.

2- Secara lahiriah, di riwayat sunni hanya sampai seperti itu cerita penyerbuan ke rumah hdh Faathimah as tsb. Yakni tidak diceritakan bahwaUmar dan orang2nya telah membakar rumah hdh Faathimah as. Jadi, di riwayat sunni hanya sampai ke tekad Umar saja, seperti yang ada dikitab-kitab lain seperti di: Kanzu al-‘Ummaal, 3/139 dan juga dikeluarkan oleh Ibnu Syaibah.

3-Akan tetapi dapat kita pastikan bahwa peristiwa pembakaran itu telah terjadi dilihat dari dua sisi yang ada di riwayat tsb: Pertama, tekad Umaryang ingin membakar rumah hdh Faathimah as dengan seluruh isinya. Ke dua, dikatakan di hadits di atas, bahwa Umar dan orang2nya mengeluarkan imam Ali dari rumah. Padahal jelas, bahwa rumah itu tertutup dan jeritan hdh Faathimah as begitu menusuk ke dalam hati orang-orang yang masih ada cinta Rasul saww hingga meniggalkan rumah tsb. Akan tetapi Umar dan orang2nya, tetap disana.

Dari dua point di atas itu, dapat dipahami bahwa pembakaran rumah itu terjadi. seperti yang dilukiskan dalam tekad Umar di hadits Kanzu al-‘Ummaal yang berkata kepada hdh Faathimah as:

"Demi Allah, tidaklah hal itu (adanya hdh Faathimah as) dapat pencegahku melakukannya (pembakaran rumah hdh Faathimah as). Sekalipun mereka semua berkumpul, maka tidak akan dapat mencegahku membakar pintu rumah ini.”

Jadi, dari riwayat sunni ini, dapat diraba bahwa Umar dan orang2nya berhasil mengeluarkan imam Ali as, karena sudah membakar pintu rumah tsb hinngga pintu dan kunci palangnya terbakar semua dan kemudian didobrak sampai roboh dan mengenai hdh Faathimah as. Salam bagimu ya ..... hdh Faathimah as yang keluh dan tangisnya ikut terbakar menjadi arang sampai sekarang.

Hal ini sangat jelas kalau dihubungkan lagi dengan penyesalan Abu Bakar sebelum matinya yang berkata:

إنِّي لا آسي على شيءٍ ، إلاّ على ثلاث ، وددَّت أنِّي لم أفعلهنَّ ، وددَّت أنَّي لم أكشف بيت فاطمة ، وتركته ، وإنْ أعلن على الحرب .

"Aku tidak menyesali apapun kecuali tiga hal. Betapa inginnya aku tidak pernah melakukan tiga hal tsb. Aku sangat megharap tidak pernah mendobrak rumah Faathimah dan memilih meninggalkannya sekalipun mengumandangkan perang (maksudnya, apalagi hanya karena tidakmau baiat).” (Mizaanu al-I’tidaal, 2/215; Taariikh Thabari, 4/52; al-Imaamah wa al-Siyaasah, 1/18 –tapi di hadits ini, rumah imam Ali as Sebagaiganti dari rumah hdh Faathimah as).

Jadi, pendobrakan itu memang jelas terjadi dan, karena kunci pintu itu biasanya memaki palang kayu yang cukup besar seperti di kampung2 kita dulu, maka sudah jelas palang itu perlu dibakar dulu hingga bisa didobrak dari luar.

4- Kalau di riwayat syi’ah, kisah pembakaran itu jelas diceritakan.

Di hadits sunni di atas itu, terlihat ada jedah antara perintah Umar untuk mengumpulkan kayu untuk membakar rumah hdh Faathimah asdengan tekad membakar yang disertai dengan sumpah atas nama Allah, dan antara berhasilnya Umar dan orang2nya mengeluarkan imam Ali as dari rumahnya. Di riwayat itu hanya diceritakan bahwa orang-orang pergi dengan menangis Setelah mendengar jeritan hdh Faathimah asyang meneriaki mereka, kecuali Umar dan orang2nya. Akan tetapi di riwayat syi’ah jedah itu terisi dengan jelas.

Setelah orang-orang pergi kecuali Umar dan pengikutnya, maka Umar memerintahkan untuk membakar pintu rumah hdh Faathimah as. Mereka tidak menghiraukan teriakan hdh Faathimah as yang ada di balik pintu. Lalu Umar menendang pintu itu dari luar dan mengenai siti Faathimah as dan terjungkal dengan tulang dada patah dan kandungan beliau as yang berumur 6 bulan, gugur seketika. Dan hdh Faathimah as tidak lamaSetelah itu, syahid menyusul Nabi saww dengan semua luka di badan beliau as itu (tapi sebagian penipu sejarah mengatakan bahwa hdh Faathimah as segera wafat Setelah Nabi saww karena tidak tahan ditinggal Nabi saww dan menangis tiap hari, hingga sakit dan wafat. Na’udzubillah, bagaimana mungkin orang maksum, Aali Muhammad yang dishalawati tiap shalat kita, tidak bisa menerima ketentuan kematian dan hukum Tuhan ini?!).

Mereka dengan sadis dan garangnya menyerbu ke dalam rumah. Imam Ali as menangkap Umar dan membantingnya ke tanah dan menduduki dadanya hampir membunuhnya, lalu teringat wasiat Nabi saww untuk sabar terhadap semua itu kalau tidak cukup 40 orang membantunya (Saya sudah pernah menulis tentang ini, bisa dicari di catatan-catatan al-fakir atau di dokumen2 yang ada di group). Karena itu imam Ali as melepaskan Umar.

Setelah imam Ali as melepaskan Umar, lalu Umar dan gerombolannya mengikat imam Ali as dan menyeretnya ke masjid. Hdh Faathimah asyang berusaha mempertahankan imam dan suaminya, dipukul dengan cambuk (atau sarung pedang) hingga pegangannya terlepas dan tangannya memar (juga diriwayatkan dipukul dengan cambuk yang mengenai punggung, wajah dan matanya, ... ya .... Allah).

Imam Ali as berkata kepada Umar:

"Hai anak Shahhak, kamu tahu bahwa seandainya bukan karena kitabullah dan wasiat Nabi saww, maka kamu tidak akan pernah menyentuh rumahku.”

Imam Ali as juga berkata sesuai dengan pesan Nabi saww:

وهو يقول: أما والله لو وقع سيفي في يدي، لعلمتم أنكم لم [لن] تصلوا إلى هذا أبدا، أما والله ما ألوم نفسي في جهادكم ولو كنت أستمسك من أربعين رجلا لفرقت جماعتكم، ولكن لعن الله أقواما بايعوني ثم خذلوني

"Demi Allah kalian mengetahinya, seandainya aku mencabut pedangku, maka kalian tidak akan pernah melakukan hal seperti ini selama-lamanya. Demi Allah aku tidak segan memerangi kalian (walau sendirian). Andaikan aku memiliki empat puluh orang saja (sesuai pesan Nabi saww), maka sudah kuhancurkan gerombolan kalian itu. Akan tetapi laknat Allah atas umat yang membaiatku (di Ghadir Khum) kemudian mengkhianatiku.” (Kitab Sulain bin Qais, 85; Bihaaru al-Anwaar, 28/270).

yang ajib, bukan hanya di syi’ah, di sunni riwayat berikut ini (semakna) juga ada:

وجاء جماعة من المهاجرين والأنصار، وفي رواية: أربعون رجلا، إلى أمير المؤمنين (عليه السلام) يدعونه إلى البيعة، فقالوا له: أنت والله أمير المؤمنين، وأنت والله أحق الناس وأولاهم بالنبي (صلى الله عليه وآله وسلم) هلم يدك نبايعك: فوالله لنموتن قدامك، لا والله لا نعطي أحدا طاعة بعدك. قال (عليه السلام): ولم؟ قالوا: إنا سمعنا من رسول الله (صلى الله عليه وآله وسلم) فيك يوم غدير. قال (عليه السلام): وتفعلون؟ قالوا: نعم. قال (عليه السلام):إن كنتم صادقين فاغدوا علي غدا محلقين... فما أتاه إلا سلمان وأبو ذر والمقداد، وفي بعض الروايات: الزبير، وفي بعضها: جاء عمار بعد الظهر فضرب يده على صدره، ...

Intinya: Datang kepada imam Ali as sekitar 40 orang dari Muhajirin dan Anshar yang ingin berbaiat kepada imam Ali as. Mereka berkata:

"Demi Allah kamu adalah amirulmukmin (pemimpin/imam mukminin). Demi Allah kamu adalah yang paling layak dan lebih utama terhadap Nabi saww. Ulurkan tanganmu untuk kami baiat. Demi Allah kami siap mati di hadapanmu dan demi Allah tidak akan menaati siapapun selainmu.!”

Imam Ali as bertanya: "Apa sebabnya kalian melaukan ini?”

Mereka menjawab: "Karena kami telah mendengar tentang kamu dari Nabi saww di Ghadir Khum.” (waktu itu Nabi saww melantik kepemimpinan





0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.