Monday, November 27, 2017

on Leave a Comment

Apa yang membedakan Esensi yang bermakna Mahiyah, 'Ayn, Jawhar?


Salam ustadz,
Apa yang membedakan Esensi yang bermakna Mahiyah, 'Ayn, Jawhar?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Perhatikan beberapa hal berikut ini terlebih dahulu:

1- Esensi itu adalah batasan wujud. Disebut juga dengan Limit, Maahiyyah, Haddun, Haddulwujuud, Mafaahimu al-I'tibariyyah, Pahaman Penyimpulan, Pahaman, dan sema
camnya.

2- Esensi itu ada dua macam, yaitu:

a- Substansi (al-Jauhar), yaitu yang kalau ingin wujud, tidak memerlukan kepada partner atau tumpangan. Seperti kapas, tebu, manusia, batu, air, gunung, planet, bumi dan semacamnya.

Substansi ini, dibagi lagi menjadi lima macam:

a-1- Benda atau Jism. Yaitu sesuatu yang memiliki 3 atau 4 dimensi, panjang, lebar, tebal dan gerak/waktu.

a-2- Matter/bendawiah. Yaitu kebendaan dari suatu benda terlepas dari ukuran, bentuk, dan sifat-sifat atau aksidental-aksidental lainnya. Bendawiah itulah yang biasa dikatakan Potensi. Karena dia yang ada di bentuk mani, siap menerima bentuk darah, janin dan seterusnya. Atau dia yang berada dalam bentuk biji padi, siap menerima tunas dan pohon padinya. Kebendawiahannya itulah yang selalu siap menerima bentuk-bentuk atau form-form yang lain, bukan kepadiannya, kemaniannya dan seterusnya.

a-3- Shuurat/shuurah atau Form/bentuk. Bentuk di sini bukan volume atau model dari substansi, melainkan apa saja yang mengesensi-i suatu bendawiah atau matter. Misalnya mani yang mengensi-i kematteran atau kebendawiahan yang ada pada benda mani. Begitu pula, dengan form-form yang lain seperti manusia, batu, air, pohon padi, darah, janin, dan seterusnya.

a-4- Ruh atau Jiwa. Yaitu wujud non materi yang selalu bersama materi/benda dan bahkan menjadi pengontrolnya. Dikatakan bahwa ruh adalah non materi secara dzat atau substansinya, akan tetapi materi secara aktifitasnya. Jadi, ruh ini selalu bersama materi.

Misalnya putaran atom-atom yang ada pada setiap materi, tidak mungkin bisa diputar sendiri oleh materi. Karena materi tidak punya ilmu. Sebab ilmu itu adalah non materi. Nah, kalau benda tidak memiliki ilmu, lalu bagaimana bisa menyengaja memutar atom-atom itu ribuan kali dalam keadaan yang sama? Sementara yang namanya kebetulan, tidak mungkin terjadi dua kali saja dalam keadaan yang sama. Jadi, dalam putaran atom-atom itu saja (apalagi putara bumi, gerak-gerik manusia dan seterusnya) sudah terdapat ilmu, karena ada unsur kesengajaan. Kesengajaan yakni pada putaran yang sama. Nah, kalau tidak mengetahuinya, bagaimana bisa menyengajanya? Dengan demikian, maka dalam putaran atom-atom itu saja ada ilmu. Dan ilmu mestilah non materi. Sebab ilmu adalah kehadiran obyek ilmu pada yang memiliki ilmu. Kalau materi hakikatnya cerai berai, sisi kanannya tidak hadir pada sisi kirinya, sisi atas atomnya saja tidak hadir pada sisi bawahnya, lalu bagaimana bisa mengetahui sebelum menyengaja putaran-putarannya?

Nah, karena dalam setiap gerakan atom saja ada non materinya, maka non materi itulah yang dikatakan ruh atau jiwa. Apalagi pada pergerakan pertumbuhnan bibit-bibit tanaman, proses benih-benih tumbuhan dan hewan, gerak-gerik binatang dan manusia, semuanya, tidak bisa dilakukan oleh materi sebab tidak memiliki ilmu. Karena itu, semuanya dilakukan oleh ruh/jiwa. Dialah wujud non matari yang mengetahui dan menyengaja pada pengetahuannya itu. Misalnya kita tahu makanan yang ada di depan kita itu enak dan menguntungkan bagi badan kita, maka kita melakukan gerakan tangan dan mengambilnya lalu memakannya lalu kita menggerakkan rahang kita untuk mengunyahnya. Itu semua adalah perbuatan ruh kita, bukan badan kita. Badan, hanyalah alat bagi ruh.

Dengan demikian, maka semua benda itu memiliki ruh, dan kebendaannya itu adalah alat bagi si ruh tersebut. Karena itu, jangan heran kalau Tuhan mengatakan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi dan diantara keduanya, semuanya bertasbih kepadaNya. Sebab semua benda itu memiliki ruh. Perhatikan firmanNya di QS: 17:44:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

"Langit yang tujuh bertasbih kepadaNya, dan bumi dan apa-apa yang ada di dalam mereka. Dan tidaklah ada sesuatu kecuali bertasbih dengan memujaNya akan tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Lembut dan Pengampun."

Orang yang tidak mengerti filsafat, mengira bahwa tasbihnya bumi berputar mengitari matahari, bertasbihnya batu adalah meluncur ke bawah, bertasbihnya air adalah mengalir, bertasbihnya api adalah membakar dan semacamnya. Lah, kalau itu tafsirannya, maka Tuhan tidak akan mengatakan "akan tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka", sebab kita semua mengerti tasbih seperti itu (kalau tasbihnya ditafsirkan seperti itu tentunya).

Dalam hadits Rasulullah saww untuk membuktikan tasbihnya batu, beliau saww menggenggamnya dan memperdengarkan suaranya kepada para shahabat dan mereka mendengar suara cicitan batu yang ada di tangan beliau saww itu.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas24 November pukul 14:35
Kelola

Sinar Agama .

a-5- Akal atau Malaikat. Yaitu wujud non materi secara substansinya dan juga secara aktifitasnya. Jadi, mereka tidak memerlukan materi dalam beraktifitas. Mereka dibagi pada dua golongan yaitu Akal (Jabaruut) dan Barzakh (Malakuut).


Dalil keberadaannya mudah. Yaitu, karena Tuhan Yang Maha Tidak Terbatas, sudah tentu Maha Tidak Bercabang dan Tidak Berdimensi. Kalau demikian, maka akibatNya, pasti hanya satu. Itulah yang disebut Akal-satu. Dari Akal-satu ini melahirkan Akal-dua dan seterusnya sampai ke Akal-akhir yang juga disebut dengan Lauhu al-Mahfuuzh dan 'Arsy. Semua makhluk-makhluk Akal ini, belum berdimensi nyata walau dalam kenonmateriannya. Barulah di Akal-akhir itu memiliki dimensi.

Dimensi-dimensi yang ada di Akal-akhir itulah yang melahirkan banyak makhluk non materi lainnya yang berada di urutan di bawahnya (akibatnya). Nah, wujud-wujud non materi yang sebagai akibat dari Akal-akhir itulah yang disebut sebagai makhluk Barzakh atau Malakuut. Mereka para malaikat inilah yang disebut dengan tuhan-spesies (tuhan dengan huruf kecil) yang kemudian diyakini agama seperti Hindu sebagai Dewa. Para malaikat itu sama sekali tidak mandiri, tidak seperti pengertian Dewa. Nah, para malaikat itulah yang nantinya melahirkan setiap spesies dari wujud-wujud materi. Malaikat ayam, melahirkan wujud materi ayam di alam materi. Begitu pula malaikat-malaikat yang lainnya. Yang tertinggi dari para malaikat itu adalah malaikat manusia. Karena manusia memiliki ruh yang lengkap dalam kedayaannya, yaitu daya-tambang, daya-nabati, daya-hewani dan daya-akli.

b- Aksident (al-'Ardh), yaitu yang kalau ingin wujud perlu kepada partner atau tempat pijakan, seperti warna-warni, bentuk-bentuk, rasa-rasa, ilmu, sifat-sifat, dan apa saja yang mana kalau tidak ada pijakannya, maka tidak mungkin bisa wujud/eksis. Misalnya warna putih dan manis. Kalau tidak ada kapas dan tebu, maka keduanya tidak akan bisa eksis. Tentu yang saya maksudkan putih dan manis adalah putihnya kapas dan manisnya tebu, bukan putih dan manis yang lainnya.

Aksiden ini juga dibagi pada beberapa golongan.

b-1- Bagian pertama dibagai pada Aksidental yang mandiri (baca: tidak dihubungkan), yaitu:

b-1-a- Kwantitas atau jumlah. Kwantitas/kuantitas dibagi menjadi dua:

b-1-a-1- Kwantitas menyambung, seperti waktu yang terus menerus bersambungan. Yang ini juga dibagi dua, yaitu:

b-1-a-1-a- Kwantitas menyambung yang menyatu. Yaitu yang semua bagian-bagiannya, bisa berada dalam satu wujud yang sama-sama ada. Misalnya garis atau bidang. Semuanya ada dalam satu wujud.

b-1-a-1-b- Kwantitas menyambung yang tidak menyatu. Yaitu yang bagian-bagiannya tidak bisa ikut terus menerus eksis dalam wujud nyata. Misalnya waktu. Bagian yang terdahulu sekarang sudah tidak ada. Hari Senin sudah tidak ada di hari Selasa. Jam 1 sudah tidak ada di jam 1.05.

b-1-a-2- Kwantitas terpisah, seperti angka dan jumlah.

b-1-b- Kwalitas. Kwalitas ini terbagai menjadi beberapa bagian, yaitu:

b-1-b-1- Kwalitas Jiwa, seperti ilmu, kehendak, berani, penakut, cinta, harapan, putus asa, benci dan seterusnya.

b-1-b-2- Kwalitas yang khusus untuk kwalitas, yaitu berdiri, tegak, melingkar, lurus dan seterusnya dimana hal ini khusus untuk kwalitas menyambung. Kalau untuk kwalitas terpisah seperti ganjil dan genap.

b-1-b-3- Kwalitas Potensi. Seperti kuat dan lemah, keras dan lembut, dan semacamnya.

b-1-b-4- Kwalitas yang khusus bisa dirasakan dengan Panca Indra. Dan ada dua bagian, yaitu:

b-1-b-4-a- Cepat hilangnya, seperti merahnya wajah yang karena malu.

b-1-b-4-b- Lambat hilangnya atau selamanya seperti kuningnya emas.

b-2- Bagian yang tidak mandiri atau dihubungkan dengan yang lainnya, yaitu:

b-2-a- Dimana.

b-2-b- Posisi.

b-2-c- Kepemilikan.

b-2-d- Penghubungan.

b-2-e- Aksi.

b-2-f- Reaksi.

3- Jawaban Soal:

a- Esensi dan Maahiyyah tidak terbedakan kecuali yang satu bahasa Inggris dan yang lainnya bahasa Arab.

b- 'Ayn saya tidak tahu maksud antum apa. Tergantung pemakaiannya dimana. Kalau pemakaiannya di 'Aynu al-Tsaabitah, maka maksudnya adalah Wujun Non Materi Barzakhi.

c- Jauhar sudah dijelaskan di atas. Karena itu, dengan semua mukaddimah di atas itu, semua pertanyaan antum sudah terjawab dengan sendirinya. Wassalam.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
24 November pukul 14:35
Kelola

Mohammad Fadel Syukron, ustadz..
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas24 November pukul 20:20
Kelola

Mohammad Fadel Apakah Benda/Jism itu terdiri dari Matter dan Form?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas25 November pukul 14:30



Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1439205876192865




0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.